Ditengah kesibukan Diandra, Diana ternyata baik-baik saja di rumah bersama dengan Maya, wanita itu tidak melakukan hal yang membuat Maya panik.
Sepertinya Diana masih ingat dengan apa yang dijelaskan oleh Diandra, Diana mengerti tentang itu sehingga sekarang Diana anteng saja bersama Maya.
"Ibu, mau apa sekarang?"
"Gak ada."
Maya mengangguk, sejak tadi Diana memang tidak banyak meminta pada Maya, kecuali minta makan dan minum.
Maya tidak merasa direpotkan dengan hal itu, Maya melayaninya dengan sangat baik, agar Diana juga merasa nyaman dengan perlakuan Maya.
"Bu, ibu, mau tidur sekarang?"
"Tunggu, Diandra."
"Diandra pulangnya kan sore, Bu."
"Iya, biarkan saja tidak masalah."
Diana tersenyum menjawab ucapan Maya dengan santai, tidak ada alasan untuk Diana memaksanya pulang dalam keadaan sadar seperti saat ini.
"Ya sudah, Maya mau ke kamar mandi dulu ya, Bu."
Diana mengangguk dan membiarkan Maya untuk pergi, biarkan saja Diana tidak masalah dengan semua itu, lagi pula Diana sedang tenang saat ini jadi tidak ada masalah.
Maya melihat ke luar untuk beberapa saat, rasanya sedikit bosan berada terus menerus di dalam rumah, tapi Diandra melarang Maya untuk membawa Diana keluar rumah.
Entah kapan Diandra akan membebaskan Diana untuk menikmati alam bebas, tapi ya sudahlah karena sejak awal Maya sudah tahu tentang resiko itu, dan Maya tetap menyetujui semuanya.
Maya kembali memasuki rumah, melanjutkan niatnya untuk ke kamar mandi, sebelum Diana memanggilnya maka Maya harus segera menyelesaikan urusannya.
Diana berjalan dan membuka lemari bajunya, mengambil dua lembar foto di sana, Diana menatapnya tanpa celah.
Ekspresinya tak menentu dan pasti tidak akan ada yang bisa mengartikannya, Diana selalu saja seperti itu jika sedang melihat foto Burhan atau foto suaminya.
Diana tersenyum mengusap foto suaminya, tapi ekspresinya masih tak tertuju pada satu, Diana pasti memikirkan banyak hal saat ini tentang kedua foto itu.
Maya kembali memasuki kamar dan menghampiri Diana di sana, Maya terdiam turut melihat foto tersebut, Maya memang sempat melihat foto Burhan dari Diandra dulu tapi tidak pernah tahu tentang satu foto lagi.
"Ibu," panggil Maya.
Diana menoleh dan segera menyimpan foto itu lagi, Diana menutup lemarinya rapat dan berbalik menatap Maya.
"Jahat sekali."
Maya mengernyit mendengar ucapan Diana, apa maksudnya dan apa Diana akan kembali histeris sekarang.
"Jahat sekali."
"Ibu kenapa, ada apa, coba cerita sama Maya."
"Diandra."
"Diandra .... Diandra kan lagi kerja, Bu."
"Pulang, jahat, tidak boleh."
Maya berpaling sesaat, sepertinya kesalahan karena Maya telah meninggalkan Diana tadi.
"Diandra," ucapnya seraya menggeleng.
Maya menggigit ujung telunjuknya, apa bisa Maya menghubungi Diandra sekarang, mungkin saja Diandra sedang ada di ruangannya sendiri tanpa ada siapa pun.
"Diandra."
"Iya iya Bu, iya sebentar Maya coba telepon Diandra ya."
"Telepon .... iya, Diandra pulang, jahat sekali."
"Iya iya sabar."
Maya mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Diandra di sana, Maya melakukan panggilan video agar Diana bisa melihat jika Diandra baik-baik saja.
"Ayo, Di."
Maya mengulang panggilannya, masa iya Diandra tidak mau menjawab panggilannya sekarang, bukankah ia mendapatkan posisi bagus di kantor dan seharusnya Diandra memiliki ruangan sendiri.
"Diandra, mana Diandra, mana?"
Maya memejamkan matanya sesaat, dan kembali mengulang panggilannya.
----
"Angkat saja dulu, siapa tahu penting."
Diandra sedikit tersenyum, tentu saja penting tapi tidak mungkin jika Diandra mengatakan semua itu.
"Siapa sih, kasihan loh."
"Ya sudah, aku angkat dulu ya sebentar."
Bian mengangguk, tak masalah dengan itu silahkan saja karena mereka juga masih santai di tempat makan itu.
Diandra pergi menjauh dari Bian, sedikit pun Bian tidak boleh mendengar pembicaraannya dengan Maya, apa yang akan mereka bicarakan sudan pasti tentang Diana.
Diandra memasuki toilet dan menjawab panggilannya.
"Aduh Diandra, untunglah kamu jawab."
"Kenapa, May?"
"Ibu, mau bicara sama kamu."
"Ibu."
Maya mengangguk dan memberikan ponselnya pada Diana.
"Pulang, jangan disana, jahat sekali mereka."
Diandra mengernyit, kenapa Diana bicara seperti itu, apa yang telah membuatnya kembali mengingat itu.
"Pulang, Diandra."
"Mamah, Mamah, kenapa, Diandra kan lagi kerja belum boleh pulang."
"Kerja?"
"Iya, Diandra kan sudah katakan kalau sekarang Diandra kerja, jadi Diandra akan ada di luar rumah seharian."
"Enggak, enggak boleh, mereka jahat, pulang."
Diandra tersenyum, apa mungkin Maya telah salah bicara pada Diana hingga membuatnya seperti itu.
"Pulang."
"Mamah, Diandra, gak lagi sama mereka, Diandra lagi kerja di tempat Agista, Mamah lupa?"
Diana diam tak menjawab, mungkin saja Diana sedang mencerna kalimat Diandra.
"Diandra pulang nanti sore ya, Mamah tenang saja nanti Diandra pulang dalam baik-baik saja."
"Pulang."
"Iya, Diandra pasti pulang, Mamah sabar dulu ya kan sebentar lagi juga sore."
Diana mengangguk saja menjawab ucapan Diandra.
"Ya sudah, Diandra harus kerja lagi sekarang."
"Ya kerja."
Diandra tersenyum dan mengangguk, semoga saja tidak ada kekacauan di rumah setelah panggilan ini selesai.
"Kerja, iya kerja."
"Iya Diandra kerja ya, mana Maya?"
"Maya."
Diana melirik Maya dan memberikan ponselnya, Maya menerimanya dan berlalu meninggalkan Diana di kamar.
"Kenapa, Di?" tanya Maya.
"Kamu bicara apa sama Mamah, kenapa Mamah seperti itu?"
"Aku gak bicara apa-apa, Ibu lihat foto tadi makanya Ibu jadi seperti itu."
"Foto?"
"Iya foto, foto lelaki yang pernah kamu tunjukan, dan satu lagi tapi aku gak tahu."
Diandra diam, tidak akan salah lagi pasti itu foto Burhan dan suaminya.
"Maya, aku harus kembali kerja, kalau ada apa-apa sama Mamah tolong ya kamu jaga."
"Iya, kamu jangan khawatir."
"Kalau bisa, kamu jangan biarkan Mamah lihat foto itu lagi."
"Memangnya satu foto lagi, siapa?"
"Itu foto, Papah, dan aku memang belum cerita sama kamu."
Maya mengangguk, tentu saja Maya mengerti, dan Maya juga tidak akan memaksa untuk Diandra menceritakan tentang itu semua.
"Ya sudah, kamu kerja lagi saja, nanti kalau misal kamu mau pulang terlambat tolong kabari aku ya."
"Pasti, kamu jangan khawatir, tapi tolong jaga Mamah ya."
"Iya siap."
"Ya sudah, bye."
Diandra lantas menutup sambungannya, Bian pasti akan bertanya-tanya jika Diandra pergi terlalu lama, dan Diandra tidak ingin mendapatkan pertanyaan yang akan menyulitkannya.
Diandra kembali menemui Bian di sana, keduanya sama-sama tersenyum, dan sepertinya Bian juga tidak berniat untuk bertanya tentang panggilan tersebut.
"Maaf Pak, menunggu lama."
"Tidak masalah."
Diandra mengangguk, Bian terdiam menatap Diandra, kenapa cara bicaranya berubah-ubah, padahal Bian lebih senang jika Diandra bicara aku kamu saja.
"Kamu mau tambah lagi, soalnya kita harus ke kantor sekarang."
"Gak usah, sudah cukup semuanya, terimakasih"