Chereads / Arkana.... / Chapter 3 - Bagian 3

Chapter 3 - Bagian 3

Arzan bingung, karena sang ayah menyuruhnya untuk segera pulang, saat di tanya. Ayahnya malah memutuskan panggilan telepon. Mau tak mau walau bingung, Arzan memutuskan pulang bahkan membatalkan rapat yang akan ia lakukan dengan beberapa staf bawahannya.

Bukan hanya Arzan saja yang ternyata bingung, karena Ayra dan suaminya juga di hubungi untuk segera ke mansion.

At mansion...

Ny. Ganendra yang sedang bercanda dengan cucunya malah bingung karena masih terlalu siang untuk suami dan anak bungsu nya pulang dari kantor.

"Liam, jam berapa ini??" Tanya wanita itu pada sang suami

"Aku akan berganti pakaian dulu, pakaian ini terlalu mencekik ku Ayu, kau juga Ar. Ganti pakaian sesantai mungkin, untuk menghadapi tekanan besar yang mungkin akan datang.." ibu dan anak itu jelas tak paham dengan ucapan tuan besar kita. Namun Ny. Ganendra memberikan kode agar Arzan mengikuti perkataan kepala keluarga itu

"Arkana..kira-kira ada apa ya sayang?? nenek kok merasa ada hal besar yang akan terjadi..." ujar Ny. Ganendra

"Bubububu...." suara gumaman Arkana malah membuat Ny. Ganendra terkekeh

"Ututututu..cucu tampan nenek.." Ny. Ganendra memutuskan kembali mengadakan sang cucu

"Ma...Papa mana??" Rasa bingung itu kembali hadir saat putri dan menantunya sampai di mansion

"Ini masih terlalu siang untuk Danar berkunjung ke mansion ini, Ay. Ada apa sih???" Ayra malah angkat bahu dan memilih mendekati ibunya dan menggendong Arkana.

"Kami dihubungi, papa untuk ke mari, ma..kami juga tak paham.." jelas Danar.

"Oh..kalian sudah tiba..Arzan mana??" tanya Tn. Ganendra

"Masih belum turun, Liam..." Tn. Ganendre mengangguk saja dan mengambil tempat duduk setelah sebelumnya pria paruh baya itu membubuhi kecupan kecil di kening Arkana.

"Kakek harap, setelah ini kau akan senang..Arka.." ucapan Tn. Ganendra semakin membuat mereka tak paham.

Mereka sudah bergabung, dan terlihat semua saling tatap, kecuali Tn. Ganendra yang menatap lurus kedepan.

"Ar..bisa papa Tanya satu hal??" Tn. Ganendra buka suara.

"Iya pa..."

"Entah kau lupa atau kau sengaja tak mengingat kejadian satu tahun lalu, tepat saat ulang tahun, kau ada masalah saat itu???" Arzan berusaha mengingatnya.

"Saat ulang tahun Arzan tahun lalu?? Bukannya saat itu kita merayakannya dengan makan siang di sini..lalu sorenya Arzan ijin mau merayakan nya dengan Yuna.." Ayra masih mengingat jelas. Dan diangguki Danar

"Ya sayang, aku ingat itu.." Danar

"Sore itu..aku ada masalah dengan Yuna, pa, karena aku melihat dia jalan dengan mantan kekasihnya. Lalu saat aku tanya, dia malah balik marah..kami sempat tidak saling kontak untuk dua bulan saat itu.." jelas Arzan

"Lalu, kau kemana??" Tanya sang ayah

"Ke klub malam.. Pa" jawab Arzan dengan sedikit takut.

"Apa??? Klub malam??? Bukannya mama selalu melarang mu kesana??? Karena mama rasa tempat itu tak bagus..walau umur mu sudah legal.." sang ibu terlihat tak suka.

"Maaf ma, aku hanya ingin melepaskan amarah ku saat itu.." ujar Arzan. Danar hanya bisa geleng kepala mendengar ucapan adik iparnya.

"Biasanya yang ke klub malam itu bukan menyelesaikan masalah, malah menambah masalah loh Ar..makanya aku selalu di wanti-wanti kakak mu untuk tidak mendekati satu tempat itu..bukankah biasanya kalau kau ada masalah kau lebih memilih melakukan workout ya.." Danar berujar kenyataan yang biasa ia lihat.

"Iya Bang, aku juga tak tau kenapa saat itu aku..malah memilih klub.." Tn. Ganendra mendengar dengan jelas.

"Lalu, bagaimana saat pagi hari menjelang, apa kau ingat sesuatu??" Tanya Tn. Ganendra lagi, dan kali ini dengan tatapan tajam dari manik musangnya.

"Aku....aku menemukan diriku di salah satu kamar di klub itu...dengan... keadaan... e..emmm.. emm... na-naked...pa" ujar Arzan dengan suara semakin kecil diakhir

"Hah??? Naked??? Maksudmu keadaan..tak berbusana???" sang ibu memastikan apa yang ia dengar.

"Iya ma..." ibunya seketika merasa sakit kepala, dan dirinya memilih untuk bersandar di sofa

"Lalu...???" Tn. Ganendra menatap Arzan semakin tajam.

"Pa-papa..aku minta maaf..aku"

"Lalu????" Arzan berusaha mengingat karena nada rendah sang ayah yang sangat menakutkan

"Aku...aku menemukan, be-bercak darah di..di ranjang itu..aku..aku tak tau, itu darah apa..." Arzan merasakan aura gelap yang keluar dari tubuh ayahnya.

"Itu masalah yang aku maksud, Ar. Kau asal menarik orang dan kau melecehkannya.." ujar Danar

"Tapi, sayang. Yang bekerja di klub pasti bukan orang baik kan.." Ayra bertanya pada sang suami

"Itu tidak bisa jadi patokan, Sayang. Karena ada satu cleaning service di kantor kita, ia bekas bekerja di klub malam bukan karena dia itu wanita nakal. Tapi karena hanya ditempat itu ia bisa menggunakan izajahnya..ia juga beberapa kali nyaris dilecehkan oleh pelanggan yang mabuk, juga beberapa kali ia mendapatkan kekerasan baik fisik maupun verbal, dan syukurnya dia bisa selamat sampai ia memutuskan keluar dari klub dan memilih mencari pekerjaan baru yang tidak mengancam keselamatan nya dan kehormatan nya.." jelas Danar

"Dan bercak darah di ranjang itu bisa dipastikan kalau wanita yang di seret Arzan adalah wanita yang masih perawan dan Arzan menghancurkan masa depan wanita itu.." ujar Ny. Ganendra dengan nada ditekan..

"Papa...???" Ayra menatap ayahnya yang diam sejak adiknya menjawab pertanyaan ayahnya itu..

"Maaf tuan, ada tuan Fredy diluar.." ujar salah satu maid.

"Suruh masuk saja, bi.." jawab Tn. Ganendra

Mereka jelas bingung. Mereka tau siapa Fredy di dalam kamus Tn. Ganendra

Tap..tap..tap..

Suara langkah kaki membuat mereka serentak menoleh dan menemukan Fredy yang berjalan, dan dibelakang pria itu ada seseorang, hanya saja sepertinya seseorang itu berusaha untuk bersembunyi menggunakan punggung pria tinggi tersebut.

"Tuan.."

"Mana dia???" Tanya Tn. Ganendra tanpa basa basi

"Nona Navya.." Fredy menoleh kebelakang dan terlihat Navya tersentak, dan berjalan perlahan menuju kesamping Fredy

"Loh.....kamu kan??? Yang bekerja di babyshop??? Kan Ar???" Ayra masih ingat jelas dengan wajah wanita ini. Dan Arya juga mengangguk

"Silahkan duduk Nona Navya" Tn. Ganendra mempersilahkan Navya duduk, namun wanita itu terlihat takut..

"Tidak apa-apa nona Navya, seperti yang saya katakan tadi.." Fredy berusaha menenangkan wanita mungil itu.

"Ada apa???" Tn. Ganendra penasaran

"Tidak apa-apa tuan, hanya saja sejak tadi Nona Navya terlihat takut..." jelas Fredy

"Tak apa, duduklah. Aku hanya ingin menanyakan beberapa hal saja.., Nona" suara lembut Tn. Ganendra membuat Navya hanya bisa menurut saja, sesekali wanita itu terlihat melirik ke arah Ayra yang menggendong Arkana, senyum tipis terlihat di bibir Navya. Dan hanya Tn. Ganendra yang menyadari hal itu.

"Apa, kau masih bekerja di klub malam??" Seketika bukan hanya Navya saja yang terkejut. Tapi semua keluarga Ganendra kecuali Fredy yang terlihat tenang.

"Ti-tidak lagi tuan.."jawab Navya

"Sejak kapan???" Tanya Tn. Ganendra lagi

"Se-sejak...sejak.." Navya terlihat ragu untuk menjawab

"Jawab saja.." ujar Tn. Ganendra lagi

"Sejak akhir se-september tahun lalu, Tuan.. " jawab Navya lagi

"Kenapa??? Kenapa kau berhenti. Bukankah penghasilan disana adalah penghasilan terbesarmu untuk mengirim ke panti di Bandung??" Navya meneguk ludah dengan susah payah.

"Sa-saya...ti-tidak nya-nyaman tuan.." jawab Navya dengan suara gugup

"Apa ada yang berusaha maaf, Melecehkan mu, nona????" Danar bertanya

"Bukan hanya berusaha, Danar. Tapi sudah di lecehkan bahkan di perkosa saat malam tanggal 1 september 2020, bukan begitu, Arzan...??" si empunya nama terkejut bukan main. Ny. Ganendra dan Ayra menatap tak percaya ke arah Tn. Ganendra, Arzan dan terakhir Navya.

"Pa-papa...ak-aku.."

"Dasar anak kurang ajar!!! Ayah dan mama mu melarang kalian ke klub bukan tanpa alasan. Ini salah satunya, kau menghancurkan hidup seorang wanita yang tidak bersalah..Arzan Ganendra!!!!" Arzan tak bisa berujar apapun saat ini. Kepalanya sontak pusing mendengar ucapan marah sang ayah.

"Benar kan, nona Navya.." bahu Navya bergetar hebat. Dirinya menangis karena mengingat malam yang sebenarnya ingin ia lupakan. Dirinya hancur saat itu, sangat amat hancur..

"Apa anakku itu memperlakukan mu dengan kasar???" Navya mengangguk dengan tangis yang semakin menjadi..

"Katakan apa yang dia lakukan padamu, nona..." ujar Ny. Ganendra dengan suara rendahnya

"Tu-tuan Arzan..me-menampar saya sampai bibir saya pecah, menyeret saya ke salah satu kamar di klub itu, bahkan mencekik leher saya saat itu..hiks..hiks.. ju-juga tuan Arzan merenggut ke-kesucian saya dengan paksa..dan mengatakan ka-kalau sa..hiks..hiks..saya jalang kotor..ia juga, Melemparkan lembaran uang ke wajah saya...dan melakukan hal itu beberapa kali" Ayra dan Danar tak bisa berkata apapun saking terkejut nya. Ny. Ganendra bahkan hanya bisa mematung saja.

"Lalu, bisa kau ceritakan semuanya Nona Navya??" Tn. Ganendra memberikan tisu pada wanita yang sedang menangis itu

"Pagi itu..saya terbangun pukul lima pagi dan saat saya melihat kesamping, saya kembali menangis, karena saya berharap kalau itu hanya mimpi. Dan saya memutuskan untuk pergi dari sana. Karena kemeja saya rusak, saya membawa jaket Tn. Arzan..tuan, lalu saya memutuskan berhenti dari sana dan mencari pekerjaan lain, setelah sebulan sejak kejadian iti, saya baru menyadari ka-kalau di rahim saya ada Ar-Arkana.." ujar Navya dengan kepala menunduk dan tangan saling bertaut.

"Arkana??? Jadi..kau, kau ibu Arkana???" Ayra langsung mengingat satu hal.

"Pantas kau mengatakan tentang alergi susu sapi saat aku bertanya tentang susu yang kau berikan padaku saat itu. Mustahil kau mengetahui tentang anak yang alergi susu sapi disaat kita tidak saling kenal, kecuali kau mengetahui siapa anak yang aku maksud dan anak itu adalah anak yang kau lahirkan.." ujar Ayra.

"Kenapa tidak kau gugurkan???" tanya Tn. Ganendra

"Liam!!!" sang istri tak percaya dengan pertanyaan suaminya.

"Aku hanya bertanya, Yu..."

"Sa-saya tak berani, Tuan. Arkana tidak salah apa-apa. Yang salah saya, karena saya tidak berhasil menjaga diri saya sendiri. Jika saya menggugurkan Arkana, bahkan saat itu ia masih berupa gumpalan darah, maka itu sama artinya saya melakukan dosa besar dua kali.." jelas Navya.

"Lalu, kenapa kau menyerahkan Arkana pada Arzan???"

"Saya anak panti, saya tak tau saya anak siapa. Karena ibu panti mengatakan kalau mereka menemukan saya di gereja panti. Saya mengatakan pada diri saya, mungkin karena orang tua saya tak mampu, makanya mereka menyerah dalam mengurus saya dan membuang saya ke panti. Jujur saya tak mampu untuk menghidupi Arkana, untuk diri saya sendiri pun masih serba kekurangan, dan saya tak akan pernah menyerahkan Arkana ke panti, karena saya tau kehidupan di panti asuhan itu sangat berat..saat itu saya ingat dengan kartu nama yang saya dapatkan di jaket milik tuan Arzan, makanya saya menyerahkan Arkana pada Tuan Arzan karena saya percaya Arkana akan hidup berkecukupan dengan ayah kandungnya, tuan.. " jelas Navya.

"Kau Menginginkan.. uang??" Navya langsung menggelengkan kepala

"Saya hanya ingin Arkana hidup tidak seperti saya, Tuan. Saya bertekad dan berjanji pada diri saya sendiri, saat Arkana ingin saya serahkan kepada Tuan Arzan, saya tak akan mengganggu nya. Bahkan saya akan berusaha untuk melupakan putra yang saya lahirkan..saya tak ingin dia tau kalau ibunya jahat karena menyerahkannya saat ia bahkan masih harus menerima asi dari saya.." ujar Navya dan air mata itu kembali mengalir. Navya sangat amat merindukan anaknya itu, ingin dia memeluk dan mencium anak yang ia lahirkan dengan susah payah.

"Oeeeekkk.....oeeeeekkkk..." Tangis Arkana seketika pecah. Tangis yang sangat keras bahkan Ny. Ganendra dan Ayra merasa sedih mendengar tangis si mungil itu. Tak pernah mereka mendengar tangis bayi mungil ini seperti saat ini.

"Kau tak ingin, memberikan asi pada nya..?? Kau tak merindukannya?? Arkana pasti merindukan ibunya..aku bahkan baru kali ini mendengar tangis Arkana sangat menyayat seperti saat ini.." ujar Tn. Ganendra

Ayra yang paham, berjalan mendekati Navya dan memberikan Arkana pada wanita mungil itu. Dan Navya menerima dengan tangan bergetar

"Arka...anak bunda...hiks..hiks.. cup..cup..sayang.. bunda disini..hiks..hiks.." Navya mencium seluruh wajah Arkana, seakan ia rasa rindu itu pecah begitu ia melihat wajah anak yang sangat ia cintai itu

"Ayo..kita ke kamar aku saja, kau bisa memberikan asi pada Arkana..mari" Ayra membimbing Navya menuju kamar miliknya sebelum ia menikah dengan Danar

to be continue