Chereads / Love Above The Clouds / Chapter 11 - Hot Lemon

Chapter 11 - Hot Lemon

Aliando terus mengejar Patrice dan memanggil sebutan Sayang seolah mereka berdua adalah sepasang kekasih, tanpa peduli apakah gadis itu setuju atau tidak.

Patrice sempat menoleh karena jengkel dengan sikap percaya diri Aliando, namun ketika ia kembali menghadap ke depan, tiba-tiba langkahnya terhenti dan hampir jatuh karena telah menabrak seseorang yang sedang berjalan di dekatnya.

Aliando menegang dan hampir berhenti. Namun melihat adegan yang terjadi di depan matanya, membuat hatinya terbakar karena cemburu. Kenapa tidak?

Saat ini, Patrice sedang di peluk oleh seorang pria yang tak kalah berotot dari dirinya. Gadis itu tidak sengaja telah menabrak pria tersebut yang sedang berjalan menyisiri tepian pantai seperti pengunjung lainnya.

"Arghh... Sialan! Siapa brengsek itu dengan beraninya menyentuh tubuh ramping milikku itu?" Gerutunya sambil mempercepat langkahnya untuk segera melepas sentuhan mereka.

"Are you okay, Baby?" Tanyanya seolah dirinya adalah kekasih dari gadis itu.

Patrice melongo mendengar panggilan Baby untuknya itu, "panggilan apa lagi ini?" Bathinnya tak habis pikir oleh sikap Aliando yang semakin menjengkelkan itu.

"Sorry, bisa kau lepas wanitaku itu?" Sarkasnya pada pria besar yang bersama Patrice saat ini.

"Ohh, sorry... Ini bukan salahku. Tapi wanita ini yang terlebih dahulu menabrak." Jelasnya seolah dirinya tidak salah dalam hal ini. Padahal tadi jelas-jelas Aliando melihat dari kejauhan bahwa ia sengaja mendekat dan tabrakan itu pun terjadi.

"Apa aku perlu membantumu melepasnya dari tangan kotormu itu, Tuan?" Tegasnya lagi.

Akhirnya pria itu tak berkutik dan memilih melepaskan rangkulannya dari Patrice yang masih bengong itu.

Setelah pria itu pergi, Aliando pun ikut meninggalkan Patrice, padahal tadinya ia baru saja memanggil gadis itu agar menunggunya. Langkahnya semakin dekat menuju bibir pantai, bahkan ia sengaja kakinya di sentuh oleh ombak yang selalu datang dan kembali menyatu dengan laut.

Patrice tak punya pilihan lain. Ia pun memilih ikut kemana langkah pria asing itu. Keduanya saling diam tanpa suara, padahal Aliando selalu cerewet dan jaim, namun kali ini pria itu terlihat dingin tak peduli. Langkah Aliando semakin cepat, sehingga dirinya tak sempat mengimbangi.

"Ahww...!" Pekik Patrice tiba-tiba.

Aliando berhenti dan berbalik, ia melihat Patrice sedang mengaduh sambil memegang telapak kakinya.

"Are you okay?" Tanyanya sedikit berlari dan semakin mendekat.

Pria itu ikut berlutut mensejajarkan dirinya dengan Patrice. Lalu menyentuh dan memeriksa telapak kaki gadis itu hingga membawanya ke atas paha miliknya. Dengan telaten, dirinya mengamati telapak kaki mulus didepannya, "sebentar, ini sedikit sakit. Ada duri udang yang terinjak olehmu barusan." Jelasnya.

Patrice paham dan mengangguk sambil menahan sakit.

"Ahww...!!!" Pekiknya lagi sambil meremas pundak Aliando refleks.

"Sabarlah, sebentar lagi akan keluar. Kau harus menahannya sedikit, lagi pula kenapa kau ikut membuka sepatumu itu?" Sambil terus fokus menarik duri yang masih menempel di telapak kaki gadis itu.

"Karena mengejarmu. Kau juga kenapa tiba-tiba mendiamkanku, memangnya kau tahu seluk-beluk pantai ini?" Jawabnya dan kembali bertanya dengan memasang wajah jutek.

Aliando tidak menjawab. Ia pun kembali berdiri setelah berhasil melepas duri dari kaki Patrice.

Disepanjang bibir pantai, hampir setiap mata kaum hawa tak berkedip oleh pesona tampan pilot Columbia itu. Tubuh seksi berototnya itu terpampang jelas dari balutan kaus putih longgar dengan celana katun berbahan longgar yang juga berwarna putih itu. Tiap lekuk tubuhnya terekspos oleh angin pantai yang membuat seluruh pakaian yang melekat padanya justru membentuk dan menampilkan tiap lekuk pada tubuh seksinya.

Patrice tak senang. Refleks tangannya menarik kaos pria itu, lalu menggenggam jemari besar Aliando. Tentu saja pria ini kaget, bahkan tidak percaya jika gadis yang diinginkannya ini datang dan langsung menyentuhnya tanpa kesepakatan, "mimpi apa aku semalam, atau jangan-jangan dia sedang kerasukan jin wanita di pantai ini?" Gumamnya yang masih tak yakin dengan sikap wanita di sebelahnya.

Patrice terus menarik lengannya dengan bergelayut manja seperti layaknya sepasang kekasih yang sudah menjalin hubungan cukup lama.

Sebuah meja dengan dua kursi yang memang sengaja disediakan oleh pihak pantai untuk pengunjung yang membawa pasangan atau partner, dengan atap dari Rumbia, di sinilah langkah keduanya berhenti. Patrice sengaja mengarahkan langkah mereka ke tempat ini dan Aliando pun mengikutinya. Tidak lama mereka duduk, seorang pelayan datang menghampiri dan memberikan sebuah brosur pada mereka.

"Waah, beragam olahan seafood!" Serunya takjub, seakan pernah belum pernah makan seminggu.

"Are you like it?" Selidik Patrice apakah pria itu juga menyukai makanan laut ini. Apa itu artinya Aliando penyuka makanan apapun?

Aliando mengangguk sambil fokus pada buku menu. Akhirnya ia meminta pelayan untuk memberikannya sate seafood dengan nasi goreng cumi pedas.

"Minumannya, Mbak?" Tanya pelayan itu pada Patrice yang masih memilih menu.

Patrice pun menoleh, "maksudmu minumannya?" Tanyanya sambil menoleh pada Aliando.

Pelayan itu mengangguk tersipu, sebab ia merasa malu karena tidak bisa berbahasa Inggris.

"Hot lemon!" Jawab Aliando tiba-tiba padanya.

Pelayan itu sempat melongo karena tidak percaya bahwa pria bule itu juga bisa gunakan bahasa lokal.

Patrice tersenyum, "kamu sudah dengar kan?" Tanyanya pada pelayan.

Pelayan itu mengangguk, "oh iya, Mbak sendiri mau pesan apa, atau disamakan saja kah?" Tanya pelayan dengan sopan.

Patrice mengangguk setuju tanpa melepas senyumnya. Entah kenapa tiba-tiba hatinya sedang terhibur saat ini, perlahan kehadiran Aliando yang tak pernah ia sangka dan sang ayah tidak pernah memberitahukan dirinya sebelumnya, membuatnya nyaman dan seperti menemukan keluarga baru.

"Apa kau sedang menertawakanku?" Selidik Aliando padanya.

"Eh, emm... Aku, tidak, bukankah kau lihat aku baru saja tersenyum pada pelayan itu." Jawabnya asal.

"Ayolah! Tidak usah menyangkal, aku tidak marah kok. Lupakan saja! Oh ya, apa selera kita sama sehingga kau juga m memesan makanan yang sama sepertiku?"

"Astaga! Pria ini terlalu ingin tahu. Aku juga heran kenapa makanan yang ia pesan semuanya adalah kesukaanku? Dunia ini sempit dan semuanya bisa begitu saja kebetulan." Bathinnya.

"Heiii...! Ada orang di sini bersamamu sedang bertanya, Nona. Lihat aku!" Lagi-lagi Aliando mengejutkan Patrice dari kebingungannya.

"Iya, aku masih mendengarmu. Aku lagi sedang malas pilih-pilih menu makanya aku ikut yang kau pesan saja, tadinya aku pikir kau tidak menyukai menu laut, tapi ternyata seleramu boleh juga hehehe"

"Hmmm, awas saja nanti kalau tidak kau habiskan, aku akan memaksa bahkan akan menyuapimu." Gumamnya sambil membalas senyum yang dipaksakan oleh Patrice dengan seringai jahilnya.

Tidak lama sipelayan pun kembali bersama satu rekannya lagi dengan membawa masing-masing nampan di kedua tangan mereka. Keduanya tampak telaten dan cekatan meletakkan satu persatu menu yang ada di nampan tersebut, terakhir menyuguhkan dua gelas hot lemon seperti yang diminta oleh Aliando sesaat lalu.