Bian berjalan cepat keluar dari kantor, Bian memasuki mobilnya dan melajukannya diluar normal, Bian ingin segera sampai ke rumah Diandra dan bicara dengannya.
Bian sudah sangat bosan menunggu waktu bubaran kantor agar bisa pergi dari sana, dan sekarang Bian telah bebas dari jam kerja sehingga bisa segera menemui Diandra.
Bian tak sadar jika ada mobil Agista yang mengikutinya dari belakang sana, Agista memang telah meninggalkan kantor sejak tadi tapi bukan untuk pulang, Agista menunggu sampai Bian keluar karena yakin jika lelaki itu akan menemenui sekretarisnya lagi.
Agista juga tidak sabar membuktikan kebenaran dari pemikirannya itu, dan sekarang Agista akan segera mendapatkan bukti itu.
Bian melajukan mobilnya melewati arah rumahnya, dan sudah pasti tujuannya adalah ke tempat Diandra, Agista tidak akan biarkan kedekatan itu terjadi terus menerus.
Selama bersama dengan Bian, baru kali ini Bian berani berulah dalam hubungannya, dan semua gara-gara Diandra.
Agista semakin yakin jika memang ada rencana dari kedatangan Diandra menemui Bian, bukan sekedar ketidak sengajaan tapi Diandra telah siapkan semuanya sejak awal.
"Aku akan buktikan, wanita itu memang memiliki niat lain karena telah menemui kamu Bian."
Agista mengangguk, tentu saja tidak akan Agista biarkan siapa pun mengganggu Bian dan hubungan mereka.
Diandra menghentikan mobilnya saat melihat mobil Bian yang telah berhenti juga, Diandra melihat sekitar dan memang tidak pernah ke tempat itu sebelumnya.
"Jadi, Bian sudah tahu dimana rumah wanita itu, bagus sekali sedekat itu mereka."
Bian keluar dan berjalan ke pintu, mengetuk pintu itu berulang kali tapi tak kunjung terbuka, Bian melihat sekitar mungkin saja Diandra ada di luar.
Bian mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Diandra di sana, berulang kali tapi tak mendapatkan jawaban sekali pun.
Bian tidak bisa begitu saja membiarkan Diandra pergi, kemana wanita itu jangan sampai Diandra pergi dan meninggalkan pekerjaan begitu saja.
Bian tidak bisa melepaskan Diandra begitu saja, Diandra baru saja datang dan tidak bisa pergi begitu saja hanya gara-gara Agista tadi.
"Kemana kamu ini," ucap Bian yang terus mengulang panggilannya.
Seharusnya Diandra ke rumah itu sekarang karena sudah pergi sejak tadi, tapi kenapa sekarang tidak ada.
"Atau mungkin Diandra memang di dalam dan sengaja mengabaikan aku sekarang."
Bian kembali mengetuk pintu itu, mungkin saja benar jika Diandra sengaja mengabaikan Bian saat ini, Diandra mungkin marah makanya tidak mau menerima kedatangan Bian ke rumahnya.
"Diandra, kamu di dalam kan, kenapa kamu tidak mau buka pintunya."
Bian terus mengetuk pintu tersebut, entah kapan Diandra akan membukanya tapi Bian tidak akan lelah.
"Di, buka, Di."
Bian mengepalkan tangannya, tidak mungkin jika Bian mendobrak pintu tersebut, keadaan pasti akan semakin berantakan lagi jika Bian melakukan hal seperti itu.
"Diandra."
Bian lantas duduk dan kembali menghubungi Diandra, tapi masih saja tidak ada jawaban.
"Aku kirim dia pesan saja kali ya sekarang, biar dia tahu kalau aku nunggu dia di sini dan akan tetap nunggu dia juga."
Bian mengangguk dan berkutat dengan ponselnya, Bian mengirimkan pesan sesuai dengan apa yang ada difikirannya tentang Diandra.
Meski Diandra tidak menjawab panggilan Bian, tapi nanti pesan itu pasti akan dibukanya juga dan Diandra datang untuk menemuinya.
Bian tersenyum dan terdiam, pokoknya Bian akan tetap menunggu Diandra dan akan meminta maaf padanya.
"Aneh juga kalau seperti ini, kenapa juga aku harus seperti ini padahal siapa Diandra, dia hanya orang asing tapi begitu berat rasanya untuk melihat dia marah sampai pergi."
Bian menggeleng, entahlah apa yang harus difikirkannya sekarang tentang Diandra, sepertinya benar apa yang dikatakan Agista jika ada yang salah dengan Diandra.
"Kesalahannya adalah dia mampu membuat aku tertarik dalam waktu sekejap saja."
Bian mengusap wajahnya, itulah yang paling benar dan Bian mengakui itu juga sekarang.
----
Diandra menyelimuti Diana, setelah lama akhirnya Diana tidur juga sekarang, syukurlah karena Diana masih bisa percaya pada Diandra dan mengizinkannya untuk tetap bekerja.
Sekarang Diandra harus mengakui jika firasat seorang ibu tidak pernah salah terhadap anaknya, dan Diandra harus hati-hati agar tak ada siapa pun yang menyakitinya.
Diandra yakin jika Diana kembali histeris pasti karena merasa ada yang menyakiti Diandra, dan bukankah itu benar karena Agista menamparnya di kantor tadi.
Diandra bangkit dan berlalu pergi dari kamar, Diandra duduk di kursi dan membuka tasnya, sejak tadi Diandra merasakan ponselnya yang bergetar.
"Bian," ucapnya.
Diandra melihat banyaknya panggilan dari Bian dan membuka pesannya, Diandra mengernyit membacanya, Bian ada di rumah sewanya sekarang tapi untuk apa bukankah Diandra tidak ada disana.
"Minum, Di."
Maya datang dengan membawakan minum untuk Diandra.
"Makasih ya."
Maya mengangguk dan menyimpannya di meja, Maya turut duduk dan memperhatikan Diandra yang tengah berfikir saat ini.
"Kamu Kenapa?" tanya Maya.
Diandra menoleh dan tersenyum, tangannya terangkat meraih gelas di meja.
"Bian, nunggu aku di rumah itu, May."
Diandra meneguk minumnya dengan tenang, Diandra tidak ingin pergi lagi, tapi bagaimana kalau Bian curiga nantinya.
"Dia nunggu kamu, buat apa?"
"Aku juga gak tahu, dia kirim aku pesan katanya dia nunggu aku di rumah itu."
"Kamu mau kesana?"
"Aku gak mau May, tapi kalau aku gak kesana nantinya Bian malah curiga kalau aku ada tempat lagi selain rumah itu."
Maya mengangguk, itu memang benar, dan sepertinya Diandra tidak bisa biarkan itu terjadi.
"Ya sudah, kamu kesana saja, tapi kamu jangan tidur disana ya."
"Ya enggaklah, May, masa iya aku tidur disana, malas sekali."
Maya tersenyum dan mengangguk, baguslah karena Maya tidak tahu akan seperti apa histerisnya Diana jika saat malam Diandra tidak ada.
"Ya sudah lebih baik kamu pergi sekarang, mumpung Ibu juga lagi tidur kan."
"Iya, kamu benar, ya sudah aku pergi dulu ya, titip, Mamah."
"Siap, kamu harus hati-hati."
Diandra tersenyum dan langsung pergi dari rumahnya, Diandra tidak boleh buang waktu agar tidak membuat Diana khawatir lagi nantinya.
Diandra melihat sekitar, mencari taxi yang pasti akan lewat.
"Akan cepat mana, aku pesan taxi online atau menunggu taxi disini."
Diandra mengeluarkan ponselnya dan mencoba memesan taxi online, sesaat menunggu ternyata taxi lebih dulu datang menghampirinya.
Diandra membatalkan pesanan taxi onlinenya dan langsung memasuki taxi, Diandra menyebutkan alamat tujuannya dan meminta agar lebih cepat melajukan taxinya.
Diandra sengaja tak membalas pesan atau panggilan Bian, biarkan saja agar Bian merasa cemas di sana dan saat Diandra datang, Bian merasa senang dan akan lebih membelanya dibanding Agista.