"Patris!" Serunya tidak percaya.
Bertanya pada dirinya sendiri, apa maksud gadis ini berada di kamarnya dan parahnya wanita itu sudah benar-benar tertidur pulas.
"Bagaimana ini? Apa aku perlu membangunkan atau membiarkan sampai ia terbangun sendiri?"
Karena ia pun mengantuk, akhirnya Patron memutuskan untuk berbaring dan tidur di sebelah gadis itu. Seketika Patris berbalik dan memeluk pria itu seperti bantal gulingnya sendiri.
"Patris, kurasa kau sedang bermain-main denganku." Ujarnya.
Kenapa tidak? Patron yang hanya memakai kaos dan celana kain longgar, hanya bisa menahan napas tanpa berani berkutik sedikitpun, paha mulus gadis itu sudah menempel dan menekan miliknya yang tertidur. Sementara itu, tangannya pun menempel erat di dada pria itu. Buah dadanya yang sintal dan sudah bisa dibayangkan betapa padatnya gundukan ranum itu mau tidak mau akhirnya membangunkan kejantanan miliknya yang perlahan menegang.
"Oh Tuhan! Sudah lama aku tidak merasakan gejolak ini. Apa Patris sengaja melakukan ini atau apa dirinya sudah terbiasa melakukannya bersama kekasihnya selama di Paris?"
Beragam argumen dan dugaan negatif bermunculan di otak pria itu saat ini. Wangi tubuh wanita itu semakin membuat dirinya bergairah dan ingin menerkamnya. Tentu saja itu tidak mungkin, desahan napas berat sembari menahan segala gejolak yang bereaksi dalam tubuhnya, berusaha sekuat mungkin menepis birahi setan yang ada padanya saat itu. Sebagai manusia biasa, tepatnya pria normal, wajar saja jika ia mengginkan hal itu. Akhirnya, setelah sekian menit berdebat antara hasrat dan nuraninya, Patron pun terlelap setelah akhirnya dirinya benar-benar mengecup dalam kening wanita yang berada dalam dekapannya itu.
"Astaga!" Ucapnya dalam hati, semakin dipandang, bukan hanya kening saja yang ingin dicium olehnya, bahkan bibir seksi yang terbilang tidak tipis itu, juga ingin ia kulum. Karena wanita itu masih dengan ekspresi yang sama dan benar-benar tidak sadar dan Patron pun menyadari akan itu.
***
Mentari mulai naik, perlahan sinarnya menerpa, menembus tile gorden kamar yang mereka tempati saat ini. Keduanya masih dalam posisi yang belum berubah dan saling menempel satu sama lain.
Patris mengerjapkan matanya perlahan oleh sinar yang berhasil membuat lelapnya terusik, seketika matanya membola, merasakan ada tubuh hangat yang juga saling merangkul dengannya saat ini. Terlebih lagi gundukan kembarnya membenam erat di bagian samping dada pria itu. Lalu menoleh pada sipemilik tubuh yang bersamanya, ia menyintak tubuhnya dari sana dan seketika akan berteriak namun ia urungkan. Akan muncul bencana besar jika ia berteriak dan tentunya akan menggegerkan seisi rumah.
Disaat bersamaan Patron pun terbangun, keduanya sama-sama terperanjat. Dan itu pun hanya berlaku sebentar pada Patron dan ia pun menyapa gadis itu dengan tenang.
"Selamat pagi, Nona Patris. Maaf, apa aku salah kamar?" Sapa Patron dan tidak lupa akan bertanya hal tersebut untuk menyadarkan Patris dan meluruskan apa yang sudah terjadi semalam.
Patris langsung melipat kedua tangannya ke dada sambil menarik selimut yang mereka gunakan bersama tadi, sebab mata pria itu juga beralih ke bagian sensitifnya.
"Jangan bilang kau sudah macam-macam padaku." Sarkasnya tanpa perlu menjawab pertanyaan Patron padanya.
"Sebelumnya aku ingin bertanya padamu, apa aku atau kau salah kamar sehingga bisa tidur di sini?" Tanya Patron sambil beranjak menghadap nakas hendak mengambil jam tangannya.
"Jangan sentuh itu!" Hardik Patris sambil menarik tangan pria itu yang hendak menarik tali bra miliknya di nakas.
Keduanya terdiam saling bersitatap. Tanpa disadari oleh Patris bahwa dirinya tengah mengunci rapat sang pria dalam pelukannya. Tentu saja gundukan kembar milik gadis yang menempel ke dada bidangnya lagi-lagi membangkitkan birahinya.
"Kau tenang saja, tidak ada yang tahu tentang ini. Aku rasa kau salah kamar dan aku juga sudah membangunkanmu, tapi kau tetap tidak mau bangun. Karena aku juga sangat mengantuk." Dalih Patron dengan tenang.
Betapa malunya Patris setelah menyadari dan mengingat kronologis semalam. Andai saja mukanya bisa dibuang maka pasti akan ia lakukan, namun sekarang masalahnya adalah bagaimana cara keluar dari kamar Patron.
"Apa kau juga berniat ingin berlama-lama di sini atau apa aku harus ke kamarmu?" Bisik Patron terdengar begitu lembut.
"Kau percaya diri sekali. Ini hanya salah paham maaf, semua terjadi begitu saja karena aku terlalu mengantuk dan lupa bahwa kamar ini sedang kau tempati."
"Tentu aku paham. Sorry, aku hanya bercanda, aku rasa juga begitu dan aku juga tidak punya pilihan lain selain ikut berbaring di sebelahmu. Lagipula tidak mungkin aku akan kembali keluar dan tidur di sofa, pasti semuanya jadi kacau dan aku sudah dituduh macam-macam oleh ayahmu."
"Tapi kau sudah macam-macam padaku kan?" Selidik Patris dengan wajah yang dibuat sedatar mungkin dan masih memeluk selimut ke tubuhnya yang tidak menggunakan bra itu.
"Aku tidak tahu, karena aku juga tertidur." Jawab Patron dengan enteng.
"Dasar kau! Tapi kamu bisa saja tidur di balkon atau di sofa, kenapa harus tidur di sebelahku?"
"Astaga! Waktu kita satu jam lagi dari sekarang, kau ingin tetap di tempatmu atau ikut mandi juga bersamaku ke kamar mandi?"
"Kau ...."
Patron pun langsung melesat masuk ke dalam kamar mandi dan menutup pintu secepat kilat sehingga bantal yang dilempar oleh Patris hanya sampai di daun pintu.
Akhirnya Patris sedikit leluasa melepaskan selimut putih yang dibalutkan ke tubuhnya dan segera keluar dari sana. Dengan langkah mengendap-endap, ia pun berhasil menuju ke kamarnya sendiri.
Tanpa menunda lagi, gadis itu segera menuju kamar mandi dan melakukan ritual mandinya. Tidak butuh waktu lama setelah beberapa menit memandangi dirinya di kaca, menggunakan setelan blazer berwarna grey dan rok span dengan belahan dari paha hingga tumit dan highheels layaknya para pramugari lainnya, ia tersenyum senyum yang dibuat semanis mungkin berkata "saatnya bertugas!" Serunya seolah sedang memerintah dirinya sendiri.
Di meja makan, seperti biasa kedua pria berbeda usia itu sudah duduk manis dan baru saja akan memulai acara makannya. Patris pun datang dan ikut duduk di sebelah Patron sambil menyapa keduanya.
Jantung kapten tampan itu kembali berdegup tak karuan, kenapa tidak? Di samping ini adalah hari pertamanya bertugas untuk penerbangan bisnis Indonesia - Columbia, hari ini juga adalah untuk pertama kalinya bahwa ia akan terbang bersama seorang wanita yang benar-benar membuat hidupnya kembali berwarna dan ia jatuh cinta untuk ketiga kalinya setelah Laura, Valery dan yang ketiga saat ini adalah Patris.
Hidup memang penuh misteri, tidak ada yang tahu kapan cinta akan hadir pada hati yang sudah lama tak menginginkannya karena pernah kecewa di masalalu dan menumbuhkan luka yang amat dalam hingga berpikir luka itu tak akan pernah sembuh. Namun seiring waktu siapa yang akan menduga cinta itu hadir mengisi kekosongan hati yang sudah lama hampa.