Chereads / Arkana.... / Chapter 2 - Bagian 2

Chapter 2 - Bagian 2

Manik Arzan tidak berkedip untuk beberapa waktu. Matanya menatap lekat deretan huruf di kertas putih yang berasal dari rumah sakit milik keluarganya.

Tak mungkin dokter disana salah periksa, DNA dirinya dan Arkana 99% mirip, yang artinya Arkana memang anak kandungnya.

"Pa...Bang, aku ingin tes ulang..aku meragukan hasilnya" ujar Arzan

"Maaf tuan muda..itu tidak mungkin salah. Apa kau meragukan dokter di rumah sakit kita??" Tanya Sang ayah

"Tapi pa...." wajah Arzan terlihat pucat.

"Hah..dengar Ar, kita akan tau bagaimana Arkana lahir dengan DNA yang sama denganmu, bawahan ayah sudah mulai menemukan titik terang dimana wanita itu berada. Selama wanita itu belum kita temukan, kau harus berusaha berpikir dan mengingat siapa dan bagaimana kau berbaik hati menyumbangkan sperma mu pada rahim seseorang.." putus Tn. Ganendra tegas.

Ny. Ganendra dan Ayra saling tatap, namun tak lama mereka tersenyum lebar.

"Apa karena Arkana darah kita, makanya kita bisa senang melihat tingkahnya, ma??" Tanya Ayra

"Bisa jadi..karena Mama sering melihat anak kecil juga mama suka dengan anak kecil, tapi saat melihat Arkana.. Mama merasakan jatuh cinta pada nya..yang ternyata cucu mama sendiri.." jawab Ny. Ganendra dengan senyum tipis.

"Mama...aku harus bagaimana??" Tanya Arzan

"Tergantung alasan wanita itu..kalau perlu kau menikahi dia agar Arkana tidak terpisah dari kedua orang tuanya..kau dengar" jawab Ny. Ganendra tegas

"Apa?? menikah??? Dengan wanita yang tidak aku kenal??? mama mabuk??? Aku memiliki Yuna yang akan menjadi istriku kelak.." ujar Arzan

"Terserah, mama katakan tadi tergantung alasan wanita itu...semoga saja dia hanya memikirkan harta, jadi saat kau berikan dia segepok uang, dia akan pergi dari hidup mu..dan tidak mengganggu mu juga Arkana lagi.." ujar Ny. Ganendra

Arzan tak bisa berpikir apapun saat ini. Dia harus segera mengatakan pada Yuna, kekasihnya. Jangan sampai semua semakin besar.

"Pa, ma..aku keluar dulu ya.." Arzan sepertinya butuh udara segar karena pikirannya sangat mumet saat ini.

"Mau bertemu kekasihmu??" Arzan mengangguk

"Katakan kemungkinan terburuk padanya, agar dia bisa membawa dirinya..oke" Arzan tidak mengatakan iya ataupun tidak pada sang ibu. Katakan dia masih ragu.

******

Arzan menunggu kekasihnya di restoran bintang lima, sambil menunggu Yuna, Arzan memutuskan untuk bermain game di ponsel nya namun entah kenapa, dirinya malah terus menerus kepikiran tentang hasil tes DNA itu.

"HAH!!!!" Arya mengeluarkan unek-unek dengan berteriak.

"Ya Tuhan....." seorang pelayan nyaris menjatuhkan makanan yang ia pegang, karena terkejut.

"Oh..maafkan aku..." Seru Arzan

"Ti-tidak apa..Tuan.. " Arzan menatap lekat pramusaji itu..

"Kau, bukannya yang bekerja di baby shop???" Pramusaji itu sedikit tersentak, dan tak lama ia mengangguk

"Oh..begitu.." reaksi yang super santai.

"Apa Arka- ba-bayi itu sehat, Tuan???" Sedikit bingung, tapi Arzan mengangguk

"Syukurlah..." bisik Pramusaji itu sambil pamit berlalu dan Arzan tidak terlalu memperhatikan karena Sang kekasih sudah tiba, lalu mengecup pipi miliknya.

"Apa aku lama, Ar???" Tanya Yuna

"Tidak, aku juga baru tiba beberapa menit lalu sayang..." Arzan membalas kecupan sang kekasih

"Ada apa, tumben menghubungi ku???" Tanya Yuna lagi

"Karena aku merindukanmu, apa tak boleh???"

"Ahahhaha..kau ini. Tentu saja boleh, malah harus, awas saja kalau kau tak merindukan ku..aku akan marah" seru Yuna sembari tertawa kecil.

"Emm..Yuna, sebenarnya ada satu hal yang ingin aku katakan, dan aku rasa ini sangat penting kau ketahui.." wajah Arzan sontak berubah tegang dan itu membuat perasaan Yuna tak enak.

"Apa itu?? Katakan saja" ujar Yuna sambil berdoa dalam hati. Semoga saja perasaan tak enaknya itu hanya sekedar lewat saja.

"Aku..."

"Permisi...maaf saya mengganggu, mau pesan sekarang atau???" Pramusaji menatap Arzan dan Yuna dengan tatapan tak enak hati, karena sudah mengganggu.

"Emm..sekalian makan, bisa kan Ar??" Arzan mengangguk dan berakhir dengan keduanya memesan makanan.

Setelah pramusaji itu berlalu, Arzan kembali menetapkan hati.

"Yuna..aku memiliki seorang anak.." ujar Arzan dengan cepat

Deg...

Wajah Yuna sontak terkejut. Apa katanya??? Anak???

"Kau sudah menikah?? Kau menjadikan aku wanita jahat seperti di drama-drama itu??? Arzan???" Yuna tak terima.

"Tidak, bukan begitu..aku belum menikah, dan jika aku memiliki niat untuk menikah..aku pasti menikahi mu.."

"Lalu,...lalu yang kau katakan tadi??" Yuna bingung. Dan berakhir Arzan menceritakan semuanya, bahkan sampai perkataan sang ibu.

"Aku bisa menerima anakmu menjadi anakku, kenapa ibumu ingin menikahkanmu dengan wanita yang bahkan kita tak kenal..??" Yuna bingung saat ini. Bukankah lebih gampang dengan menikahkan Arzan dan dirinya, lalu anak itu akan ia asuh seperti anaknya sendiri.

"Aku juga tak tau, apa alasan mama ku..Yuna.." Arzan tak memiliki pendapat untuk ia utarakan pada sang kekasih.

"Kenapa aku jadi merasakan takut yang amat sangat. Aku takut kau akan meninggalkan aku dan memilih wanita itu.." ujar Yuna dengan wajah sendu

"Tidak mungkin..aku tak mungkin meninggalkanmu..aku mencintaimu.. sangat" Yuna biasanya akan tersenyum malu-malu saat Arza mengucapkan kata itu. Tapi kali ini Yuna malah merasakan keraguan didalamnya.

*****

"Bagaimana???"

"Kami menemukannya Tuan.." ujar salah satu bawahan Tn. Ganendra

Sat ini ayah dari Arzan itu sedang berada di ruangannya dan menunggu hasil dari kerja bawahannya yang ia perintahkan untuk mencari seseorang

"Namanya Navya Anindia, dia tidak memiliki siapapun sebagai keluarga, dia anak yatim piatu. Dia berasal dari salah satu panti asuhan di Bandung, melakukan beberapa pekerjaan dalam satu hari..sebagai pramuniaga di babyshop, pramusaji di salah satu restoran milik keluarga Anda, lalu saat tengah malam hingga pukul empat pagi dia bekerja sebagai pelayan di klub malam di daerah Jakarta Selatan, tapi berhenti setahun yang lalu tuan, hasil dari dia bekerja ia berikan sebagian ke panti asuhan dimana ia dibesarkan.. " ujar pria itu.

"Klub malam???"

"Iya Tuan.. dan kami juga mendapatkan rekaman cctv beberapa waktu yang masih tersimpan dan kami.. menemukan..satu... fakta... kalau..Tuan muda... ekhem ..Tuan muda.." pria itu terlihat ragu untuk berujar.

"Katakan dengan jelas.." perintah Tn. Ganendra

"Saat tanggal 1 september 2020, terlihat Tuan muda Arzan ada di klub dimana Navya bekerja, kami juga melihat kalau Tuan muda Arzan..me..me..." terlihat kalau bawahan Tn. Ganendra ragu untuk berbicara

"Me??? Me apa???" Tn. Ganendra sedikit kesal melihat bawahannya ini

"Melecehkan Navya bahkan..menyeret wanita itu kesalah satu kamar di klub itu dan..dan..anda bisa membayangkan nya sendiri, Tuan. Karena saat pukul lima pagi terlihat Navya keluar dari kamar itu dengan berantakan..dan terlihat berjalan tertatih juga ia terlihat menyeka air mata.." jelas bawahan itu dengan bahasa yang ia usahakan tidak kasar.

Mulut Tn. Ganendra menganga tak percaya mendengar ucapan bawahannya itu.

"Putraku Arzan, memperkosa wanita itu???" Tanya Tn. Ganendra, bawahannya itu tak mengangguk. Namun Tn. Ganendra bisa mencerna sendiri, dari tatapan mata bawahannya.

"Bawa Navya Anindia itu ke mansion sekarang, aku akan langsung ke mansion" perintah Tn. Ganendra adalah mutlak untuk dilaksanakan segera.

"Baik tuan..." setelah bawahannya pergi Tn. Ganendra menghela nafas lelah..

"Apa yang sudah kau lakukan, Ar.." pria paruh baya itu tidak mengekang anak-anaknya, tidak mempermasalahkan pergaulan anaknya selagi pergaulan itu masih positif. Apa yang membuat Arzan ke klub malam saat hari ulang tahunnya, itu yang membuat ia bingung.

*****

"Bisa kami bertemu pekerja disini yang bernama Navya Anindia, nona???" Ujar satu pria pada kepala toko.

"Navya??? Tentu saja. Saya akan memanggilnya, kebetulan dia sedang istirahat di belakang, tunggu sebentar Tuan.. " ujar kepala toko itu dan diangguki oleh pria itu.

Tak lama, kepala toko itu berjalan bersama dengan satu wanita bertubuh mungil yang terlihat kebingungan.

"Ini Navya Anindia nya, Tuan, saya tinggal dulu.. "

"Terima kasih nona.." setelah kepala toko itu berlalu, barulah pria itu menatap Navya.

"Navya Anindia???" Pria itu memastikan sekali lagi

"Iya...itu saya, Tuan. Ada apa ya???" Tanya Navya dengan waswas.

"Saya, Fredy..bisa ikut saya ke kediaman Ganendra, sekarang nona???" Manik Navya seketika terbelalak. Dan wajahnya terlihat pucat seketika.

"Anda pasti kenal dengan keluarga Ganendra kan..khususnya Tuan muda Arzan Ganendra.." Tubuh Navya seketika mematung. Jantungnya berdetak kencang.

"Tu-tuan..sa-saya mohon, ja-jangan bawa saya kesana..saya mohon.. hiks..hiks..saya mohon..tolong saya" Navya bahkan terlihat putus asa dengan air mata yang mengalir deras membuat kepala toko juga beberapa teman kerjanya bingung.

"Maaf nona Navya, sebaiknya anda ikut saya dulu. Karena ini perintah langsung dari Tuan besar kami. Tapi percayalah tidak ada yang menakutkan disana. Tuan besar hanya ingin bertemu dengan anda.." ujar pria bernama Fredy itu.

"Tuan saya mohon..sa-saya tidak mengganggu Arkana, sa-saya.."

"Saya tau, saya bisa lihat dari mata anda kalau anda bukan sesuatu yang harus kami waspadai..hanya ingin bertanya saja, saya yang akan memastikan keselamatan anda.." ujar nya lagi.

"Nav, apapun masalahnya lebih baik kau selesaikan, kami juga melihat beberapa hari ini kau terlihat linglung..juga menangis diam-diam, tak apa. Tuan ini menjamin keselamatan mu kan..percaya saja dulu..oke" kepala toko berusaha menenangkan Navya yang terlihat takut dengan air mata semakin mengalir deras.

"Ta-tapi bu..sa-saya...saya.."

"Tidak apa-apa..kami kenal dirimu, Nav. Kau tak mungkin melakukan kesalahan, oke..pergilah..kami menunggu disini.." kepala toko mengelus kepala Navya dengan lembut, juga teman kerjanya mengangguk dan memberikan senyuman pada wanita bertubuh mungil itu.

"Mari nona..." Navya mengepalkan tangannya dan berdoa dalam hati, lalu mulai melangkahkan kaki setelah ia menghela nafas.

to be continue