Chereads / Love Above The Clouds / Chapter 4 - Pramugari Baru~

Chapter 4 - Pramugari Baru~

Timbul pertanyaan di benaknya saat ini. Tentu saja Aliando sipemilik nama tahu seluk beluk info tentang maskapai Turbo flight, kapan dan di mana saja perekrutan pramugari dan pilot dilaksanakan, sebab sudah lima tahun ini dirinya mengabdi pada perusahaan tersebut meskipun ia sendiri tidak pernah sekalipun berada di Indonesia, melainkan di Columbia negaranya sendiri.

"Ekhemmm... Maaf, Nona. Bisakah saya meminta secangkir kopi?" Pinta Aliando pada Patrice, tepat ketika gadis itu baru saja melewatinya setelah memeriksa satu persatu penumpang di dalam pesawat.

Langkah gadis itu pun berhenti dan langsung menoleh pada penumpang pria yang sedang meminta sesuatu padanya. Sedikit menaikkan alisnya sambil mengangguk dan melepas senyum seramah mungkin, jika tidak dilakukannya maka bisa saja menambah daftar rusaknya pencitraan maskapai tersebut saat ini. Dengan mengingat mengimbang seluruh kondisi yang ada, akhirnya Patrice pun berkata dengan lembut, "sebentar, Tuan. Saya akan kembali."

Aliando menarik bibir dengan menampakkan senyum seringai di wajahnya. "Gadis ini berbeda, arghh... Ada apa denganku? Sudah lama aku tidak memperhatikan wanita atau gadis manapun, lalu apa yang terjadi denganku saat ini?"

Aliando membatin dan heran dengan dirinya sendiri. Semenjak Laura sang istri meninggal pasca melahirkan putri mereka bernama Gabrielle, ia tidak pernah sekalipun terlihat berkencan atau pun bergandengan dengan wanita lain. Sebab, semenjak itu ia telah memutuskan untuk menutup hatinya pada wanita manapun. Pria ini begitu mencintai sang istri dan melupakan sebuah kensekuensi bahwa pada akhirnya sang putri menuntut kehadiran sosok wanita dewasa di setiap harinya yaitu Ibu. Ya, seorang Ibu. Seperti semua teman-temannya di sekolah. Tidak sekali sang anak merengek padanya untuk membawakan seorang Ibu ke dalam rumah mereka.

"shiit! Apa Gabrielle pikir seorang Ibu itu adalah boneka yang mudah ditemukan di manapun lalu membawanya pulang." Batinnya lagi.

"Tuan, ini minum anda."

Patrice heran, kenapa penumpangnya satu ini aneh. Baru saja ia meminta secangkir kopi padanya sesaat yang lalu, tiba-tiba sekarang saat ini terlihat melamun dan parahnya lagi pria itu betul-betul sedang mengabaikannya saat ini.

Patrice jadi ragu jika ia meletakkan begitu saja minuman itu di mejanya, ia pun kembali mengulangi suaranya, "Tuan. Anda baik-baik saja?" Tanyanya khawatir pada penumpang anehnya tersebut.

Seketika Aliando pun tersintak dan minuman itu tumpah mengenai kemejanya.

"Oh tidak! Ini kemeja baruku, Nona. Dan kau telah menodainya dengan kopimu itu." Gerutunya sambil mengibas-ngibas lengan kemeja yang terkena tumpahan kopi hangat tersebut.

"Astaga, Tuan. Apa anda terluka? Aku sangat menyesal dan mohon maafkan ketidak nyamanan ini, Tuan. Apa aku boleh membersihkan pakaian anda dan ikutlah denganku sebentar ke ruang ganti kami, Tuan." Ajak Patrice yang berniat sekalian membersihkan kemeja penumpangnya.

Aliando pun bangun dan beranjak dari bangkunya. Ia mengikuti langkah gadis itu menuju salah satu pintu yang terdapat di sana dan mereka pun masuk kedalam. Ia tahu bahwa gadis itu sedang membawanya ke sebuah ruang istirahat para kru. Dengan menahan senyumnya karena insiden yang baru saja terjadi murni kesengajaan yang ia ciptakan sendiri dengan tujuan ingin lebih dekat dengan sang pramugari.

Terlihat beberapa pramugari sedang bercengkerama satu sama lain di sana.

"Silakan, Tuan. Duduklah! Maaf, sekali lagi aku mohon maaf atas ketidak nyamanan ini."

"Sudahlah, apa kau tidak bosan selalu mengatakan maaf padaku? Aku sudah melupakannya, jadi kurasa tidak ada lagi masalah bukan, siapa namamu, kenapa aku baru melihatmu di pesawat ini, Nona? Kau berbeda dengan mereka."

Patrice terhenyak mendengar tiap penuturan yang keluar dari mulut pria tersebut tanpa sedikitpun menatap wajahnya, walau sebenarnya ia tahu betul, bahwa sang pria tengah menatapnya tanpa henti dan begitu lekat. Jarak mereka begitu intim, Aliando merasakan sentuhan tangan dan satu persatu jemari sang pramugari di dadanya hingga perut ketika gadis itu melepas kancing bajunya saat ini. Hembusan napas keduanya tampak beradu ketika keduanya saling menatap, netra keduanya berhenti, lalu si wanita mengambil jarak, "aku rasa ini sudah selesai, Tuan. Tunggulah sebentar, aku akan kembali!" Titahnya lagi.

"Sungguh, gadis ini membuatku mabuk. Pesonanya, aku belum pernah merasakan ini, seperti rasa yang pernah muncul saat pertama kali bertemu Laura lima tahun lalu." Gumamnya.

Tidak lama Patrice pun kembali dengan membawa sehelai kemeja pendek berwarna hitam, setelah memilah-milah beberapa baju pria di lemari ganti para kru, menurutnya pakaian itu sangat cocok untuk sipria yang bajunya basah dan sangat ternoda oleh warna kopi.

"Maaf, Tuan. Aku harap Anda menyukai kemeja ini. Untuk sementara menjelang kita sampai, setelah ini anda bisa membuangnya." Ujarnya lagi tanpa berniat menatap pria itu sambil membantunya memasangkan kemeja tersebut.

"Bolehkah aku menyimpannya, Nona?"

Patrice pun mengangkat dagunya menatap sang pria asing yang sangat tampan itu.

"Aku rasa itu hak anda, Tuan. Karena ini kesalahan kami, tentu saja kami berkewajiban untuk mengembalikan rasa nyaman para penumpang di maskapai kami, Tuan. Tentu saja boleh." Jelasnya sambil tersenyum ramah pada Aliando.

"Ekhemmm... Aku rasa ada satu yang aku inginkan, bolehkah aku menyimpan nomormu, Nona?"

Patrice pun terdiam, tidak lama ia pun mengangguk, "baiklah." Jawabnya.

Tidak ada percakapan yang berarti diantara mereka, setelah akhirnya Aliando kembali ke kursi penumpang dan Patrice pun kembali ke aktifitasnya sebagai pramugari.

Patrice belum keluar dari kamar pribadinya semenjak pesawat mendarat. Selama itu pula Aliando yang ternyata masih menunggunya di pintu tangga. Sampai akhirnya salah satu co-pilot muncul dari ruang kemudi dan bertanya padanya.

"Maaf, Tuan. Apa ada yang bisa kami bantu?" Tanya co-pilot dengan ramah.

"Saya belum melihat Nona Patrice turun, apakah dia baik-baik saja? Aku hanya khawatir." Ujarnya seolah-olah dirinya adalah teman sang gadis.

"Apa anda temannya?" Selidik pria tersebut pada Aliando.

"Ya, aku temannya. Bisakah kau tunjukkan di mana dia, Tuan?" Tekan Aliando kembali pada sang pilot.

"Anda langsung saja ke bagian ruang ganti. Di sana biasanya masih berkumpul beberapa kru sebelum mereka meninggalkan pesawat. Anda bisa menemukannya di sana, Tuan." Jelas co-pilot.

"Terima kasih." Ucapnya tersenyum sambil menepuk pelan bahu co-pilot dan langsung berlalu dari hadapannya.

Aliando pun berpisah dengan co-pilot di pintu, keduanya saling berlalu dari sana.

"Selamat sore, Nona-nona. Maaf, saya bisa bicara dengan teman anda, Nona-nona?" Sapa Aliando setiba di pintu ruangan.

Beberapa paramugari termasuk Patrice masih asyik dengan cengkerama mereka, sesekali terdengar canda tawa diantaranya. Tiba-tiba saja suara berat Aliando berhasil memecah suasana hangat yang baru saja dimulai itu.

"Heeii lihatlah! Ada pria asing sepertinya salah satu penumpang kita dari Columbia dan tidak salah bukankah tadi kemejanya baru diganti oleh Patrice karena ketumpahan kopi?" Bisik salah satu gadis di sana.