Chereads / Jemput Kehancuran Mu / Chapter 36 - Bab36. Oke?

Chapter 36 - Bab36. Oke?

Bian masih ada di kamar Agista bersama dengan Intan juga, Bian masih berusaha menjelaskan semuanya, menjelaskan jika Agista memang hanya salah paham saja.

Tapi sekarang, penjelasan itu bukan bertujuan untuk memperbaiki hubungannya dengan Agista, melainkan untuk menghindarkan Agista dan mereka semua dari niat untuk mengganggu Diandra.

Jika mereka percaya dengan penjelasan Bian sekarang, maka tidak akan ada yang mengganggu Diandra di sana, dan saat itu benar terjadi maka Bian akan merasa tenang.

Bahkan meski Bian harus melepaskan Agista, Bian memang masih menyayangi wanita itu, tapi jika memang tidak ada lagi kesempatan untuknya, tidak ada yang bisa dilakukan Bian, sekarang Bian hanya ingin agar mereka tidak sampai menyakiti Diandra.

"Kamu tinggalkan Sekretaris kamu itu, atau kamu tinggalkan Agista saja sekarang."

Bian diam mendengar ucapan Intan, apa tidak ada pilihan lain, Intan seharusnya mengerti jika sekretaris itu dibutuhkan Bian meski untuk profesional kerja.

"Tapi aku gak bisa, Tante."

"Gak bisa, apa alasannya gak bisa?"

"Gak bisa, karena aku melihat kalau dia sangat membutuhkan pekerjaan itu, dan lagi pula aku lihat kerjanya juga bagus, jadi gak ada alasan untuk aku menghentikan dia."

"Sudahlah Mah, biarkan saja, gak akan ada gunanya juga Mamah banyak bicara sekarang, dia memang sudah terjebak oleh wanita itu."

Bian dan Intan menoleh bersamaan, seperti itu pemikiran Agista terhadap Bian, dan itu berarti Agista sudah tidak mau memberikan kesempatan lagi untuk Bian.

"Sudah, Mamah, suruh dia pergi saja, aku juga sudah tidak peduli lagi sama dia."

"Gista, Mamah, sudah katakan jangan mengambil keputusan saat marah."

"Aku gak marah kok, sekarang aku sudah baik-baik saja dan aku sudah yakin dengan keputusan ini."

Intan menghembuskan nafasnya sekaligus, apa lagi yang bisa dikatakannya sekarang, Agista telah mengambil keputusannya sendiri.

"Kamu mau pergi sendiri, atau harus aku usir dulu?"

Bian mengangkat sebelah alisnya, Agista berkata demikian dengan lantangnya, Bian mengangguk sepertinya sudah cukup juga untuk Bian berusaha menjelaskan semuanya.

Bian sudah mengatakan apa yang menjadi penjelasannya, dan jika Agista tidak mau menerimanya pun itu haknya sendiri.

"Aku permisi," ucap Bian seraya berlalu meninggalkan kedunya.

Bian berjalan cepat menuruni tangga dan keluar dari rumah tersebut, memasuki mobilnya dan melaju pergi.

"Gista, kamu harus fikirkan ulang semuanya, kalian bersama bukan cuma satu hari saja."

Agista berjalan dan duduk di kasurnya, apa lagi yang harus difikirkan Agista sekarang, Bian memang sudah mengecewakannya.

"Agista."

"Aku gak tahu, Mamah, untuk apa memaksa aku seperti ini sih?"

"Bukan memaksa Gista, Mamah, cuma gak mau saja kamu menyesal karena keputusan kamu sendiri nantinya."

Agista tak menjawab, apa kalau Agista tetap bertahan dengan Bian, kedaan akan kembali membaik seperti sebelumnya.

Intan berjalan dan duduk di samping Agista, mengusap kepala putrinya itu dengan sayang.

"Mamah, selalu perhatikan kamu dan Bian selama bersama, dan Mamah gak pernah lihat Bian bersikap buruk."

"Ya tapi sekarang beda."

"Tapi Bian sudah menjelaskannya, Agista kamu harus ingat jika setiap hubungan akan memiliki masalahnya masing-masing, begitu juga dengan hubungan kamu dan Bian."

"Ya tapi ini sudah orang ketiga."

Intan mengangguk, itu memang benar, tapi bukan berarti Agista harus menyerah begitu saja, lagi pula wanita itu baru dikenali oleh Bian.

"Kalau kamu menyerah begitu saja, wanita itu akan merasa menang, hubungan kamu dan Bian itu sudah bertahun lamanya, gak lucu Gista kalau harus berakhir hanya karena satu kejadian itu."

"Mereka tidur bareng, Mah."

"Iya, Mamah, sudah dengar itu tadi, tapi apa kamu tidak berfikir kalau wanita itu memang hanya menjebak Bian saja, dia melakukan semua itu hanya untuk membuat kamu dan Bian berpisah."

Agista tak menjawab, Agista memang merasa yakin jika Diandra memiliki niat jahat terhadap Bian.

"Tidak ada salahnya kamu beri kesempatan untuk Bian, kalau memang Bian salah dia tidak akan sebegitu berjuangnya memberikan penjelasan sama kamu."

Agista menghembuskan nafasnya sekaligus, entahlah, perasaannya sudah teramat hancur atas apa yang dilihatnya tadi pagi.

Agista yang telah bertahun menjalin hubungan dengan Bian pun tidak pernah seperti itu, tapi kenapa Diandra yang baru di kenal Bian sudah bisa membuat Bian melakukan semua itu, bukankah itu terlalu jahat bagi Agista.

Bian mau saja tidur dengan wanita itu tanpa memikirkan perasaan Agista, hanya karena Agista tak ada di sana tapi bukan berarti Bian bisa melakukan semua itu.

"Gista."

"Aku gak tahu, aku harus fikirkan dulu semuanya, kelakuan Bian sudah sangat menyakiti aku."

"Iya Mamah tahu, tapi kamu gak bisa salahkan Bian begitu saja, kalau memang Bian salah dia tidak akan datang menemui kamu."

"Nanti saja, aku fikirkan lagi, aku gak mau bahas itu sekarang."

"Ya sudah, tapi kamu harus benar-benar memikirkan semuanya dengan lebih tenang lagi."

Agista mengangguk seraya tersenyum, dan semoga Agista bisa mengikuti saran Intan, meski rasanya Agista terlalu sulit menerima semua kelakuan Bian dengan Diandra.

"Ya sudah sekarang kita turun ya, kita makan malam."

"Papah, ada memangnya?"

"Ada, tadi Papah lagi di kamar."

"Ya sudah Mamah duluan saja, nanti aku nyusul ya."

"Tapi turun ya, kamu jangan buat Papah kesal nantinya."

"Iya, nanti aku turun tenang saja."

Intan mengangguk, beberapa saat kemudian Intan pergi meninggalkan Agista di sana, biar saja Agista tenang dulu lagi pula makan malam masih beberapa saat lagi.

Agista merebahkan tubuhnya, menyebalkan sekali kejadian hari ini, semua menjengkelkan dan membuat Agista hancur.

"Bian tidak mau memecat wanita itu dari Kantor, itu artinya mereka akan tetap bersama setiap hari bahkan setiap waktu, apa aku sanggup untuk melihat kebersamaan mereka, apa lagi aku tidak tahu akan seperti apa perlakuan Bian setelah mereka tidur bersama kemarin malam."

Agista memejamkan matanya, apa yang harus jadi keputusannya sekarang, Intan benar jika Agista tidak bisa mengambil keputusan saat marah.

Tapi setelah apa yang dilihatnya, apa masih salah jika Agista memutuskan untuk berpisah saja, Bian juga sepertinya memang menyukai Diandra.

"Tapi aku juga tidak rela kalau sampai Bian dipermainkan oleh wanita itu, tidak rela jika Bian hanya dimanfaatkan wanita itu, tapi aku harus bagaimana lagi jika kenyataannya Bian masih saja berusaha membela wanita itu, dan itu membuat aku semakin sakit hati lagi."

Agista berbalik dan menenggelamkan wajahnya ke kasur, fikirannya tidak bisa jalan sekarang, Agista masih harus berusaha meredam kemarahannya terhadap Bian dan Diandra.

Agista masih menyayangi Bian, Agista marah pada Bian dan kecewa juga, tapi itu tak lantas menghilangkan perasaan yang ada selama ini.