Chereads / Jemput Kehancuran Mu / Chapter 39 - Bab39. Mungkin Saja Bisa

Chapter 39 - Bab39. Mungkin Saja Bisa

Bian menghentikan mobil di halaman rumahnya, Bian melihat mobil Agista bertengger juga di sana, wanita itu ada di rumahnya sekarang tapi untuk apa.

Bian menggeleng dan berjalan memasuki rumah, mereka berpapasan di ambang pintu karena Agista tampak berjalan keluar.

"Gista," panggil Bian.

Agista tak menjawab, rasanya lega sekali bisa melihat Bian telah kembali ke rumah, sejak tadi Agista mencarinya tapi tak tahu Bian kemana.

"Gista, kamu masih mau bicara sama aku?"

"Kenapa?"

"Aku baru tahu kalau Diandra ternyata berbohong selama ini."

Agista mengernyit, apa maksudnya, kenapa seperti itu, apa mungkin Diandra telah melakukan kesalahan dan Bian mengetahuinya.

"Apa maksud kamu?"

"Diandra, sudah ...."

"Bagus kamu pulang sekarang."

Keduanya menoleh dan melihat Asti berjalan menghampiri, Bian melirik Agista, mungkin saja wanita itu telah mengatakan semuanya pada Asti.

"Dan kamu, kenapa masih disini?"

"Maaf Tante, kalau gitu aku permisi."

Agista lantas berlalu meninggalkan keduanya, Asti menahan Bian yang hendak menyusul Agista.

"Mamih, aku harus ...."

"Diam kamu," ucap Asti memotong kalimat Bian.

"Ada apa, kenapa seperti ini?"

"Kenapa kamu yang tanya, harusnya Mamih yang tanya sama kamu, siapa Diandra dan apa hubungannya sama kamu?"

Bian diam, kalau Asti sudah tahu semuanya, maka Bian tidak akan bisa banyak bicara lagi, mungkin Asti sudah percaya dengan ucapan Agista.

"Jawab, kenapa kamu hanya diam saja?"

"Diandra, sekretaris aku di Kantor."

"Kamu menyukainya?"

Tak ada jawaban, apa yang harus dikatakan Bian sekarang.

"Jadi benar, kamu bermain gila dengan wanita itu di belakang Gista?"

"Apa sih, Mamih?"

"Katakan apa yang seharusnya jadi jawaban, bukan omong kosong."

Bian kembali diam, bukankah Asti sudah tahu jika Agista memutuskan hubungan mereka, mungkin tidak ada salahnya jika Bian mengiyakan pertanyaan Asti.

"Jawab."

"Iya."

"Iya apa?"

"Iya, aku menyukainya."

"Dan kamu sampai berani tidur dengannya?"

"Itu gak benar."

"Gak benar, lalu tidur dimana kamu waktu gak pulang ke rumah, dan siapa yang dilihat Agista pagi itu?"

"Mamih, kejadiannya gak seburuk itu."

"Lalu seperti apa, Mamih hanya tanya, apa benar kamu tidur sama wanita itu?"

"Memang benar."

Plakk .... Bian seketika menyentuh pipinya, saat telapak tangan Asti mendarat tepat di pipinya.

"Mamih."

"Apa, mau bicara apa, bagus sekali kelakuan kamu."

"Aku gak melakukan apa pun sama dia, aku hanya gak sengaja tidur disana."

"Gak sengaja tidur, gak sengaja sampai semalaman dan sampai memeluk wanita itu?"

Bian memejamkan matanya sesaat, jelas sudah, Agista memang sudah menceritakan semuanya.

"Bisa sekali kamu mengecewakan Mamih seperti ini."

"Mih, aku gak melakukan apa pun, aku hanya bantu dia saja."

"Bantu apa, bantu menghangatkan dia semalaman?"

Bian berdecak, bagaimana lagi sekarang, Bian tidak bisa bicara apa pun lagi untuk membela dirinya.

"Seperti itu cara kamu memperlakukan wanita, Bian?"

"Seperti itu apa?"

"Kamu masih sama Agista, bisa-bisanya kamu bersikap seperti itu dengan wanita lain, kamu gak fikirkan perasaan Agista seperti apa?"

"Aku sudah jelaskan sama Agista, tapi memang dia yang bisa percaya."

"Ya memang gak akan bisa percaya, karena dia melihat semuanya sendiri, kotor sekali kelakuan kamu."

Asti berlalu meninggalkan Bian, rasanya terlalu sulit untuk memarahi Bian bahkan meski telah jelas kesalahannya.

"Mamih, Mamih harus percaya sama aku, Mamih."

Asti sama sekali tak peduli dengan panggilan Bian, lalu harus apa Bian sekarang.

"Dimana wanita itu sekarang?"

Bian menoleh, matanya kembali terpejam sesaat ketika melihat Burhan yang menghampirinya.

"Dimana dia, kenapa gak kamu bawa kesini sekalian?"

"Untuk apa?"

"Ya untuk perjelas semuanya, apa setelah kejadian itu, tidak ada tuntutan apa pun dari wanita itu?"

Bian diam, tuntutan apa, mereka tidak melakukan apa pun juga, lagi pula sekarang Bian tahu jika Diandra telah membohonginya.

Bian merasa tidak lagi begitu percaya pada wanita itu, Bian harus cari tahu apa maksud semuanya, terutama kehadiran Diandra yang mendekatinya.

"Jangan jadi pengecut kamu, kamu laki-laki, sudah seharusnya kamu tahu bagaimana sikap tanggung jawab."

"Tanggung jawab untuk apa?"

"Semua sudah jelas, kenapa kamu masih saja seperti itu, jangan membuat Papih geram sama kamu."

"Papih marah saja, itu kan kesibukan Papih kalau di rumah, aku gak masalah."

Burhan menatap putranya dengan kesal, disaat seperti ini pun, Bian masih saja bersikap seperti itu pada Burhan.

"Berikan Papih alamat wanita itu, biar Papih yang temui dia."

Tak ada jawaban, mungkin saja dengan Burhan yang kesana, Burhan bisa bertanya banyak tentang Diandra dan Ibu itu.

"Kenapa diam?"

Bian mengeluarkan ponselnya, dan mengirikan alamat rumah Diandra bersama Ibunya itu, mereka pasti masih ada di sana sekarang.

"Aku sudah kirimkan alamatnya."

Burhan membuka ponselnya dan mengangguk setelah membacanya, Burhan lantas berlalu meninggalkan Bian.

"Aku gak peduli, mau apa pun yang Papih lakukan pada wanita itu, aku akan bertanya setelah Papih pulang nanti."

Bian mengusap wajahnya dan berjalan menuju kamarnya, kesal sekali Bian dengan wanita itu, berani membohongi Bian setelah semua yang dilakukannya.

----

"Di, lebih baik kamu berhenti saja bekerja di Kantor itu."

"Kenapa, May."

"Sedikit banyak Bian pasti sudah tidak percaya sama kamu, bagaimana kalau Bian justru balik mengawasi kamu?"

"Kalau aku berhenti, lalu bagaimana lagi cara aku melangkah, Bian adalah jembatan agar aku bisa masuk ke keluarga Burhan."

"Pasti ada cara lain, lebih baik kamu temui Bian dan berhenti bekerja, kamu harus meyakinkan Bian kalau kamu tidak akan mengganggunya lagi."

"Aku gak bisa, May."

"Bian, tidak akan begitu saja terima kamu bohongi, Diandra, sekarang memang hanya seperti itu saja reaksinya, tapi nanti saat bertemu lagi bagaimana?"

Diandra diam, apa yang bisa dikatakannya, Diandra juga tidak tahu akan seperti apa, tapi Diandra tidak mungkin berhenti begitu saja hanya karena Bian tahu tentang Diana.

"Di, sekarang bukan hanya kamu, tapi Ibu juga sudah Bian ketahui, kamu gak takut kalau Bian justru menggangu Ibu?"

"Jangan seperti itu, May."

"Aku hanya mengingatkan saja, kamu yang bilang kan kalau mereka itu jahat, kamu harus sudah persiapkan langkah kamu lebih jauh dari pada mereka."

Diandra diam, tentu saja Diandra tahu tentang itu, tapi kenapa Bian harus tahu secepat ini tentang Diana.

Padahal Diandra sudah bisa memisahkan Bian dan Agista, tapi bersamaan dengan itu, rahasia tentang Diana juga ikut terbongkar.

"Fikirkan, kasihan Ibu, kondisi dirinya sendiri sangat tidak baik, Ibu tidak akan sanggup jika harus menghadapi keadaan yang tidak baik."

Diandra menatap Maya, perkataannya memang benar, tapi untuk mejauhi Bian, Diandra tidak bisa lakukan, Bian akan tetap jadi jembatan utama untuknya.