"Mati kalian semua," jerit Diana seraya melepar isi lemarinya.
Maya tersentak karena satu baju mengenai mukanya, Maya melihat Diana yang memberantakan isi lemarinya, hingga Maya melihat ada selembar foto yang terbang sedikit menjauh dari Diana.
Maya melangkah dan meraih foto itu, itu foto Burhan, Maya menyipitkan matanya saat satu bayangan melintas difikirannya.
Seketika itu, Maya menahan nafasnya, kedua matanya membulat, benar karena kini Maya ingat jika lelaki yang datang tadi adalah Burhan.
Burhan lelaki yang telah menghancurkan hidup Diandra dan keluarganya, bodoh sekali kenapa Maya tidak mengingatnya sejak tadi.
"Berarti sekarang, Diandra dan Ibu akan kembali dalam bahaya, lelaki itu sudah tahu keberadaan Ibu." ucap Maya pelan.
"Diandra," jerit Diana.
Maya kaget mendengarnya, Diana tampak berlari keluar kamar, itu lebih bahaya lagi, bagaimana kalau Burhan masih ada di luar sana.
"Ibu, Bu, tunggu."
Maya melempar foto itu asal dan menyusul Diana, Maya langsung menahan Diana yang hendak membuka pintu rumah.
"Bu, sabar, Bu."
"Di ...."
"Suuttt."
Maya langsung membungkam Diana, Burhan tidak boleh mendengar Diana memanggil Diandra, atau Burhan akan tahu jika Diandra adalah anak dari Diana.
"Sabar dulu, Maya telepon Diandra ya, Ibu tenang."
Diana diam, mungkin saja Diana mengerti dengan apa yang diucapkan Maya.
"Kita ke kamar lagi ya, Maya telepon Diandra, ayo."
Maya membawa Diana kembali ke kamar, semoga saja Diandra tidak segera datang, Maya tidak ingin jika Burhan melihat Diandra yang turut memasuki rumah tersebut.
"Tenang dulu ya, Maya telepon dulu, sebentar."
Maya membawa Diana duduk dan langsung menghubungi Diandra, malang sekali karena ternyata ponsel Diandra ada di kamar itu juga, keduanya menoleh bersamaan saat mendengar dering ponsel Diandra.
"Ya Tuhan," ucap Maya pelan seraya menutup panggilannya.
"Mana, mana sekarang?"
"Iya sebentar, mungkin sebentar lagi Diandra akan pulang."
Diana melihat sekitar, tangannya mengepal, Dianda terlihat begitu gelisah, entah apa yang sedang difikirkannya saat ini.
"Mana, Diandra?"
"Suttt, iya sabar ya, tenang dulu, Diandra kan lagi beli obat dulu."
Diana tak merespon, tubuhnya terlihat bergerak ke depan dan ke belakang, wajahnya begitu gelisah.
Maya juga merasa khawatir, bagaimana kalau mereka bertemu di luar sana, kasihan sekali Diandra kalau sampai ketahuan sekarang.
----
Burhan berjalan menyusuri gang, sudah cukup Burhan diam di rumah itu, baik Maya atau pun Diana juga tidak ada yang keluar lagi.
Burhan harus memikirkan cara untuk bisa menyingkirkan mereka lagi, hidupnya tidak akan bisa tenang jika mereka kembali lagi dan bisa saja mereka akan dengan sengaja mengusiknya.
Bukk .... Burhan mundur saat tak sengaja menabrak tubuh seseorang yang berjalan cepat itu, mereka sama-sama melihat keresek yang jatuh di bawah sana.
"Maaf-maaf, saya tidak sengaja," ucap Burhan.
Keduanya saling lirik satu sama lain, dan terdiam dalam tatapannya, itu Diandra, wanita yang dicarinya sejak tadi.
"Om, Om disini?" tanya Diandra.
"Kamu, mau kemana?"
Diandra diam, untuk apa lelaki itu ada di dekat rumahnya, apa mungkin jika Bian sudah katakan semuanya pada Burhan.
Gawat, jangan-jangan Burhan sudah melihat Diana di rumah, Diandra memejamkan matanya sesaat.
"Diandra," panggil Burhan.
Diandra menoleh dengan sikap kagetnya, Diandra berusaha tersenyum tenang pada Burhan.
"Kamu ngapain disini?" tanya Burhan.
"Aku .... aku, ini mau .... nunggu taxi."
"Nunggu taxi?"
Diandra mengangguk pasti, apa lagi yang bisa jadi jawabannya, biarkan saja yang penting Burhan bisa mengganti pertanyaannya.
"Nunggu taxi, mau kemana?"
"Mau .... pulang."
"Pulang, memangnya rumah kamu dimana?"
"Disana, tunggu dulu, Om sendiri ngapain disini?"
"Om, sengaja mau cari kamu, Bian kirimkan alamat rumah kamu, dan lokasinya disini, tapi saat Om ke rumah itu, bukan rumah kamu."
"Rumah aku?"
Burhan mengangguk, Diandra menghela nafasnya, apa benar Burhan sudah bertemu dengan Diana di rumah, alamat yang diberikan Bian pasti alamat rumah Diana.
"Diandra."
"Hemm, iya kenapa?"
"Kamu mau ke rumah, biar diantarkan saja sekalian, Om juga ada perlu sama kamu."
"Perlu, perlu apa?"
"Banyak, jadi biarkan Om antar kamu pulang, kita perlu bicara."
Diandra kembali diam, bagaimana mungkin Diandra pergi bersama Burhan, Diandra harus memastikan keadaan Diana di rumah, dan memastikan apa mereka bertemu atau tidak.
"Diandra."
Diandra mengangkat kedua alisnya, harus pakai alasan apa agar Diandra tidak perlu ikut dengan Burhan.
"Emmm, aku sudah pesan taxi online, tinggal menunggu, jadi sepertinya aku pulang sendiri, Om duluan saja gimana?"
"Duluan kemana, saya tidak tahu rumah kamu dimana."
Diandra mengangguk perlahan, benar juga, dan sepertinya bagus juga.
"Emmm, gimana kalau aku kirimkan alamat rumah aku sama, Om."
"Boleh."
"Tapi, aku minta kontak, Om."
"Silahkan."
Diandra memberikan ponselnya dan diterima Burhan, setelah berkutat sesaat, Burhan mengembalikannya.
"Aku kirim ya."
Diandra mengirimkan lokasi rumah yang disewakan Bian, mungkin di sana bisa lebih aman lagi.
"Sudah, Om."
Burhan membuka ponselnya dan mengangguk.
"Ya sudah, kita pergi sama-sama saja."
"Emmm, sepertinya Om duluan saja deh, aku soalnya mau ke tempat lain dulu."
"Oh seperti itu, oke bukan masalah."
"Iya, nanti aku pulang, secepatnya."
Burhan kembali mengangguk, lantas pamit meninggalkan Diandra.
"Huuuuh."
Diandra menghembuskan nafasnya lega, baguslah Burhan tidak membuatnya susah, keresek obat itu kembali diraihnya.
Diandra melanjutkan langkahnya untuk segera sampai ke rumah, Diana harus baik-baik saja saat Diandra datang nanti.
Diandra tidak peduli meski mereka sudah tahu siapa Diandra sekarang, asalkan Diana tetap baik-baik saja.
"Maya, Mamah."
Diandra memasuki rumah dan melihat sekitar, pintu kamar tiba-tiba terbuka dan menunjukan Diana di sana.
"Mamah"
Diana langsung memeluk Diandra dengan eratnya, bersamaan dengan itu Maya juga turut keluar.
"Di, kamu di jalan ...."
"Iya, ada apa, May?"
Maya mengangguk, Diandra memejamkan matanya seraya berpaling, tangannya terangkat membalas pelukan Diandra.
"Tenang ya, Mah."
"Mereka jahat, mereka harus mati sekarang."
"Suttt, tenang dulu, Mamah jangan seperti ini, kalau Mamah seperti ini, mereka akan semakin senang."
Diana melepaskan pelukannya dan menangkup pipi Diandra.
"Mereka jahat, jangan dekati mereka."
"Iya, Mamah tenang saja, Diandra tidak kan apa-apa."
Diana kembali memeluk putrinya itu, sosok Burhan yang kembali dilihatnya tentu saja membuat Diana semakin khawatir.
Diandra melirik Maya, banyak sekali yang ingin Diandra tanyakan, tapi tidak mungkin bertanya di dekat Diana.
"Sebaiknya, kamu bawa ke kamar saja, Di."
Diandra mengangguk dan membawa Diana ke kamar.
"Ayo ke kamar, Mah."
Diandra harus berfikir cepat untuk langkahnya, Diandra harus pastikan agar Burhan tetap menunggunya di rumah itu.
Tapi bagaimana, keadaan Diana kembali histeris, kamarnya berantakan lagi, semua pasti karena Diana melihat Burhan tadi.