Chereads / Arkana.... / Chapter 6 - Bagian 6

Chapter 6 - Bagian 6

Aku tau...aku akan berusaha..."

"...."

"Iya..iya...ak-"

"Yuna..menghubungi siapa??" Wanita yang dipanggil namanya itu langsung mematikan panggilan berusaha biasa saja.

"Ar..kau ini bikin terkejut saja, aku sedang berbicara dengan temanku tadi.." jawab wanita itu

"Kok di tutup?? Lanjut aja lah.." ujar Arzan sedikit bingung melihat gelagat sang kekasih, namun dirinya tak ingin berfikir negatif

"Nanti saja, masalah wanita, tak mungkin aku membicarakan nya disini, ada dirimu pula" Yuna tersenyum semanis mungkin

"Ahahhaha..ya sudah..so, bagaimana penampilan ku??" Yuna memperhatikan penampilan Arzan yang terlihat sangat tampan, menawan juga terlihat sangat berkharisma dengan balutan tuxedo mewah itu.

"Tampan..kekasih aku sangat amat tampan" Yuna mengelus lengan Arzan. Tatapan Yuna terlihat sendu, karena sebelum ia mendampingi Arzan menggunakan tuxedo ini, akan ada wanita lain yang akan lebih dulu mendampingi kekasihnya ini di atas altar.

"Maafkan aku sayang, tapi aku janji, cinta aku hanya untukmu, dan itu keyakinan yang aku pegang teguh. Kita akan segera dikaruniai anak dan aku akan membawamu ke mansion utama bersama buah hati kita.." Yuna mengangguk saja. Menanggapi perkataan sang kekasih.

Di lain tempat, Navya hanya bisa menurut setiap Ny. Ganendra juga Ayra menyodorkan gaun untuk ia coba. Padahal Navya tidak ingin merepotkan dua wanita cantik itu. Tapi dirinya tak bisa membantah apapun. Posisinya hanya bisa menurut tanpa bisa membantah

"Oke..ini cocok dengan tubuh nya. Warnanya kontras dengan kulitnya, juga terlihat memamerkan tulang selangka nya yang indah..kan ma??" Ayra menatap pantulan Navya di cermin, dan diangguki oleh Ny. Ganendra

"Kami ambil ini saja, ayo Ay.." Ny. Ganendra berjalan menuju pintu keluar butik ternama, untuk pembayaran sudah ia selesaikan begitu Ayra berbicara tadi. Ny. Ganendra berjalan sambil menggendong Arkana. Sedang Navya dan Ayra menjadi pendampingnya.

"Kita langsung pulang saja, semua sudah beres. Barang-barang akan dibawa ke mansion, kasihan Arka sudah kelelahan.." kedua wanita muda itu mengangguk saja.

Setiba di mansion, Ayra diberikan tugas menjaga Arkana. Sedang si ibu dibawa Ny. Ganendra menuju ruang pribadinya.

Blam...

"Duduklah.." Navya yang tak paham, hanya memilih mengikuti saja.

"Hah...aku ingin mengingatkan satu hal padamu. Benar kau ibu dari Arka, tapi aku belum sepenuhnya percaya dengan semua ceritamu. Jadi kalau kau memiliki satu hal yang bisa memalukan Keluargaku, lebih baik kau berbicara sekarang, kita selesaikan semua, dan jika tujuan awalmu hanya uang..aku berikan sebanyak yang kau mau.." ujar Ny. Ganendra buka suara.

"Maaf Nyonya, saya tidak ada maksud apapun. Bahkan mimpi untuk masuk ke mansion ini saja tidak ada. Niat awal saya hanya ingin agar hidup Arka terjamin, dan akan berkebalikan jika ia tinggal dengan saya, makanya saya memberikan Arka pada ayahnya.." jawab Navya dengan nada bergetar. ia merasa hatinya seakan ditusuk beribu jarum

"Tak ada mimpi?? Nonsense..." Ny. Ganemdra menatap Navya tajam.

"Tidak nyonya. Karena saya tau diri bahkan untuk sekedar bermimpi, saya hanya seorang anak yatim piatu tak jelas, yang besar di panti. Mimpi memasuki mansion sekelas istana ini terlalu berlebihan untuk saya khayalkan.." jawab Navya lagi walau dengan suara bergetar ia berusaha tegar.

Ucapan Navya membuat Ny. Ganendra terdiam dan menatap manik Navya dengan lekat.

"Bisa saja kau berkilah, lalu saat kau menjadi menantu sah keluarga Ganendra, pasti belang mu kelihatan.." ujar Ny. Ganendra lagi

"Saya tidak tahu maksud nyonya apa. Untuk masalah status sah atau tidak, saya tidak permasalahkan itu bahkan tidak diperkenalkan menjadi menantu Ganendra adalah hal yang terbaik untuk saya, tidak perlu orang tahu siapa saya..." jawab Navya dengan nada tegasnya tak ada rasa takut lagi.

"Kau yakin...??? Banyak diluar sana berbicara sepertimu tapi buktinya, seperti menjilat ludah sendiri.." Ny. Ganendra terlihat menantang Navya.

"Maaf Nyonya kalau saya lancang. Saya memang bukan orang berada. Tapi saya memiliki pendirian saya sendiri dan untuk harta juga kekayaan, saya masih bisa mencari dengan kedua tangan saya sendiri..Tuhan akan melihat dan menilai semua usaha saya dan Ia pasti membayar semuanya dengan tunai.." Selama beberapa menit kedua wanita itu tak mengekuarkan suara. Sama-sama diam dengan pikiran yang satu orang pun tau.

"Pendirian yang harus kau pertahankan sekarang adalah menjadi istri Arzan satu-satunya, terlepas ia memiliki dua istri.." ujar Ny. Ganemdra setelah diam beberapa waktu.

"Maaf Nyonya..saya tidak berani. Karena saya bisa lihat seberapa besar cinta Tn. Arzan pada Nona Yuna.." ujar Navya..

"Lalu, kau dan putramu perlahan akan disingkirkan dari tempat yang seharusnya sudah menjadi milikmu.. paling tidak, pendirianmu itu bisa mengamankan Arka, bukankah cita-cita mu ingin membuat hidup Arka tidak kekurangan, dan jalannya hanya menjadi menantu satu-satunya keluarga Ganendra, tanpa ada satupun selir didalamnya.." Navya masih bingung dengan kemana arah pembicaraan Ny. Ganendra ini.

"Kau akan tahu satu hal saat kau sudah berada dalam lingkaran itu. Keluarlah, bersihkan Arka..kasihan dia tadi lumayan keringatan.." Navya membungkuk sedikit, barulah ia berlalu dari ruangan itu menuju kamar tamu dimana ia dan Arka berada.

*****

Hari pernikahan tiba, Navya dan Yuna berada dalam ruangan yang bersebelahan. Keduanya dihias seapik mungkin. Hanya saja, perbedaan make up mereka sangat kontras, Jika Yuna memilih make up bold dan Navya memilih make up natural. Dirinya tak terbiasa dengan make up tebal yang seperti diminta Yuna.

"Papa, Mama..bolehkah aku meminta ijin???" Tanya Danar pada sang mertua.

"Apa itu, Dan???" Sang ayah mertua bertanya dengan tatapan penasaran.

"Aku dan Ayra sudah berdiskusi malam tadi. Ayra ingin aku yang menjadi wali Navya, dan membawa dirinya ke altar, mengingat dia tak memiliki siapapun..boleh kah Pa..ma??" Pasangan Ganendra itu menatap menantu dan putri mereka dengan lekat.

"Asal kau tidak keberatan, Nak..pergilah.." Ny. Ganendra memberikan ijin, setelah ia berpamitan pada mertua juga mengecup kening sang istri. Pria tinggi dengan single dimple itu berjalan menuju dimana ruangan Navya berada.

Sementara itu..

Ngekkk...

"Jangan kau pikir aku bisa kau bodohi..anak sialan. Aku tau kau sengaja menjebak Arzan kan!!!! Kau rendahan..kau pelacur sialan, kau jalang!!!" Air mata Navya mengalir deras dengan nafas yang semakin tipis dan terengah. Navya berusaha berontak dengan mencakar lengan wanita yang mencekik lehernya.

"Arrgghh...sialan!!!!" Wanita itu melepaskan cekikannya dan langsung..

Plak...

Plak...

Pipi Navya mendapatkan tamparan yang sangat kuat, membuat pipinya memerah parah.

"Dengar..sialan!!! Hanya aku yang akan menjadi menantu keluarga Ganendra..lebih baik kau pergi karena Arzan hanya milikku. Arzan hanya mencintaku.." ujar wanita itu lagi.

"Maafkan aku nona. Aku tak ada maksud untuk merebut Tn. Arzan..aku hanya ingin Arka mendapatkan hidup yang layak.." ujar Navya dengan suara terengah

Brett..

Rambut panjang Navya di tarik sampai Navya merasakan sakit.

"Kau dan anakmu itu pembawa sial...wanita murahan keparat!!! Aku akan terus melihat mu..dan mengganggu hidupmu sampai kau bosan dan mengakhiri hidup menjijikkan milikmu ini..cuihh..." wanita itu berlalu dari ruangan Navya, menndorong Navya sampai pelipisnya mengenai ujung meja rias, lalu membanting pintu itu dengan kuat.

Navya menangis sampai ia sedu sedan. Make upnya berantakan. Bajunya juga terlihat ada yang tersobek, Navya tak sanggup jika harus mengalami hal menyakitkan ini. Bahkan ini masih awal

Srett..

"Ganti gaunmu, maaf, hanya ini yang bisa aku berikan. Aku tak menyangka kalau Yuna bisa melakukan hal serendah ini. Dia memiliki topeng yang menyembunyikan wajah iblisnya, gantilah. Mereka akan memperbaiki make up mu.." ujar seorang pria sambil membantu Navya untuk duduk di kursi

"Hisk..hiks..hiks..terimakasih Tn. Danar..terimakasih banyak .." Navya hanya bisa memeluk gaun yang diberikan Danar padanya.

"Beruntung tak jauh dari gereja ini ada butik yang menjual gaun..walau tidak semewah gaun yang telah rusak itu, tapi ganti lah, waktunya sebentar lagi, bantu dia.." ujar Danar pada sekretarisnya.

"Baik Tuan, mari Nona.." sekitar lima belas menit, semua selesai. Danar dengan tenang menunggu Navya selesai di dandani.

"Oke..tetap cantik kok, kan..Mia???" Tanya Danar pada sekretarisnya.

"Itu karena nona Navya memiliki kecantikan luar, dalam, Tuan. Makanya dengan gaun sederhana ini pun, nona Navya terlihat cantik dan menawan.." ujar Wanita itu menjawab pertanyaan sang atasan

"Oke..ayo, aku yang akan bertugas membawa ke altar, adik ipar..." ujar Danar sambil mengulurkan lengannya pada Navya. Awalnya Navya ragu, tapi ia menerima lengan itu setelah sekretaris dari Danar itu memberikan senyuman padanya.

Kedua berjalan diikuti sekretaris Danar dibelakang.

"Kau gugup???" Navya mengangguk

"Aku juga, aku dan Ayra baru setahun menikah, tapi aku seperti akan melepaskan putri kami di hari pernikahan ini..kkk" Navya hanya bisa tersenyum kaku.

"Mempelai wanita..tiba...." ujar seorang pria, dan pintu utama gereja terbuka menampilkan Danar dan Navya yang berjalan di belakang sepasang anak kecil yang menabur bunga.

Manik Ny. Ganendra dan Ayra menatap heran. Bukan karena Danar yang menjadi pendamping, tapi karena gaun Navya yang berbeda dari yang mereka beli.

"Kok...beda???" Tanya Ayra

"Ada yang tak beres ini.." ujar Ny. Ganendra, memilih menahan diri untuk mencari tau.

Arzan berjalan mendekati sang abang ipar juga calon istrinya.

"Jaga dia, kau harus menjadi pria bertanggung jawab, Ar" ujar Danar saat menyerahkan tangan Navya kepada Arzan. Bungsu Ganendra itu tak menjawab, bahkan mengangguk saja tidak.

Danar bergabung dengan istri dan mertuanya.

"Danar, apa ada yang terjadi????" Ny. Ganendra langsung bertanya.

"Aku tak tau awalnya terjadi ma, hanya saja saat aku sampai diruangan Navya. Aku melihat dirinya sedang di ancam, bahkan dilukai fisik oleh, dia" ujar Dabar tanpa menyebut nama. Namun sepertinya Ny. Ganendra paham.

"Hah...mulai menampakkan belang ya, disaat aku berpikir Navya yang harus aku waspadai.." Ayra masih belum paham, sampai Ayra menatap pandangan sang ibu yang menatap seseorang.

to be continue