Chereads / Jemput Kehancuran Mu / Chapter 28 - Bab28. Salah Sendiri

Chapter 28 - Bab28. Salah Sendiri

"Tidak apa-apa, semuanya baik-baik saja sekarang, hanya tinggal menunggu sampai suhu tubuhnya normal ya."

Bian tersenyum mendengar penuturan dokter, itu yang diinginkannya atas Diandra, dan ternyata benar jika Diandra memang baik-baik saja sekarang ini.

"Kalau seperti itu, apa bisa langsung pulang?"

"Silahkan saja, tapi seperti yang saya bilang, tunggu suhu tubuhnya normal dulu."

"Siap, Dokter."

Dokter mengangguk dan pamit meninggalkan keduanya, Bian lantas duduk dan tersenyum pada Diandra di sana.

"Maaf ya, aku merepotkan kamu."

Bian menggeleng, untuk apa bicara seperti itu, bukankah semua juga kesalahan Bian sendiri.

"Tapi aku mau pulang sekarang."

"Sabar, kan Dokter bilang tunggu suhu tubuh kamu normal dulu."

"Aku sudah tidak apa-apa, kamu jangan khawatir."

"Enggak, pokoknya kita pulang kalau kamu sudah benar-benar sehat."

Diandra tersenyum tanpa mengatakan apa pun lagi, biarkan saja kalau memang seperti itu.

"Di, aku minta maaf ya atas kelakuan aku."

Diandra tak menjawab, benar juga bagaimana Agista sekarang dan kenapa Bian justru ada bersamanya, bukan bersama Agista di sana.

"Kamu mau memaafkan aku kan, kita tidak melakukan apa pun yang merusak kamu."

"Mana Agista, kenapa kamu ada disini?"

Bian berpaling sesaat, kenapa Diandra malah membahas wanita itu padahal Bian telah sengaja melupakannya sesaat saja.

"Bian."

"Apa?"

"Jawab."

"Gista pergi, dia sudah putuskan hubungan kita."

Diandra mengernyit, benarkah seperti itu, tapi kenapa harus secepat itu perpisahan mereka terjadi.

"Kamu biarkan dia pergi begitu saja?"

"Dia lagi marah, biar menenangkan diri dulu saja sekarang."

"Ya sudah, kamu kesana sekarang, jangan biarkan dia pergi bukannya kamu yang bilang kalau kamu masih menyayangi dia?"

Bian tak menjawab, itu memang benar, tapi Agista juga sudah mengatakan semua pada orang rumahnya.

Bian rasa mungkin memang mereka harus berpisah sekarang, lagi pula bukankah saat ini perasaan Bian tak fokus hanya pada Agista saja.

"Bian, sana pergi."

"Aku gak bisa, Di."

"Kok gak bisa, gak bisa kenapa, ya sudah ayo temui dia bereng aku, biar aku temani kamu."

Bian tersenyum dan menggeleng, mana mungkin Bian melakukan itu, jika seperti itu sama saja Bian akan membuat Diandra terluka.

Entah apa yang akan dikatakan dan dilakukan Agista nanti kalau mereka bertemu, dan yang jelas pasti semua itu adalah hal buruk.

"Bian, kok kamu diam lagi sih?"

"Enggaklah, mana mungkin aku pertemukan kamu sama Gista, itu sama saja aku mau mencelakakan kamu."

Diandra diam, benar juga ditambah sekarang keadaan Diandra juga sedang tidak baik, gak akan bisa melawan Agista kalau sampai dia mengamuk.

"Kamu mau ikut marah sama aku?"

"Untuk apa?"

Bian menggeleng, tidak perlu melanjutkan itu, Bian senang karena sekarang Diandra tetap baik padanya.

Diandra memejamkan matanya, bagaimana keadaan Diana sekarang, kasihan Maya pasti kerepotan mengurus Diana sendirian.

Tapi bagaimana juga cara Diandra agar bisa lepas dari Bian, tidak mungkin jika Diandra mengatakan akan menemui Diana.

"Di," panggil Bian.

Diandra menoleh dan sedikit tersenyum.

"Kamu kenapa?"

"Enggak, aku gak apa-apa, aku keingat sama ponsel aku."

"Ponsel kamu di rumah, aku gak sempat bawa soalnya tadi panik saat lihat keadaan kamu."

Diandra mengangguk, tidak masalah biarkan saja ponselnya di rumah karena Maya pasti menghubunginya.

"Kamu mikir apa?"

"Enggak, gak ada."

Bian mengangguk, baiklah kalau memang seperti itu, tapi sekarang lebih baik Bian pulang saja sebelum orang rumah semakin salah paham padanya.

"Diandra, kalau aku tinggal pulang sebentar gak apa-apa kan?"

"Mau kemana?"

"Aku harus pulang dulu sebentar, soalnya tadi Mamih telepon dan sepertinya Mamih sudah tahu tentang masalah kita."

Diandra diam, itu bagus dan sangat bagus, berarti wanita itu telah mengatakan semua yang dilakukan Bian.

"Diandra, aku akan kembali kok, aku akan antar kamu pulang ke rumah, jadi jangan khawatir."

Diandra tersenyum dan menggeleng, tangannya terangkat meraih tangan Bian.

"Pulang saja, cerita yang di dengar Mamih kamu pasti tidak sesuai dengan kenyataannya, kasihan Mamih kamu pasti syok."

Bian melirik tangan itu sekilas dan tersenyum, Bian mengangguk setuju, memang benar karena Agista memang salah paham.

"Ya sudah, sana pulang."

"Tapi kamu harus diam disini ya, jangan kemana-mana sebelum aku kembali kesini."

"Oke."

Bian tersenyum dan mengusap lembut pipi Diandra, Bian bangkit dan berlalu meninggalkan Diandra di sana.

"Bagaimana sekarang, lebih baik aku juga pulang saja langsung."

Diandra bangun perlahan, tubuhnya memang masih lemah sekarang, tapi Diandra harus segera pulang karena Diana pasti sudah sangat menunggunya.

"Loh, Bu, mau kemana?" tanya suster yang tiba-tiba masuk.

Diandra menoleh dan memejankan matanya sesaat, Diandra fikir itu Bian yang balik lagi.

"Suster, saya mau pulang sekarang saja."

"Tapi Bu, orang tadi menitipkan Ibu agar tetap disini."

"Suster, saya akan kabari dia kalau nanti sudah di rumah, saya harus pulang karena saya harus kerjakan banyak hal."

"Tapi, Bu."

"Sudahlah suster, saya tidak apa-apa, saya akan kabari dia nanti kalau sudah di rumah."

Suster itu diam, baru saja Bian berpesan agar menjaga Diandra di sana, tapi sekarang Diandra justru memaksa untuk pulang.

"Suster."

"Saya sampaikan pada Dokter terlebih dahulu ya, Bu."

"Hemm, ya sudah sana, tapi jangan lama-lama ya sus, saya buru-buru soalnya."

"Baik, Bu."

Suster itu kembali meninggalkan Diandra, mau bagaimana lagi kalau memang seperti itu, dan biarkan dokter saja yang memutuskan semuanya.

"Susah banget mau pulang doang, sengaja pasti biar biayanya makin mahal lagi kan."

Diandra menggeleng dan meneguk minum yang disediakan untuknya, Diandra sangat gelisah saat ini karena mengingat tentang Diana di sana, dan kalau Diandra tidak pergi sekarang, pasti akan semakin sulit lagi nantinya.

"Gak ada ponsel, gak bisa telepon Maya, Tuhan, jangan biarkan Mamah histeris lagi."

Diandra memejamkan matanya seraya menunduk, kesalahannya adalah menerima Bian tidur di rumah itu sehingga menghalanginya untuk kembali ke rumah.

Diandra telah salah langkah, seharusnya kemarin Diandra biarkan Bian pulang saja agar Diandra juga bisa kembali ke rumah.

Diandra terlalu fokus dengan niatnya menghancurkan hubungan Bian dan Agista, sehingga sekarang Diandra jadi terjebak sendiri, sampai harus mengabaikan Diana di sana.

"Sorry, May."

Diandra mengusap wajahnya dan melirik pintu, kemana suster itu pergi kenapa lama sekali tak kunjung kembali.

"Apa mungkin jika Bian juga meminta Dokter untuk menahan aku disini, tapi itu tidak boleh karena aku harus pulang, dan kalau benar seperti itu, lebih baik aku kabur saja."

Diandra mengangguk, sepertinya itu lebih cepat untuk bisa membuatnya sampai ke rumah, Diandra tidak bisa lebih lama lagi di rumah sakit.