Chereads / Jemput Kehancuran Mu / Chapter 31 - Bab31. Hati-hati

Chapter 31 - Bab31. Hati-hati

"Enak kan, Mah?"

Diana mengangguk, dalam keadaan rumah yang masih sangat berantakan, mereka makan dengan tenangnya.

Diana yang sempat begitu sulit ditenangkan, sekarang Diana begitu tenang, tidak ada lagi kemarahan dan kegelisahan yang ditunjukan olehnya.

"Mau nambah?"

Diana menggeleng dan meneguk minumnya, Diandra tersenyum, dan melirik Maya yang masih lahap makan.

"Tambah lagi, May."

"Iya, nanti saja."

Diandra mengangguk, kasihan sekali Maya, pasti sulit sekali meluangkan waktu meski untuk makan saja.

Sekarang Maya terlihat sangat lahap manikmati makanan yang dibawa oleh Diandra, untunglah Diandra sempat mampir ke warung makan dan membeli itu semua, sehingga Maya tidak perlu repot untuk memasak terlebih dahulu.

"Kamu tidak boleh pergi lagi," ucap Diana.

Keduanya menoleh bersamaan, Diandra tersenyum dan mengangguk.

"Iya, aku gak akan pergi lagi hari ini, aku akan sama Mamah di rumah."

"Besok juga."

"Iya, besok aku juga sama Mamah di rumah ya."

Diana tersenyum dan mengangguk, Diandra melirik Maya yang tampak menatap bingung.

Biarkan saja Diandra iyakan permintaan Diana, Diandra bisa bicara nanti pada Bian untuk mengizinkannya tidak masuk kantor.

"Ya sudah, Mamah mau makan lagi?"

"Tidak."

"Mamah, mau istirahat sekarang, biar aku bereskan dulu kamarnya ya."

Diana mengangguk pasti, Maya segera meneguk minumannya dan menahan Diandra ketika akan bangkit.

"Biar aku saja yang bereskan, Di," ucap Maya.

"Tidak perlu, kamu makan saja, lagi pula aku cuma bereskan kamar Mamah saja."

"Tapi mungkin kamu lelah."

"Tidak apa, sudah kamu makan saja, itu makanannya masih banyak."

"Ya sudah."

Diandra tersenyum dan berlalu memasuki kamar, Diandra memberesakan kamar Diana yang teramat berantakan itu.

Diandra sudah terbiasa dengan hal seperti itu, jadi sudah tidak aneh lagi dengan keadaan yang berantakan seperti itu.

"Ibu, sudah kenyang makannya?"

"Sudah, makan saja makan."

"Iya, Bu."

Diana ikut berlalu meninggalkan Maya, Diana terdiam memperhatikan Diandra di sana.

"Lapar sekali aku, untunglah Diandra pulang bawa ini semuanya," ucap Maya pelan.

Maya masih asyik melahap makanannya itu, lagi pula Diandra sudah memperbolehkannya untuk tidak membantu beres-beres, dan tentu saja Maya merasa senang dengan itu.

Maya berharap kalau Diandra besok memang tidak akan pergi kemana-mana, Diandra harus mengembalikan kepercayaan Diana terlebih dahulu.

"Sebentar, aku sapu dulu ya, atau Mamah ke kasur saja dulu."

Diandra membawa Diana ke tempat tidurnya, biarkan saja karena tempat tidurnya juga sudah Diandra bersihkan.

"Aku sapu dulu ya."

Diana mengangguk saja, dan terdiam duduk di kasurnya, Diana kembali memperhatikan Diandra yang masih sibuk dengan semuanya.

Maya berjalan membawa piring semua bekas mereka makan ke dapur, Maya langsung mencucinya juga agar tidak menambah berantakan isi rumahnya tersebut.

Diandra hanya menyapunya sampai keluar kamar saja, karena memang di luar kamar sana masih berantakan.

Diandra kembali masuk menghampiri Diana di sana, turut duduk di sampingnya dan tersenyum seraya mengusap tangan Diana.

"Mamah, sekarang istirahat ya."

"Jangan pergi lagi, mereka semua jahat."

"Iya, kan tadi aku sudah bilang kalau hari ini dan besok kita akan sama-sama."

"Jangan ganggu mereka."

Diandra hanya tersenyum saja, dalam hatinya Diandra meminta maaf pada Diana karena tidak bisa menuruti keinginannya.

Diandra tidak bisa lagi mengabaikan mereka, Diandra ini membalaskan semua kesakitan dirinya dan Diana selama ini.

"Jangan temui mereka, kamu jangan mengusik mereka."

"Iya, Mamah, jangan khawatir, aku pasti akan tetap baik-baik saja kok."

Diana mengangguk, Diandra lantas membantu Diana berbaring dan menyelimutinya juga.

"Mamah, tidur ya."

Diana mengangguk dan memejamkan matanya, biar nanti malam saja mereka berbincang, lagi pula sekarang Diandra masih merasa lemah.

Diandra melihat sekitar, sekarang kamar itu sudah kembali rapi dan Diana akan nyaman berada di kamarnya itu, tidurnya pasti akan nyenyak.

Diandra melirik pintu saat mendengar suara di luar sana, setelah sempat melihat Diana, Diandra lantas keluar kamar dan melihat Maya yang sedang membereskan semuanya di sana.

"Kamu sudah selesai makan?"

"Sudahlah, Di."

"Ya sudah, kita bereskan sama-sama."

Diandra turut membantu untuk membereskan semua itu, biar lebih cepat selesai juga nantinya, dan mereka bisa berbincang santai tanpa ada yang menghalangi lagi.

"Maya, sejak kapan Mamah histeris?"

"Dari kemarin malam, Ibu kebangun dan manggil kamu, tapi kamu gak ada datang."

"Ya ampun, maaf ya May, aku sudah sangat merepotkan kamu."

"Gak apa-apalah."

Keduanya tersenyum dengan terus saja melakukan kegiatannya, Diana di sana tidak akan apa-apa selama masih mendengar suara Diandra.

Lama berselang, semua telah selesai, Diandra memilih duduk dan membiarkan Maya menyapu sampai selesai.

Diandra ingin tidur sekarang tapi apa mungkin, lagi pula Diana pasti belum tidur nyenyak sekarang.

"Kamu kenapa?" tanya Maya seraya ikut duduk.

Diandra menoleh dan menghembuskan nafasnya sekaligus.

"Kenapa sih, ada masalah apa, lagi pula kemana dan kenapa kamu tidak pulang kemarin?"

"Aku tidur di rumah itu, May."

"Kok bisa, kan kamu sudah janji mau pulang."

"Iya, tapi aku juga gak sengaja, aku ketiduran di sana."

Maya mengangguk, baiklah mungkin memang Diandra terlalu lelah bekerja sehingga membuatnya ketiduran di sana.

Bukan masalah karena pada akhirnya Diandra pulang juga, jika Diana tidak histeris maka Maya juga tidak akan mempersulit ketidak pulangan Diandra.

"Gimana, Bian?"

"Gak gimana-mana, begitu saja."

"Terus, sudah sejauh mana kamu sama dia?"

"Sekarang, Bian, sudah putus sama pacarnya."

"Serius?"

Diandra mengangguk pasti, bukankah itu Bian sendiri yang katakan, mana mungkin Bian berbohong karena kalau Diandra yang jadi Agista, Diandra juga akan melakukan hal yang sama, Diandra akan meninggalkan Bian tanpa maaf sedikit pun juga.

"Jadi benar, Bian, suka sama kamu?"

"Sepertinya iya."

"Awas loh, Di."

"Awas apa?"

"Kalau Bian suka sama kamu, dia pasti akan perlakukan kamu dengan sangat baik, dan bisa-bisa kamu juga balik suka sama dia."

Diandra tersenyum dan menggeleng, Diandra akan selalu ingat dengan tujuannya mendekati Bian.

Diandra tidak akan gunakan perasaannya sendiri untuk balik menyukai Bian, dan itu akan Diandra jadikan sebagai janji utamanya.

Diandra hanya ingin membuat mereka hancur sehancur-hancurnya, dan Bian memang jalan utama untuk bisa meraih semua kehancuran itu untuk mereka.

"Bian, pasti baik kan?"

"Baik sih, tapi apa lelaki yang mudah tergoda seperti itu masih bisa disebut baik?"

"Ya bisa saja dong, lagi pula kan wajar namanya juga laki-laki, gak bisa lihat cewek cantik sedikit pasti tertarik juga."

Diandra mengangguk, mungkin memang benar juga seperti itu keadaannya, laki-laki kerap seperti itu.

"Hati-hati, jangan sampai kamu terjebak dengan rencana kamu sendiri."

"Apa sih May, gitu terus bicaranya, kayak maksa."