Chereads / Arkana.... / Chapter 7 - Bagian 7

Chapter 7 - Bagian 7

Navya terlihat gugup disaat dia harus berdampingan dengan Arzan dan di depan keduanya berdiri sang pendeta yang menatap keduanya lekat juga tersenyum kecil.

"Sudah bisa kita mulai, anakku???" Tanya pendeta dengan suara yang terdengar diseluruh penjuru Gereja tersebut. Pernikahan Arzan dan Navya adalah pernikahan yang digelar dengan sangat mewah, kedua mempelai dan pendeta diberikan mic kecil agar suara mereka terdengar.

"Sudah...Bapa" jawab Arzan dengan nada rendahnya.

"Baiklah, hari ini..akan diadakan pernikahan sepasang anak manusia dengan disaksikan oleh kita semua. Sebelum pemberkatan dilaksanakan, adakah yang tidak terima atau menolak pernikahan kedua insan ini???" Tanya sang pendeta, namun tak ada yang membuka suara.

Pendeta itu bertanya sebanyak tiga kali dengan pertanyaan yang sama, namun tak sama tak ada yang membuka suara.

"Baiklah...anakku Arzan Ganendra, bersediakah engkau menerima Navya Anindia sebagai istrimu baik disaat susah dan senang, sehat dan sakit, juga disaat lapang dan sempit, serta membimbing dirinya dijalan Tuhan..???" Ujar pendeta dengan tenang. Navya melirik sedikit kearah Arzan, karena ayah dari anaknya itu hanya diam tak berbicara. Membuat pendeta dan para undangan sedikit bingung.

"Anakku Arzan Ganendra, aku tanya sekali lagi..bersediakah engkau menerima Navya Anindia sebagai istrimu baik disaat susah dan senang, sehat dan sakit, juga disaat lapang dan sempit, serta membimbing dirinya dijalan Tuhan..???" Pendeta itu mengulang pertanyaan nya.

"Hhh...saya bersedia..." jawab Arzan akhirnya.

"Baiklah..anakku Navya Anindia bersediakah engkau menerima Arzan Ganendra sebagai suami mu baik disaat susah dan senang, sehat dan sakit, juga disaat lapang dan sempit, serta mengikuti dirinya dijalan Tuhan??" Navya menutup matanya beberapa detik, lalu

"Saya bersedia..." suara lembut namun tegas milik Navya menggema di ruangan sakral itu.

"Baiklah, sematkan cincin dijari mempelaimu dan ucapkan sumpah setiamu.." ujar Pendeta pada Arzan.

Navya tidak berani menatap wajah Arzan yang menatap dirinya tajam dan penuh benci.

"Aku Arzab Ganendra bersumpah, akan terus bersama mu, melindungimu, mengutamakanmu, juga memenuhi segala kebutuhanmu semata sebagai suami dari dirimu...Navya Anindia" setelah mengucapkan sumpah, Arzan menyematkan cincin di jari manis tangan sebelah kanan Navya.

"Giliranmu, putri ku.." tangan Navya terlihat bergetar saat akan mengambil cincin itu.

"Aku...Navya Anindia bersumpah, akan selalu berada disampingmu tanpa keluh kesah, tanpa rasa lelah aku akan terus bersamamu sebagai istri dari suamiku, Arzan Ganendra .." Navya menyematkan cincin di jari manis tangan kanan Arzan. Pria menatap jijik kearah cincin yang tersemat dijari manisnya.

Prokk....prook...

Tepuk tangan meriah terdengar. Tanpa ada yang tau kalau keduanya tak memperlihatkan wajah senang juga bahagia.

"Kau bisa mencium pengantinmu, anakku.." Navya terlihat meremat gaunnya. Dirinya tak menginginkan sesi ini, dirinya sudah sangat tidak nyaman.

Sret..

Kain tipis yang menutupi wajah Navya terbuka. Arzan memperhatikan dengan seksama, wajah yang harus dia akui cantik itu terlihat semakin cantik, asal tidak ada memar di dekat pelipis-

Sret...

Spontan Arzan mengangkat tangannya dan membuat wajah Navya terlihat jelas, tangan itu mengelus memar yang samar namun masih bisa ditangkap oleh manik bambi itu.

"Kenapa bisa memar???" Tanya Arzan lirih

"Maaf...???" Navya menatap wajah tampan dengan raut terkejut, apa masih terlihat kah??? bukan kah sudah ditutupi make up tadi??

"Ah..apa peduliku.." Navya harus sadar siapa dirinya, untuk apa Arzan khawatir padanya???

Chup..

Arzan mengecup kening Navya, tidak sampai satu menit, paling hanya sekitar beberapa detik saja. Dan Navya lagi-lagi harus sadar, siapa dia??? Apa yang bisa dia harapkan dari pernikahan ini?? TIDAK ADA

Walau hanya kecupan di kening, namun sambutan para undangan terluhat antusias terlihat dari tepuk tangan yang meriah dan juga ucapan selamat yang terdengar bersahut-sahutan.

Tampak Pasangan Danar-Ayra yang tersenyum lega. Lalu ada pasangan Ganendra yang terlihat biasa saja. Ny. Ganendra malah lebih memilih menimang sang cucu.

Dari pemberkatan, dilanjut kan ke acara resepsi yang dilaksanakan dengan tema garden party dan menyulap taman di gereja itu terlihat indah, mewah juga elegan dengan bunga tulip yang menjadi hiasan disetiap pilar-pilar buatan dengan kain sutra berwarna putih dan baby blue semakin mempercantik taman gereja.

Arzan dan Navya menerima tamu yang tidak sedikit. Mengingat siapa keluarga Ganendra itu.

"Selamat bro..aku tak tau kalau kau akan menikah secepat ini dan bukan dengan Yuna...tapi, harus aku akui. Istrimu sangat cantik dan menawan.." ujar seorang pria yang menjabat tangan Arzan

"Kalau bukan karena rencana busuk wanita ini. Yuna yang ada di posisi nya.." ujar Arzan dengan menggerutu, Navya mendengar dengan jelas hanya bisa meremat gaun miliknya.

"Sorry..kau mengatakan apa???" Tanya pria itu.

"Tak ada...Nan, kau sudah bertemu dengan bang Danar ???" Tanya Arzan lagi, dan pria itu mengangguk lalu bergeser dan berhadapan dengan Navya yang membungkuk sopan kearahnya.

"Hai...aku Nanda Radyta. Aku adik dari pria yang menjadi wali mu tadi kakak ipar, salam kenal.." Pria tadi, Nanda mengulurkan tangan dan disambut Jimin dengan lembut.

"Navya Anindia...Tuan" Nanda mengerjapkan mata.

"Tuan??? oh ayolah..kakak ipar jangan panggil tuan. Cukup Nanda saja...oke, kita keluarga loh.." Nanda menatap wajah Navya lekat

"Ah..iya..Nanda..salam kenal" Nanda tersenyum lembut mendengar namanya di sebut dengan suara lembut itu.

Setelah perkenalan singkat itu, Nanda memutuskan untuk menemui keluarga Ganendra yang lain, sekedar menyapa.

"Ayah ibu, kak dan bang..si tampan datang menyapa" Nanda menyapa dengan senyum cerah yang memperlihatkan boxing smile miliknya

"Oh..apa ini Arkana Ganendra???" Nanda langsung semangat saat manik onixnya menatap seorang bayi di gendongan sang kakak ipar

"Iya..dia Arka. Putra Arzan dan Navya, Nan" Danar yang menjawab.

"Hah...dia terlihat sempurna, menawan, juga indah disaat ia seorang bocah lelaki. Aku rasa aura positif dan lembutnya itu berasal dari ibunya.." Nanda berujar dengan sangat santai.

"Kau rasa seperti itu???" Tanya Ny. Ganendra

"Tentu ibu, karena aura milik Arzan itu tegas dan mendominasi, sangat gampang terlihat.." ujar Nandq lagi, mereka hanya bisa membenarkan perkataan pria muda uru.

"Lalu, Yuna bagaimana???" Tanya Nanda lagi, mengingat Arzan akan melakukan oemberkatan dua kali dengan dua wanita berbeda

"Mereka akan menikah malam nanti hanya pemberkatan saja.." ujar Tn. Ganendra

"Woah..ayah sangat jauh berbeda. Kenapa tidak diadakan seperti saat ini..pemberkatan, lalu resepsi, Arzan akan memiliki dua buku nikah..kalau hanya pemberkatan saja, berarti hanya sah di mata agama tapi tidak di mata hukum" Nanda menatap ayah dari Arzan lekat

"Ya..karena tidak mungkin dan tidak akan pernah dia memperoleh gelar menantu keluarga Ganendra, disaat Navya sudah mendapatkan gelar tersebut secara paten, Nan.." aura Ny. Ganendra terasa sedikit kuat, pertanda Ny. Ganendra tak senang.

Nanda menatap kedepan dimana sepasang anak manusia itu masih dengan kegiatan menyambut tamu mereka.

*****

"Kenapa mama gak ikut???" Tanya Ayra pada ibunya, karena sang ibu malah ikut dengan dirinya dan Navya serta Arkana, kembali ke mansion.

"Sudah ada ayahmu, Danar juga Nanda untuk menjadi saksi..mama lelah, mau istirahat saja.." Ayra hanya bisa mengangguk saja. Ny. Ganendra menatap Navya yang memangku Arka sambil menyanyikan Lulaby.

"Nav.."

"Iya nyonya???" Navya menatap ibu mertuanya lekat.

"Bagaimana bisa gaun mu terganti?? Dan kenapa ada memar di wajahmu?? Kau bertengkar di detik-detik terakhir saat pemberkatan akan dilaksanakan???" Tanya Ny. Ganendra

"Ma-maafkan saya nyonya, sa-saya tidak bertengkar..ha-hanya saja saat itu saya gugup dan ta-tak sengaja menabrak meja rias dan begitulah.." tatapan Ny. Ganendra dan Ayra sama. Sama-sama menatap Navya datar. Untuk apa ditutupi disaat mereka sudah tau.

"Oh..ah satu lagi, kau sudah menjadi menantu di keluarga ku. Ralat panggilanmu pada kami..." ujar Ny. Ganendra dan diangguk oleh Ayra.

"Iya...saya mengerti, ma-mama" ujar Navya dengan suara gugupnya

*****

Navya saat ini ada dikamar Arzan. Ya..kalian tidak salah, Navya dipaksa ibu mertuanya untuk memasuki kamar Arzan yang menjadi kamar dia dan Arka mulai sekarang. Dan Navya tak ada wewenang atau kekuasaan untuk menolak titah itu.

Navya sudah berganti pakaian dengan piyama, Arka sudah terlelap di atas ranjang ukuran king itu.

Wanita muda itu menatap luar ruangan dengan manik sendu. Apa yang dia harapkan??? Malam pertama?? Apa kah Arzan menganggapnya??? Navya bahkan seakan tau kalau malam ini tak mungkin Arzan pulang. Bungsu Ganendra itu pasti memilih untuk menghabiskan malam panjang ini dengan Yuna, ketimbang dirinya. Tanpa ia sadari, air mata mengalir dari manik bulan sabitnya dan mengaliri pipi miliknya.

"Hiks..hiks..kenapa nasib aku semenyedihkan ini Tuhan..hiks..hiks.." Navya menumpahkan kesedihannya malam itu. Malam yang biasanya dihabiskan pengantin baru dengan malam panas, Navya malah menghabiskan dengan ditemani angin malam juga kesunyian yang menusuk setiap inci tubuhnya.

Berkebalikan dengan Arzan dan Yuna yang bergumul panas di ranjang dengan keadaan tubuh tanpa busana dan erangan panjang.

"Hah..hah..hah..semoga anak kita segera hadir, sayang..." ujar Arzan sambil mengelus perut rata sang istri setelah mereka memutuskan menyudahi pergumulan panas itu...

Yuna mengangguk dengan menutup matanya, kelelahan mungkin..

to be continue