Navya memandikan Arka pagi itu sambil bersenandung, dan semua di perhatikan oleh sang ibu mertua
Biasa Navya akan memandikan Arka di kamar Arzan, entah kenapa hari ini Ny. Ganendra malah menyuruh menantunya itu memandikan sang cucu di ruang tamu rumah mereka. Awalnya Navya bingung juga takut kalau sampai karpet mahal yang ada disana basah karena Arka yang cukup suka dengan air.
Tapi Ny. Ganendra mengatakan tak ada yang berani marah. Kan nyonya di rumah itu Ny. Ayunina Ganendra juga Navya sebagai Nyonya muda. Maka jadilah Navya memandikan Arka di ruang tengah dengan bak mandi berwarna biru muda. Arka terlihat berceloteh dan pastinya di lawan oleh Ny. Ganendra
Sampai..ibu dari Arzan itu harus ke kamar putranya karena ternyata setelah diperiksa, minyak telon Arkana ketinggalan di atas
Cpak..
"Apa ini??? Kenapa banyak air??? Kan jadinya becek. Memandikan anak kok disini. Mau pamer atau apa sih hah!!!" Yuna berujar dengan nada angkuhnya membuat Navyq malah merasa bersalah.
"Siapa si dungu yang mengijinkanmu memandikan anak bodohmu itu di sini hah...!!!!" Yuna semakin menatap Navya tajam dengan tangan berkacak pinggang
"Nona Yuna..jaga ucapanmu.." ujar Navya memperingatkan
"Ucapan aku yang mana, sialan!!! Anak bodohmu atau si dungu yang memberikan ijin, pasti si pelayan-pelayan bodoh itu yang memberikan ijin kan...dasar parasit..!!!!" Yuna semakin menjadi menghina Navya.
"Nona Yuna aku mohon jaga ucapanmu atau kau akan menyesal.." ujar Navya lagi
"Alah..pelacur sepertimu tak usah sok menasehati..kau-"
Sret...
"Siapa yang kau katakan pelacur???" Yuna terkejut bukan main karena ibu mertua ada dibelakangnya.
"Mama...aku mengatakan yang sebenarnya, dia itu wanita murahan yang menggoda Arzan. Taunya hanya menjadi benalu saja dan mengorek harta keluarga ini..." ujar Yuna
"Navya itu korban, yang bejat dan biadap itu Arzan, kau tak mungkin tidak tau masalah sensitif itu bukan??. Kau seorang wanita tapi tidak bisa menempatkan dirimu pada apa yang dia rasakan..kau sehat??? Dan satu lagi si dungu yang mengijinkan Navya Anindya memandikan Arkana Ganendra di sini itu, aku.." ujar Ny. Ganendra dengan wajah datar
Jgerrr...
Seperti tersambar petir, Yuna terkejut bukan main. Dia malah mengatai mertuanya dengan sebutan dungu!!!
"Kenapa sih cara bicaramu sangat jauh berbeda saat ada dan tidak adanya putraku itu, kau memakai topeng?? Kau ingin mengesankan Arzan saja..??" Yuna tak bisa menjawab, wajahnya pucat pasi.
"Sudahlah..kau duduk saja disitu, perhatikan bagaimana Navya memandikan Arka..mana tau, suatu saat dengan keajaiban kau memiliki anak, jadinya kau sudah terbiasa.." Ny. Ganendra kembali duduk di dekat bak mandi Arkana
Yuna menatap Ny. Ganendra kesal. Terlihat jelas kalau ibu dari suaminya itu tak menyukai kehadirannya.
Sembari Navy memakaikan Arka pakaian, Ny. Ganendra menilai kalau Navya melakukan semua dengan kelembutan dan kasih sayang. Sedang Yuna bukannya memperhatikan malah asik bermain ponsel.
"Navya, mama ingin tanya padamu sekali lagi.." Ny. Ganendra menatap menantunya itu
"Apa itu ibu..??"
"Siapa yang membuat pipi dan pelipismu memar..dan gaunmu rusak saat pernikahanmu???"
Prak...
Ny. Ganendra dan Navya langsung menatap kearah ponsel yang tergeletak di lantai, lalu keduanya menatap sipemilik ponsel.
"Kau kenapa???" Tanya Ny. Ganendra,
"Tak apa ma..hanya terkejut saja melihat gambar serangga di ponselku.." jawab Yuna dengan suara gugup. Ny. Ganendra menyeringai melihat Yuna
"Nav..." ibu dari Arzan itu kembali menatap.Navya lekat
"Ibu, aku saat itu terjatuh.." bohong Navya, dan membuat Yuna tersenyum kecil
"Sudah bisa mama tebak, kau tetap berbohong. Tidak masalah, gampang bagi mama untuk mendapatkan rekaman cctv di ruangan itu.." ujar Ny. Ganendra dan membuat Yuna terkejut bukan main. Wajah yang sudah pucat semakin pucat saja. Apalagi terlihat kalau Ny. Ganendra melirik dirinya tajam
"Ya ampu....cucu nenek sudah tampan eoh..kau tau Nav, Arkana akan menjadi pewaris dari semua kekayaan keluarg Ganendra..karena apa?? Karena Arkana yang tampan ini adalah cucu dalam keluarga ini..juga darah Arzan langsung yang mengalir di dalam tubuhnya...kan??.." Yuna hanya bisa mengepalkan tangannya
"Mama, kenapa mama mengatakan hal itu. Tidakkah mamq memikirkan perasaan ku??" Tanya Yuna pada Ny. Ganendra
"Kau ini kenapa??? Apa kau mandul?? Apa rahim mu bermasalah??? Aku mengatakan semua itu karena masih Arka yang menjadi cucuku, baik dari Arzan bahkan Arya..kalau kau merasa sakit hati bukankah itu masih terlalu cepat???" Ny. Ganendra menatap Yuna heran.
Tanpa mengatakan apapun, Yuna memutuskan masuk kedalam kamar dan mengurung diri didalam sana.
"Aneh sekali dia..." Ny. Ganendra
"Ibu, tolong pegang Arka, biar aku bereskan ini dulu.." Ny. Ganendra hanya mengangguk saja. Toh ia senang jika bersama sang cucu
Selesai membereskan semua, Navya menyusui si bayi mungil dan tak lama bayi mungil itu tertidur karena sudah merasa kenyang.
Pukul 11 siang, Navya dan Ny. Ganendra bersama beberapa maid memasak untuk makan siang. Keduanya terlihat bercerita santai sambil tangan keduanya tak berhenti bekerja.
"Mamq..Navyq.." Ayra yang baru saja datang langsung bergabung bersama ibu dan adik iparnya. Jadilah dapur keluarga Ganendra terasa ramai karena tiga nyonya yang saling berkolaborasi.
Di meja makan sudah tersedia banyak menu makan siang. Dan tepat pukul satu, Tn. Ganendra, Arzan dan Danar tiba di mansion besar dan langsung menuju meja makan.
"Ma, Yuna mana???" Tanya Arzan
"Kau lihat di kamar nya, sejak tadi taunya di kamar terus, sedikitpun tidak mau membantu..." jawab Ny. Ganendra dengan nada sindiran
Arzan berjalan menuju ke kamar Yuna dan benar saja, pria itu mendapati Yuna yang asik bermain ponsel sambil mengemil makanan ringan.
"Oh..Ar.., kau sudah pulang??? Yuna tak menghampiri Arzan, hanya menyapa saja dan kembali berseluncur di medsos miliknya.
"Ini sudah jam satu siang, Yuna. Ayo kita makan siang dulu..." Arzan mengajak sang istri yang terlihat malas-malasan.
Grek...
Seluruh mata menatap kedatangan keduanya.
"Yuna kenapa kau hanya mengurung diri di kamar, tidak membantu mama didapur???" Tanya Ayra
"Kak, sudahlah..Yuna masih harus beradaptasi dulu.." Yuna tersenyum tipis karena Arzan membelanya.
"Oh ya, bahkan saat Navya memasuki rumah ini pertama kali, dia langsung terjun ke dapur loh..padahal dia tidak tau dimana kami menyimpan peralatan masak. Dia memiliki mulut untuk bertanya pada para maid..." Ayra berujar dengan nada mengejek.
"Itu karena dia perempuan kampung, kak..." ejek Arzab
"Oho...kalau Navya perempuan kampung. Lalu aku dan mama, perempuan kampung juga dong. Soalnya Saat hari pertama aku di keluarga Bang Danar, aku juga langsung kedapur. Mama juga kan waktu pertama kali menikah dengan papa???" Ayra
"Kau benar, Ay. Saat mama memasuki mansion ini pertama kali, mamq langsung kedapur..sudah seperti turun temurun deh.." Ny. Ganendra buka suara dan membuat Yuna semakin bungkam, bahkan dia tak berani mengambil nasi juga lauk pauk yang tersedia diatas meja. Sedang Arzan hanya memilih untuk diam saja.
"Eoh..ini enak sekali..." Danar berujar.
"Kau benar, Dan. Sup ini sangat enak, lezat dan pas di lidah Papa..rasa gurihnya terasa banget..." Arzan pun mengangguk mengiyakan ucapan ayah dan abang iparnya.
"Yu..siapa yang memasak sup ini??" Tanya Tn. Ganendra pada sang isyri tercinta
"Navya anindya. Enak kan, Liam. Navya bahkan tidak menambahkan penyedap rasa loh.
Tanpa nasi saja sudah sangat enak" Ny. Ganendra memuji masakan Navya. Arzan hanya bisa terpaku untuk beberapa saat, ada rasa iri didalam hati, ingin ia merasakan masakan dari Yuna, istri yang dia cintai. Bukan dari tangan Navya.
"Nav..terima kasih ya, sup buatanmu papa menyukainya..kan Dan, Ay???"
"Benar sekali, Pq. Navya, terimakasih sup nya.." Danar berujar tulus.
"Ihihihi..bahkan aku tadi sudah memakan sup itu di dapur dan ya..sangat amat lezat..Navya kereeeeenn" Ayra mengacungkan jempolnya pada Jimin.
"Terimakasih kembali ibu, ayah, kakak dan bang Danar..." Navya berujar dengan tulus, juga terlihat rona merah di pipi.
"Hai..hai...hai..aku datang, eoh..lagi makan siang..ya" Semua mata menatap tamu yang tiba-tiba bergabung.
"Siapa dia??? Tampan sekali??? Tubuhnya juga sangat bagus..." ujar seseorang
"Nan, kau datang. Sini duduk disini, sup buatan Navyq juara..kau harus coba" Danar menunjuk kursi disamping Navya yang kebetulan kosong.
"Hai Bunda Arka.." Nanda menyapa Navya dengan senyum kotak yang terlihat jelas.
"Hai juga Nan.." senyum kotak Nanda terlihat sangat menawan.
Navya dengan telaten menyiapkan menu didepan Nanda.
Sruupp..
"Woah...emmm enak....woah Nav, aku kembali merasa iri pada suami mu itu. Kau ini selain cantik, pintar menjaga anak, dan kau jago memasak..apa lagi yang kau bisa eum, katakan padaku.." Nanda menyantap makan siang sembari menatap Navya lekat.
"Siapa dia Ar???" Yuna bertanya pada sang suami.
"Nanda Radyta, adik dari Bang Danar.." jawab Arzan
"Hai...Nanda, aku Yuna Bramantyo...salam kenal" Nanda menghentikan suapan dan menatap Yuna juga uluran tangan wanita itu beberapa saat, lalu ia mengangguk saja dan mengabaikan tangan yang terulur. Merasa malu, Yuna menarik tangannya kembali.
"Aku baru kali ini melihat mu, Nan" Yuna berusaha mengakrabkan diri
"Begitukah..tapi kemarin aku disini ko, oh iya Nav, mana Arka kita??? Aku merindukan bayi montok itu.." Nandq lebih memilih berbicara dengan Navya
"Masih dikamar, Nan. Habiskan makan siangmu, nanti aku akan mengambil Arka ke atas.." jawab Navya
"Nan..kok abang merasa kau dan Navya yang malah terlihat seperti suami istri. Ya.." Danar bertanya dengan wajah polosnya.
to be continue...