Diandra memperhatikan Burhan yang berpindah tempat duduk, tamu mereka telah datang sekarang dan Bian harus segera memulai pembahasannya.
Diandra sangat senang karena bisa bertemu dengan Burhan sekarang, dan Diandra akan usakan untuk lebih sering bertemu dengan lelaki itu.
Tujuan utama Diandra adalah Burhan, dan Bian hanya jadi jembatan saja untuk pencapaiannya terhadap Burhan.
Dan sekarang pintu telah semakin terbuka, Diandra sudah bisa bertatap langsung dengan Burhan, dan tentu saja Diandra akan semakin memfokuskan untuk bisa dekat juga dengan Burhan.
"Jadi bagaimana, Pak Bian?"
"Iya, sebentar Sekretaris saya akan jelaskan."
"Ini Sekretaris baru lagi, perasaan di pertemuan sebelumnya bukan yang ini."
"Iya, yang kemarin mengundurkan diri, jadinya sekarang saya bawa yang baru."
Agnes mengangguk paham, sepertinya tidak sulit untuk Bian mendapatkan sekretaris baru dalam waktu cepat.
Dan pilihannya pun tidak mengecewakan, mereka yang jadi sekretaris Bian selalu terlihat sempurna.
"Ayo, Di," ucap Bian.
Diandra menoleh dan mengangguk, tentu saja lagi pula Diandra sudah membaca materinya.
"Ini Bu, saya ada catatannya disini."
Agnes mengangguk dan terdiam, biarkan saja Agnes akan mendengarkannya sekarang.
"Tapi maaf sebelumnya, kalau boleh saya ajukan saran untuk saat ini."
"Silahkan saja, tidak masalah kalau memang itu bisa lebih baik."
Diandra mengangguk dan melirik Bian, Bian juga ikut mengangguk, Bian ingin tahu apa yang akan dikatakan Diandra saat ini pada mereka.
"Saya sudah baca itu semua, dan memang bagus, tapi saya lihat juga kebagian yang sebelum-sebelumnya sepertinya terlalu biasa ya, maksudnya seperti gak ada pembaharuan sama sekali."
"Iya, lalu?" tanya Agnes.
"Kalau menurut saya, kenapa kita tidak membuat konsepnya itu lebih menarik, ini kan pembukaan tempat makan ya, Restoran gitu."
Agnes mengangguk saja tanpa berniat mengatakan apa pun juga, mereka menyimak semua yang dikatakan Diandra termasuk juga Burhan yang duduk di tempat lain.
"Gimana kalau namanya diganti jadi yang lebih menarik, dan selalu diadakan diskon akhir pekan, dengan begitu kan bisa menarik minat mereka yang sedang mencari tempat untuk mengisi waktu kosongnya, tanpa khawatir menguras isi dompet banyak karena mereka pasti akan datang dengan keluarganya."
Bian terdiam menatap Diandra tanpa celah, apa yang dikatakannya itu memang berbeda dengan materi yang telah disiapka.
"Dan lagi, kan tempat ini memang diperuntukan bagi yang ingin bersantai kan, jadi menurut saya itu bagus, dengan adanya diskon disetiap akhir pekan tempat ini pasti akan jadi pilihan banyak orang, dan juga untuk menunya sepertinya tidak perlu yang terlalu berat, makanan ringan saja dan kalau pun memang harus ada menu makanan berat lebih baik dipisah saja."
"Kenapa harus dipisah?" tanya Agnes.
"Karena kita bisa memberikan dua menu itu sekaligus, pada dewasa dan anak-anak, jadi mereka tidak akan pusing memilih makanan untuk anak-anaknya, menurut aku akhir pekan akan digunakan untuk membahagiakan anaknya."
Agnes mengangguk, sepertinya itu bisa juga, dan memang dari beberapa restoran yang telah berhasil dibuka, tidak ada konsep seperti itu jadi tidak ada salahnya untuk mencoba.
"Menurut saya, Restoran yang menyediakan makanan berat itu sudah umum dimana-mana dan kita harus cari celah untuk bisa mendapat perhatian lebih dari para pengunjung, makanya aku sarankan tidak perlu mengutamakan makan berat disini."
"Ya, bagus juga, dan sepertinya memang menarik," ucap Agnes.
Bian tersenyum mendengarnya, padahal Bian belum mengatakan apa-apa tapi mereka sudah menerimanya.
"Bagaimana, Pak Bian?"
"Ya saya setuju juga, karena sepertinya kita memang harus membuka hal baru yang lebih menarik dan tidak membosankan, meski pun tetap Restoan tapi kan harus ada yang membedakan."
Agnes mengangguk, ia lantas berbincang dengan sekretarisnya sendiri.
Bian melirik Diandra yang ternyata melirik kearahnya juga, keduanya tersenyum bersamaan, dan beberapa saat kemudian Bian mengangguk pada Diandra.
"Bagus," ucapnya pelan.
Diandra berpaling dan kembali melirik Burhan di sana, lelaki itu terlihat sedang memperhatikannya juga, mungkin saja ia mendengar apa yang dikatakan Diandra sejak tadi.
"Baiklah, kalau begitu kita sepakat dengan semuanya?" ucap Agnes.
"Tentu saja, Bu." jawab Bian.
"Baiklah, kita akan coba tunggu pembaharuannya, dan kita harap bisa secepatnya."
"Nanti akan saya buatkan segera, dan saya kirim segera juga."
"Oke, terimakasih Pak Bian, Bu Diandra."
"Sama-sama, Bu."
Mereka bersalaman bergantian, waktu yang terus berjalan telah mempertemukan dan memisahkan mereka kembali.
Agnes dan sekretarisnya lantas pergi meninggalkan mereka berdua karena urusan telah usai, Bian melirik Diandra dan mengulurkan tangannya.
"Apa?" tanya Diandra.
"Selamat, kamu berhasil di pertemuan pertama kamu."
Diandra tersenyum dan menjabatnya, apa benar seperti itu dan tentu saja Diandra merasa sangat senang sekali.
"Mau makan, aku teraktir kamu makan, apa pun semau kamu."
"Serius?"
Bian mengangguk, Diandra kembali tersenyum, dan ini satu perkembangan lagi.
"Tapi aku tidak tahu menu makanan disini apa saja, jadi aku ikut kamu saja."
Bian mengangkat sebelah alisnya seraya tersenyum, suka sekali saat Diandra menyebutnya dengan santai.
"Oh maaf, maksud saya, saya ikut Pak Bian saja."
Bian mengangguk, baiklah Bian akan biasakan juga untuk menerima semuanya, Burhan terlihat kembali menghampiri keduanya.
"Diandra, bagus juga ya," ucap Burhan.
Bian mengangguk, dan karena itu Bian tidak menyesal karena telah menerima Diandra menjadi sekretarisnya.
Burhan lantas pamit pada keduanya untuk kembali ke kantor saja, dan tidak ada yang menghalanginya karena mereka mengerti tentang kesibukan Burhan.
Seperginya Burhan, Diandra bertanya beberapa hal tentang lelaki itu, Diandra harus mulai mencari tahu lebih banyak hal tentang Burhan.
"Papih, kamu memangnya ke Kantor mana?"
"Ada, Papih, ada Kantor sendiri."
"Gak bareng sama kamu?"
"Enggak, kita memiliki urusan masing-masing, jadi tidak bareng."
"Lalu Kantor Papih kamu dimana?"
"Gak jauh kok dari Kantor aku, kamu mau kesana?"
"Enggaklah, ngapain aku kesana, kan kerjanya juga di Kantor kamu, kayak aneh gak sih kalau tiba-tiba aku datang kesana?"
Bian sedikit tertawa mendengarnya, memang benar tapi tidak salah juga memang Diandra mau datang kesana.
"Aku biasa minta berkas kok ke Papih, dan gak jarang Papih juga minta aku yang bawa berkasnya ke Kantor, kalau kamu mau kesana kamu bisa sekalian ambil berkas, tapi kalau aku memang perlu sih."
Diandra mengangguk, penjelasan yang baik, baguslah kalau memang ada jalan dan Diandra berharap itu akan secepatnya juga.
"Kamu mau kan?"
"Mau dong, itu kan kerjaan, masa aku tolak."
Bian mengangguk, itulah yang paling benar dan Diandra memang harus melakukan semua yang Bian perintahkan.
Bian mengajak Diandra turun untuk makan di bawah saja agar lebih tenang, Diandra juga menurutinya karena memang merasa lapar sekarang.