Apa maksud mu mengatakan hal itu, Bang????" Semua mata menatap lurus ke si penanya.
"Apa rupanya, Ar????" Danar malah balik tanya.
"Apa yang abang katakan soal Nanda dan wanita ini??? Seperti suami istri??? Nanda dengannya?? Dengan wanita murahan ini?? Kau yakin bang??? Aku saja terpaksa menikahinya. Kalau bukan karena kehadirannya, aku bahagia dengan Yuna.." Arzan merangkul Yuna dan menginjak habis harga diri Navyq.
Semua orang mematung mendengar ucapan Arzan, jantung Nqvyq bergemuruh. Tangannya terlihat gemetar, air mata sudah siap untuk tumpah.
Trak...
Plak...
Pipi Arzan mendapatkan tamparan dari Navya, manik bulan sabit itu mengeluarkan air mata.
"Tn. Arzan apa salah ku!!! Apa maksud perkataan mu!!!" Navya jelas tak terima
"Kau menamparku!!! Berani sekali dirimu...wanita licik!!!" Arzan emosi.
"Ya..aku menamparmu, semua karena mulut kurang ajarmu. Apa salahku??? Aku berada disini bukan keinginanku..aku seperti ini bukan keinginaku..Kau..kau yang menghancurkan hidupku..kau menghancurkan masa depanku..kau memperkosaku..dan sekarang kau bertingkah sebagai korban!!! Kau menyalahkan aku!!!"" Navya berujar dengan air mata berderai.
Ayra langsung menarik Navya kedalam pelukannya. Dan menatap tajam sang adik.
"Kau keterlaluan, Ar. Apa maksud perkataanmu kalau Navya wanita murahan?? Kau yang membuat harga dirinya hancur berkeping. Kau lupa???" Danar berujar dengan tenang.
"Aku hanya mengatakan tentang interaksi Adikku dan Navya. Bukan ada maksud apapun. Kenapa kau semarah itu sampai mengatakn hal buruk tentang istrimu sendiri.." ujar Danar
"Dan lagi, dia memiliki nama. Kenapa kau memanggilnya wanita licik, kalau kau tak senang. Keluar dari rumah ini dan putuskan hubunganmu dengan anakmu.." ujar Ny. Ganendra berang.
Tak ada cacat yang terlihat di diri Navya. Dan itu membuat Ny. Ganendra tau kalau Navya bukan perempuan nakal yang harus di waspadai.
Arzan tak bisa menjawab apapun. Yuna yang disampingnya pun diam seribu bahasa.
"Kau aneh Ar, bukankah kau mengatakan pada kami kemaren, kalau kau berniat menceraikan Navya...berarti aku tak salah kan membuat jalan untuk diriku..." ujar Nanda dengan tatapan tajam. Ucapan Nanda membuat Ny. Ganendra, Ayra dan tentu saja Navyq terkejut mendengarnya.
"APA?????" Tn. Ganendra yang sejak tadi diam, kini malah menatap putranya tajam.
"Arzan Ganendra, kau tau kan kalau lelaki di keluarga ini ingin menceraikan istrinya. Maka dia tak ada hak sepeserpun di dalam harta warisan.. kalau kau ingin menceraikan Navya, silahkan. Angkat kaki mu dari sini. Dan kita lihat apa kau bisa makan diluar sana.." Tn. Ganendra menatap putranya dengan tatapan bengis.
"Papa membenci perceraian..tapi jika untuk Arkana dan Navya. Akan papa terima..semua demi cucu dan menantu papa...menantu sah keluarga Ganendra...dan kau harus ingat satu hal, Ar. Hanya Navya dan Danar menantu keluarga ini...titik!!!!" Tn. Ganendra beranjak dari kursi dan memilih duduk di ruang keluarga.
Ayrq membawa Navya menuju kedalam kamar wanita itu. Ny. Ganendra mengikuti sang suami. Nanda memilih untuk mengikuti Ny. Ganendra dan Tn. Ganendra. Tersisa hanya Danar, Arzan dan Yuna. Serasa deja vu.
"Ucapanmu keterlaluan. Aku berharap kau ingat betapa kejamnya dirimu saat memperkosa Navya, agar pikiranmu terbuka seluruhnya. Aku pernah mengatakan padamu yang kita pegang dari seorang wanita itu adalah kepercayaan. Nanda menyukai Navya, terlihat jelas. Tapi juga terlihat sangat jelas jika Navya hanya mempertahankan pernikahan yang dianggap sakral ini. Entah demi dirimu atau demi Arka, tapi satu yang pasti bukan demi harta mu..." ujar Danar dengan mata menatap tajam kearah Arzan dan tentu saja Yuna.
Lalu Danar memutuskan pergi dari ruang makan. Meninggalkan Arzan dan Yuna.
"Yuna...apa aku keterlaluan???" Tanya Arzan pada Yuna sang istri.
"Tidak, yang kau katakan sudah benar. Agar wanita itu tau apa posisinya di rumah ini. Agar dia tau kalau kehadirannya merukan kebahagiaanmu.." ujar Yuna
"Begitukah???" Tanya Arzan lagi
"Ya....karena kehadirannya membuat aku tak bisa menjadi menantu sah. Membuat dirimu seperti di kekang, membuat kau harus bertanggung jawab pada anak bodohnya itu.." Arzan sontak menatap Yuna.
"Anak bodoh???? Kau mengatakan anakku anak bodoh??? Yuna???" Arzan tak habis pikir akan ucapan Yuna. Bukankah Yuna selalu berbicara sopan dan lembut. Kenapa ini?
"Ah..Arzan, bukan begitu maksud ku..aku- Arzan!!!..."
"Aku akan ke kantor saja...aku masih banyak pekerjaan.." Arzan meninggalkan Yuna yang sendirian di meja itu.
"Sialan kau Navya Anindya...aku akan menyingkirkanmu..aku bersumpah" ujar Yuna dengan tangan terkepal erat.
****
Kejadian tidak mengenakkan itu merambat sampai makan malam. Navyq memang tak lagi menangis, tapi dirinya jadi banyak diam dan tatapan matanya terlihat tajam kearah Arzan. Apa dia sakit hati??? Tentu saja, Navyq adalah korban tapi dia malah dituduh sebagai pelaku.
Dan sipelaku tak lain tak bukan Arzan, ia merasa bersalah setelah ia berbicara dengan sekretarisnya. Katakan jalan pikiran Arzan terbuka walau sedikit. Dan dia bertekat untuk berbicara dengan Navya nanti.
"Ar, temani aku tidur ya..." Yuna mencoba merayu Arzan yang mendiamkannya sejak pulang kerja tadi.
"Aku ingin tidur dengan anakku.." jawab Arzan singkat
"Kita bisa bawa ke kamar ini, kan.." ujar Yuna
"Apa kau bisa bangun tengah malam untuk mengganti popok dan memberikan susu padanya..??" Yuna terdiam dengan manik tak berani menatap Arzan.
"Sudahlah.." Arzan keluar dari kamar Yuna dan berjalan menuju kamar Navya.
Sampai didepan pintu, Arzan malah terlihat ragu untuk masuk kedalam.
Cklek..
Deg...
Navya tiba-tiba membuka pintu dan pandangannya disuguhkan oleh tubuh besar sang suami.
"Hei..aku ingin bicara denganmu.." Navya menatap Arzan beberapa saat, lalu menghela nafas dan tak lama mengangguk.
Keduanya berada didalam kamar dengan Arka yang sudah tertidur nyenyak di sofa.
"Maafkan aku.." Navya menatap Arzan lekat.
"Kenapa kau meminta maaf, Tn. Arzan??? Apa kau ada salah???" Tanya Navyq sarkas.
"Bisa..jangan memancing.." ujar Arzan
"Aku tak ada niat memancing. Masih aku ingat jelas semua yang kau katakan siang tadi. Kalau kehadiranku dirumah inin adalah kesalahanku, lalu sekarang kau meminta maaf??? Kau yakin??" Tanya Navya dan membuat Arzan terdiam.
Merasa tak nyaman, Navya memutuskan berbaring disamping Arka, dan mencoba untuk tidur. Membelakangi Arzan
"Aku sadar akan ucapan aku yang keterlaluan, maafkan aku. Harusnya aku tak mengatakan hal yang menghancurkan perasaanmu. Maafkan aku.." Navyq tidak memberikan reaksi apapun. Malam itu dilalui dengan Arzan yang merasa permintaan maafnya belum tersampaikan.
****
"Yuna...pakaikan dasiku..." ujar Arzan memasuki kamar istrinya.
"Emmhh..aku lelah Ar, suruh ibumu saja..." jawab Yuna dengan mata masih terpejam. Arzan kembali menghela nafas.
Brak...
Pinti di banting dengan kuat. Membuat Yuna terbangun, namun malah terlihat cuek dan kembali mencoba untuk tertidur.
Arzan berjalan menuju dapur, dimana sang ibu pasti ada disana.
"Ma, pakaikan dasiku.." pinta Arzan.
"Istrimu masih tidur???" Tanya Ny. Ganendra
"Iya...ma"
"Mama jadi kepikiran, bagaimana dia merawatmu jika kalian kembali ke apart??? Bangun pagi saja malas. Padahal suaminya harus berangkat pagi.."
"Mama..."
"Mama lagi sibuk.." Ny. Ganendra tak menggubris perkataan putra bungsunya.
"Ibu, yang mana lagi??" Navya menghampiri ibu mertuanya
"Ah..kebetulan, Nav. Pakaiakan dasi Arzan. Sejak tadi membuat berisik saja.." Navya ingin menolak, tapi Arzan sudah memberikan dasi itu pada Navya.
Dengan ogah-ogahan, Navya menatap kanan kiri, untuk mencari pijakan.
Sreett..
Jungkook menggeret kursi kecil yang biasa di pakai para maid untuk istirahat. Menggunakan kakinya.
Navya naik dan mulai melingkarkan tangannya di leher sang suami. Arzan biasa menatap dirinya tajam, kini tatapan tajam itu melunak walau sedikit. Dan ini kali kedua manik Arzan menatap wajah Navya dengan amat lekat. Biasa ia menatap keatas.
"Bagaimana ia bisa memiliki wajah semungil ini. Matanya seperti bulan sabit, hidungnya kecil, bibirnya.... plumpy" Arzan berujar dalam hati sambil menatap wajah Navya yang harus dia akui, cantik.
Navya langsung turun, begitu ia selesai memakaikan dasi dan bergabung dengan mertuanya dan para maid. Sedang Arzan masih betah berdiri dengan posisi awalnya.
Tak jauh dari dapur, Yuna melihat semuanya. Melihat bagaimana Navya memakaikan dasi di leher Arzan. Tangan Yuna terkepal erat, maksud hati ingin memastikan dugaannya semalam. Tapi ternyata yang dia dapatkan lebih dari itu semua. Tangan Yuna terkepal erat. Ia merasa posisi nya mulai terancam.
****
"Papa berangkat dulu..Arka.." Arzan kembali mengecup kening putranya, setelah sebelumnya Tn. Ganendra membubuhi kecupan di pipi gembil cucunya tersebut.
Grep..
"Ar..kau tak mencium keningku???" Tanya Yuna. Ny. Ganendra yang melihat itu semua membawa menantunya Navya masuk kedalam dan meninggalkan Arzan dengan Yuna.
Chup
Arzan mengecup pipi Yuna, tanpa mengeluarkan suara. Lalu menyusul sang ayah yang sudah lebih dulu pergi dari mansion megah itu.
*****
"Aku juga tak tau kalau abang ipar Jungkook, memiliki adik setampan dan se-hot Nanda..."
"....."
"Aku malah menyesal sekarang kenapa aku kenal dengan Nanda saat aku sudah menikah dengan Arzan. Coba lebih awal..."
"...."
"Kau tau, tinggal di mansion ini seperti neraka..apalagi ibu mertuaku itu..memuakkan, sok berkuasa. Lihat saja, saat aku berhasil menjadi nyonya dirumah ini, aku akan usir mereka semua dari sini.."
"...."
"Kenapa tidak, Arzan itu bucin asal kau tau..aku yakin kalau aku katakan untuk membunuh kedua orang tuanya itu pasti dia lakukan.."
"...."
"Kita lihat saja nanti..."
Tuuuuutttt....
"Ho....kau mau bermain, nona??? Akan aku ladeni dirimu..." ujar seseorang yang tanpa sengaja mendengar pembicaraan Yuna dengan seseorang melalui Ponsel.
🤗🤗🤗🤗🤗
to be continue