"Enak kan makanannya?" tanya Bian.
"Enak, aku suka."
"Baguslah kalau kamu suka, berarti nanti aku akan ajak kamu makan disini lagi."
Diandra tersenyum dan mengangguk, silahkan saja Diandra tidak akan menolak diajak kemana pun juga, asalkan itu menguntungkan baginya.
"Habis ini aku antar kamu pulang ya, kamu kan tadi bilang mau istirahat."
"Iyalah, kan kamu juga harus istirahat."
Bian mengangguk, itu benar dan mereka akan kembali bertemu di kantor besok.
"Diandra."
"Ya."
"Aku lebih senang seperti ini, kita santai ketika berbicara tidak ada rasa canggung sama sekali."
"Tapi aku gak bisa seperti ini kalau ada kekasih kamu."
"Ya aku mengerti itu, dan aku akan terima itu, tapi kalau kita sedang berdua kamu jangan buat keadaan jadi canggung ya."
Diandra mengangguk pasti, tentu saja Diandra akan melakukannya karena kenyamanan Bian adalah yang utama.
"Oh iya, tadi kamu kemana pas keluar dari Kantor?"
Diandra seketika terdiam, untuk apa Bian pertanyakan semua itu, biarkan saja mau bagaimana dan mau kemana pun Diandra pergi.
"Tadi aku tunggu kamu lama loh di rumah."
"Aku dari mana, gak tahu nama tempatnya, yang jelas tadi aku fokus buat menenangkan diri dulu."
"Iya aku minta maaf ya, Gista memang sudah keterlaluan."
"Wajarlah, kalau aku jadi dia pasti akan lakukan hal yang sama juga."
"Hal yang sama?"
"Iyalah, mana rela aku kalau lihat pacar aku dekat sama perempuan lain, dan itulah yang akan terjadi."
"Kalau kamu sama aku, berarti kamu bakalan marah sama, Agista?"
"Tentu saja, karena semua wanita pasti mau jadi satu-satunya di hati pasangannya, dan itu berlaku juga untuk Agista dan aku."
Bian tersenyum dan mengangguk, baiklah Bian mengerti tentang itu, tapi meski Bian sudah tahu, Bian tidak bisa merubah apa pun.
Bian akan tetap mendekati Diandra, karena memang kebenarannya jika Bian telah tertarik pada Diandra.
"Di, memangnya kamu gak ada pacar?"
"Gak ada, pacar dari mana, aku lagi fokus cari keluarga aku jadi gak kefikiran untuk cari pacar."
Bian mengangguk, baiklah biar Bian yang akan jadi orang pertama yang memilikinya, Diandra akan menjadi milik Bian, dan itu adalah keharusannya.
"Aku sudah kenyang, bisa kita pulang sekarang?" tanya Diandra.
"Bisa, ayo bisa sekali, aku sudah tunggu kamu sejak tadi."
Diandra tersenyum, keduanya lantas bangkit dan berlalu meninggalkan tempatnya, mereka sama-sama memasuki mobil dan akan segera kembali ke rumah Diandra.
Selama di perjalanan keduanya tak henti berbincang, Diandra berhasil menghidupkan suasan dan tentunya membuat Bian senang.
Semakin sering mereka seperti ini, pasti akan semakin mudah untuk Diandra bisa memiliki Bian.
Diandra akan bisa menyingkirkan Agista sepenuhnya, dan tentu saja Diandra akan jadi satu-satunya untuk ada di sisi Bian.
Diandra mengangkat tangannya mengusap tangan Bian, lelaki itu seketika menoleh dan tersenyum.
"Kenapa?"
"Aku suka lihat senyum dan tawa kamu."
Bian mengangguk dan berpaling, tentu saja karena senyuman dan tawa itu juga berkat Diandra sendiri.
"Bian, aku tidak tahu harus berterimakasih dengan cara seperti apa untuk membalas kebaikan kamu terhadap aku."
"Apa maksud kamu?"
"Sejak tabrakan itu, kamu telah banyak membantu aku, kamu sudah membayar ganti rugi sopir taxi, kamu sewakan aku tempat tinggal dan kamu juga sudah berikan aku pekerjaan."
"Apa sih, ya gak apa-apalah itu semua sudah seharusnya aku lakukan, aku harus bertanggung jawab untuk semuanya."
"Tapi sepertinya gak harus seperti ini."
"Sudahlah, lagi pula selama bantuan aku itu bermanfaat, aku tidak masalah."
"Ya itu makanya aku bilang, aku gak tahu gimana caranya untuk berterimakasih sama kamu."
"Kamu mau tahu caranya?"
"Apa memangnya?"
"Kamu harus selalu ada buat aku, selalu ada di sisi aku dan selalu bisa buat aku senang seperti saat ini, dan dengan begitu kamu sudah membalas kebaikan aku."
Diandra tersenyum dan menggeleng, dasar lelaki tidak bisa dipercaya, sudah punya Agista masih saja memanfaatkan keadaan untuk bisa bersama yang lain.
"Kamu bisa kan?"
"Bisa, kan kamu sendiri yang bilang kalau kita akan selalu bersama setiap saat, karena urusan aku cuma sama kamu."
Bian tersenyum dan mengangguk, itu jawaban yang memang diinginkan Bian, dan sudah seharuanya Diandra mengatakan semua itu.
Bian menghentikan laju mobilnya karena telah sampai di rumah Diandra, keduanya keluar bersamaan dan berjalan ke depan pintu rumah Diandra.
"Sudah sampai, terimakasih ya."
"Sama-sama, ya sudah aku langsung pulang ya."
Diandra diam, sayang juga kalau melepaskan Bian begitu saja, bukankah Bian dan Agista sedang bermasalah sekarang, dan sebaiknya Diandra lebih memanfaatkan keadaan tersebut.
"Diandra," panggil Bian.
"Ya."
"Kamu kenapa?"
"Aku .... aku takut kalau Agista tiba-tiba datang kesini, dan marah-marah lagi sama aku."
"Ya gak akan seperti itu dong, masa iya Gista balik lagi ini kan sudah malam."
"Iya tapi aku takut, aku gak ada siapa-siapa disini dan kalau benar dia datang lagi, siapa yang bisa bantu aku."
Bian diam, benar juga apa yang dikatakan Diandra itu, kasihan juga kalau Diandra sampai harus menghadapi Agista sendirian saja.
Bian sangat tahu seperti apa Agista, dia wanita yang berani, dia akan melakukan apa pun terhadap orang yang berani mengusiknya.
"Tapi ya sudahlah Bian, lagi pula itu resiko yang harus aku terima karena sekarang aku dekat sama kamu."
"Kamu tidak keberatan kalau aku tidur disini?"
Diandra mengangkat kedua alisnya, jujur saja Diandra keberatan harus satu rumah dengan lelaki itu, tapi jika itu bisa memberikan keuntungan tidak ada salahnya juga.
"Diandra, aku tidak akan macam-macam, aku hanya ingin menjaga kamu saja supaya kamu tidak merasa takut."
Diandra masih diam, biarkan saja Bian memohon terlebih dahulu untuk saat ini, pada akhirnya nanti Diandra akan terima juga.
"Diandra, di rumah ini ada dua kamar kan, aku tidak akan ganggu kamu sama sekali."
Diandra tersenyum, memang Bian tidak akan mengganggu Diandra, tapi justru Diandra yang akan mengganggunya malam ini.
Diandra akan jadikan malam ini sebagai pembuka pintu kebersamaan mereka yang sebenarnya, setelah malam ini Bian akan semakin mengejarnya dan akan semakin mengabaikan Agista.
"Tapi kalau gak boleh gak apa-apa, aku bisa tidur di mobil, tenang saja kamu bisa tenang istirahat malam ini, silahkan masuk biar aku ke mobil saja," ucap Bian seraya beranjak pergi.
"Bian, tunggu."
Diandra menahan tangan Bian dengan cepat, kakinya terayun berjalan ke hadapan Bian, Diandra memeluk Bian begitu saja.
"Maaf, aku akan kembali merepotkan kamu malam ini, tapi aku memang butuh kamu untuk menemani aku."
Bian mengangguk dan membalas pelukannya.