Diandra sudah siap dengan penampilannya untuk ke kantor pagi ini, sesuai kesepakatan Diandra memang akan langsung bekerja hari ini juga.
Dengan tampilan yang begitu modis dan elegan, Diandra tersenyum menatap dirinya di kaca, semangatnya begitu sempurna untuk memulai pekerjaannya sebagai sekretaris Bian.
"Aku tidak akan lepaskan anak kamu itu, langkah ku akan terarah pada mu oleh anak mu sendiri," ucap Diandra yakin.
Diandra akan mencari cara untuk bisa masuk ke rumah Bian dan mendekat pada keluarganya, Diandra tidak ingin membuang waktu untuk semuanya.
"Tunggu saja, hanya sedikit lagi maka kalian akan mendapatkan kehancuran yang seharusnya kalian dapatkan sejak dulu."
Diandra mengangguk, semua memang harus terjadi, Diandra yakin setelah semua terbalaskan kondisi Diana pasti akan pulih.
"Diandra, Ibu, mau ketemu sama kamu."
Diandra menoleh mendengar suara Maya di luar sana, Diandra lantas berjalan keluar kamar.
"Mamah, sudah bangun?" tanya Diandra.
Bukannya menjawab, Maya justru menatap Diandra dari atas kepala sampai kaki, ada apa dan kenapa harus seperti itu.
"Di," ucap Maya.
"Kamu kenapa?"
"Kamu cantik banget."
Diandra mengernyit mendengarnya, itu bukan jawaban dari pertanyaan Diandra yang pertama.
"Sumpah, kamu cantik sekali Diandra, aku yakin Bian pasti akan tergoda juga sama kamu."
Diandra mengusap wajah Maya sekilas, kenapa dengan wanita itu, kenapa harus sampai seperti itu kata-katanya.
"Maaf," ucap Maya seraya tersenyum.
"Aneh kamu."
"Tapi cantik banget, asli gak akan mengecewakan, kamu pas sekali jadi Sekretaris Bian."
"Memangnya kamu tahu, Bian itu seperti apa?"
"Enggak, tapi aku yakin pemimpin perusahaan besar itu sudah pasti good looking, gak mungkin salah dan dengan pampilan kamu yang sesempurna ini, sudahlah kalian pasti serasi."
Diandra justru tertawa mendengar kalimat panjang Maya, apa benar seperti itu, tapi kenapa Diandra justru merasa geli dengan semua itu.
"Ih, malah ketawa, bukannya amin."
"Amin, amit-amit malah suruh amin."
"Oh iya lupa, ya udah sana temui Ibu dulu sebelum pergi."
"Oke."
Diandra lantas berlalu lebih dulu, Maya masih saja terdiam menatap Diandra dari belakang sana, itu sangat sempurna dengan tubuh yang bagus dipadu dengan pakaian dan makeup yang elegan, Diandra sempurna sekali.
"Tidak akan gagal kamu, Di," ucap Maya.
Diandra memasuki kamar dan menghampiri Diana yang berdiri di samping jendela, Diandra meraih tangan Diana untuk menarik perhatiannya.
"Mah, aku pergi kerja dulu ya."
"Jangan dekati mereka, mereka jahat."
Diandra tersenyum dan mengangguk, sekuat itu perasaan seorang Ibu terhadap anaknya, padahal Diandra sudah mengatakan hal lain diluar itu, tapi Diana tetap yakin dengan fikirannya sendiri.
"Jangan, jangan dekati."
"Mah, Diandra kerja di tempat teman Diandra, Mamah jangan kahwatir ya."
"Jangan bohong."
"Enggak, Diandra gak bohong, pokoknya Diandra akan pulang dengan keadaan yang baik-baik saja, sama seperti saat pergi sekarang."
Diana diam menatap putrinya itu, Diandra tidak bisa menerka apa yang ada dalam fikiran dan hati Diana sekarang.
Tapi apa pun itu, Diandra akan tetap pergi dan melakukan semua yang telah direncanakannya.
"Mamah, di rumah tenang ya, Mamah tunggu Diandra pulang, jangan nangis jangan marah, Mamah disini sama Maya jadi kalau ada mau apa-apa Mamah panggil Maya ya."
"Maya?"
"Iya, May .... kesini May," panggil Diandra.
Maya terlihat masuk dan menghampiri keduanya, Diandra tersenyum dan kembali melirik Diana.
"Ini Maya namanya, Mamah kalau mau makan atau mau minum dan mau yang lainnya, minta sama Maya ya, nanti kalau Diandra sudah pulang ke rumah, baru Mamah panggil Diandra."
Diana mengangguk dan melirik Maya, Maya tersenyum mendapat tatapan dari Diana, semoga saja dengan Diandra yang berkata seperti itu, bisa membuat Diana tenang sampai nanti bertemu dengan Diandra lagi.
"Aku titip Mamah ya, aku sudah katakan semuanya."
"Iya, kamu tenang saja, Ibu aman sama aku disini."
"Aku percaya sama kamu."
Maya mengangguk, Diandra lantas pamit pada Diana, tidak ada waktu lagi untuk bersantai di rumah, Diandra bisa telat sampai ke kantor.
----
Bian memasuki ruangannya, pagi ini Bian telah ditunggu oleh jadwal meeting kantor, meski bukan untuk target besar, tapi itu memang turut membantu untuk kemajuan perusahaan.
Bian duduk di kursinya dan melihat jam di pergelangan tangannya, seharusnya Diandra sudah ada di ruangannya sekarang tapi sepertinya Diandra belum datang karena belum bertanya dimana ruangannya.
Bian mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Diandra, terlinganya juga mendengat dering ponsel yang semakin mendekatinya.
"Selamat pagi Pak Bian, maaf saya terlambat."
Bian menoleh mendengar suara itu, tangan itu perlahan menjauhkan ponsel dari telinganya.
Matanya tak mampu berpaling melihat Diandra di sana, benarkah yang dilihat Bian saat ini kenapa Diandra terlihat cantik sekali, padahal ini bukan pertemuan pertama mereka.
"Pak, apa kesempatan saya bekerja disini sudah tidak ada lagi?" tanya Diandra.
Bian mengerjap dan berpaling sesaat, kurang ajar Diandra telah merusak fokusnya pagi ini.
"Pak Bian, saya minta maaf kalau ...."
"Tidak Diandra," ucap Bian menyela kalimat Diandra.
"Kamu masih bisa bekerja, kamu hanya terlambat beberap menit saja, tapi jangan sampai terulang lagi."
"Baik Pak, saya tidak akan mengulang kesalahan ini lagi."
Bian mengangguk dengan masih menatap Diandra tanpa celah, Diandra tersenyum melihat Bian yang seperti itu.
Jadi benar kata Maya kalau Diandra memang teramat cantik pagi ini, baguslah karena sekarang Diandra yakin jika memang Bian telah tergoda olehnya.
"Ekhem,"
Bian menggeleng dan memejamkan matanya sesaat mendengar suara Diandra.
"Baiklah, ruangan kamu ada di samping ruangan saya, dan di meja kerja kamu sudah ada beberapa berkas yang harus kamu pelajari, itu adalah materi meeting untuk hari ini tepatnya jam 10 nanti."
"Saya ikut?"
"Tentu saja, pertanyaan macam apa itu, kamu Sekretaris saya sekarang."
"Baik Pak, saya akan pelajari berkasnya terlebih dahulu."
"Silahkan."
Diandra mengangguk dan berjalan kembali keluar, sampai di ambang pintu, Diandra kembali berbalik karena Bian yang memanggilnya.
"Diandra."
"Iya Pak."
"Kamu cantik."
Diandra menunjukan senyum manisnya pada Bian, hatinya semakin meraja sekarang, jadi semudah itu untuk membuat Bian tergoda.
"Terimakasih, saya permisi."
"Silahkan."
Diandra lantas menutup pintu dan berlalu ke ruangannya, sampai di sana Diandra tertawa dengan penuh kemenangan.
Satu lagi perkembangan bagus telah di dapat Diandra, selangkah lebih maju dari sebelumnya.
"Aku memang cantik, tidak ada yang bisa mengingkari kecantikan ku."
Diandra tersenyum dan mengangguk, kakinya terayun Diandra lantas duduk di kursinya.
Setelah menyimpan tasnya, Diandra langsung membuka berkas di hadapannya, Diandra membacanya dengan teliti.
Sedikit pun, Diandra tidak akan mengecewakan Bian, Diandra akan membuat Bian teramat mengaguminya dan Diandra pasti berhasil.