Jantung kapten tampan itu kembali berdegup tak karuan, kenapa tidak? Di samping ini adalah hari pertamanya bertugas untuk penerbangan bisnis Indonesia Columbia, hari ini juga adalah untuk pertama kalinya bahwa ia akan terbang bersama seorang wanita yang benar-benar membuat hidupnya kembali berwarna dan ia jatuh cinta untuk ketiga kalinya setelah Laura, Valery dan yang ketiga saat ini adalah Patris.
Hidup memang penuh misteri, tidak ada yang tahu kapan cinta akan hadir pada hati yang sudah lama tak menginginkannya karena pernah kecewa di masalalu dan menumbuhkan luka yang amat dalam hingga berpikir luka itu tak akan pernah sembuh. Namun seiring waktu siapa yang akan menduga cinta itu hadir mengisi kekosongan hati yang sudah lama hampa.
"Kau tidak suka jenis makanannya, Patron?"
Patron sedikit terkejut dan terlihat gugup, lamunannya terhenti seketika mendengar suara Mandala yang menanyakan tentang selera makannya pagi ini.
"Ooh ... Tentu saja aku sangat menyukainya, Tuan." Jawabnya segera mengambil sendok dan menyendokkan nasi dari mangkuk keramik lebar ke piringnya.
"Syukurlah! Kami pikir kau tidak menyukainya, jangan lupa waktu kita lima belas menit lagi dan harus sampai di Bandara." Sambung Patris datar tanpa perlu menoleh pada pria yang terus mengaguminya itu.
Mereka pun segera menyantap hidangan di meja tanpa banyak bicara, hanya sesekali terdengar suara berat Mandala yang meminta Patron untuk menambah isi piringnya. Namun pria itu pun menolak dengan alasan sudah kenyang, apalagi dengan kondisi terburu-buru seperti ini, membuat pria itu yang seharusnya berselera sekali untuk makan, maka pagi ini terpaksa ia tahan dan hanya memakan secukupnya saja hidangan tersebut.
Mandala masih melambaikan tangannya hingga mobil yang membawa sepasang anak manusia itu tak terlihat lagi dari balik gerbang rumah mewahnya.
Sudah sepuluh menit berlalu, mobil yang mengantar mereka ke Bandara pun sudah tiba di sana. Kapten dan pramugari itu keluar bersama, supir pun ikut keluar membantu keduanya untuk mengeluarkan barang-barang mereka dari bagasi .
Ada lima bag yang mesti mereka keluarkan dan akan dibawa dalam penerbangan nanti. Dua milik Patron dan tiganya milik gadis itu .
Sebab, para Pramugari yang berada di Turbo flight masing-masing akan diberi tiga buah bag, berupa koper, travel bag dan hand bag. Ketiga tas tersebut wajib dibawa oleh mereka, begitu pun dengan para pilot maupun para pilot. Sebab ketika ada penerbangan yang mengharuskan mereka menginap, mereka bisa menunggu hingga kembali ke penerbangan bandara asal. Sehingga mereka akan sangat membutuhkan kelengkapan pribadi untuk menginap.
Selain itu, membawa tiga buah tas juga untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak terduga. Seperti pendaratan darurat dan masalah teknis hingga membuat penerbangan harus ditunda sehingga membuat mereka tetap harus menginap.
Selain berisi barang pribadi seperti pakaian ganti mereka juga membawa dokumen penting. Seorang pramugari wajib membawa passport dan FAC (Flight Attendant Certificate). Yang merupakan pramugari Turbo Flight Air sudah memiliki license atau izin untuk bertugas. Hal ini juga untuk mengantisipasi jika ada keadaan darurat yang mengharuskan mereka mendarat di negara lain.
Masih seputar Patris yang akan sama layaknya para Pramugari lain, dirinya juga akan membawa Make up, di mana merupakan senjatanya para kru wanita di pesawat.
Sudah pasti penampilan akan menjadi salah satu hal yang sangat diperhatikan. Pramugari Turbo Fligh Air harus memiliki penampilan yang menarik, baik dari segi make up hingga tatanan rambut yang sedemikian rupa. Mengingat maskapai ini adalah maskapai dengan penerbangan bisnis antar negara tentunya menjadi sebuah perhatian bahkan sorotan bagi dunia .
Penerbangan akhirnya ditunda setengah jam lagi karena kapten tampan dan pramugari cantik ini sudah terlambat dan baru saja tiba, mereka tiba setelah waktu habis, sementara sebelum keberangkatan atau terbang mereka semua harus melakukan Briefing dan medical check up.
Mereka akan berkumpul di sebuah ruangan untuk melakukan briefing. Briefing ini akan dipimpin kapten pilot yang tak lain adalah Patron. Semuanya dimulai dengan perkenalan antar kru pesawat yang akan terbang bersama. Mengingat pria itu adalah kapten baru yang akan terbang bersama mereka
"Astaga! Ini kapten terlalu tampan, guys!" Bisik salah satu Pramugari pada rekan yang berdiri di sebelahnya.
"Heei, aku juga barusan melihatnya turun bersama dengan Pramugari baru, apa jangan-jangan keduanya sepasang kekasih?" Sahut satunya lagi.
"Ssst ... Masih pagi, tidak boleh menggosip!" Sahut sebelahnya lagi .
Hampir semua kru wanita yang sudah tampil secantik mungkin itu saling ghibah dan menduga-duga ada hubungan apa antara Patris dan Patron.
untuk pemeriksaan kesehatan yang harus memastikan semua awak kabin dalam kondisi yang baik. Sudah pasti untuk menghindari keadaan yang tidak diinginkan selama penerbangan berlangsung.
"Selamat pagi semua!" Sapa Patron pada mereka tanpa kecuali. Dengan senyum menawan dari wajahnya yang rupawan, kulit putih , mata dengan bola hitam seperti orang Asia dan alis tebal, gigi putih tersusun rapi di balik bibir seksinya yang sedikit tebal di bagian bawah , kemudian rahangnya yang kokoh dengan ditumbuhi sedikit bulu halus di samping wajahnya. Di tambah lagi postur tubuh atletis dengan tinggi rata-rata orang Eropa - Amerika, tepatnya Amerika latin sehingga wajahnya tidak terlalu terlihat seperti bule pada umumnya .
Patron memang sangat tampan dan manis karena wajahnya yang tidak terlihat seperti bule yang berambut pirang dan mata biru atau coklat, melainkan berwarna hitam. Author membayangkannya saja sudah jatuh cinta ders.
Baiklah kita kembali ke tugas mereka yang sebentar lagi akan terbang ke negara asal pria tampan itu.
Usai briefing, seluruh awak bergegas dengan membawa koper masing-masing yang tentunya berisi peralatan maupun perlengkapan pribadi mereka.
Patrice melakukan tugasnya seperti halnya pramugari yang lain. Hampir dua jam mengudara, saatnya membagikan makanan pada para penumpang Turbo kala itu.
Pemberian menu untuk para penumpang sangat jauh dari ekspektasi. Jika dibanding dengan makanan kafe biasa, maka ini tidak layak atau tidak pantas dengan tarif yang dikeluarkan turbo flight untuk para penumpang.
Sudah lima jam mereka terbang, sebentar lagi akan sampai dan saatnya mendarat di kota tropis yang terkenal eksotis tersebut. Seluruh penumpang turun ketika pesawat sudah mendarat, selanjutnya para kru, termasuk Patris dan Patron.
Di kantor, setelah membuat absen dan mengisi data kru yang baru saja tiba dari Indonesia, Patrice terlihat acuh dan dan mengabaikan sepasang mata yang terus mengikuti kemanapun langkahnya.
"Patrice, kau tidak berminat ingin bertemu putriku?"
Langkah Patrice terhenti dari depan, lalu menoleh pada Patron yang memang sedang menunggunya dengan setia.
"Putrimu?"
"Hmm, tapi kalau kamu sibuk, tidak perlu. Oke, sekarang kamu akan menginap di mana, apa perlu kuantar?