Diandra kembali ke rumahnya dengan membawa bingkisan untuk Diana, Diandra membeli buah dan beberapa jenis makanan lainnya.
Semua itu bisa dinikmati Diandra bersama dengan Diana, saat Diana tenang dan bisa diajak bersantai bersama.
"Maya," panggil Diandra seraya menyimpan belanjaannya.
"Kamu sudah pulang lagi."
Diandra menoleh dan mengangguk, untuk apa lama-lama jika memang urusannya telah usai.
"Mamah, mana?"
"Di kamar, tadi lagi tidur."
"Tidur?"
Maya mengangguk pasti, Diana memang memilih untuk kembali tidur setelah selesai makan, dan Maya tidak menghalanginya dari pada harus melihat Diana mengamuk, lebih baik Maya biarkan saja Diana untuk tidur.
"Tapi, Mamah, sudah makan?"
"Sudah, tadi selesai makan lalu tidur lagi."
"Oh, ya sudah, aku ke kamar Mamah dulu ya."
Maya mengangguk dan membiarkan Diandra pergi, Maya duduk menunggu Diandra kembali.
Diandra memasuki kamar dan melihat Diana yang memang sedang tidur, Diandra tersenyum karena Diana memang membantunya.
Diandra duduk dan membenarkan selimut di tubuh Diana, apa pun dan bagaimana pun Diana harus kembali sehat dan normal.
Diandra ingin kembali menikmati hidupnya dengan ketenangan, dengan kebahagiaan bersama Diana tanpa ada lagi tekanan untuk hal apa pun juga.
"Diandra," ucap Diana yang ternyata terusik dengan apa yang dilakukan Diandra.
"Mamah, bangun, Diandra baru pulang."
Diana tersenyum dan duduk, wanita itu telah kembali ke hadapannya sekarang, Diana tidak merasa khawatir lagi.
"Mamah, Diandra bawa makanan, Mamah, mau?"
Diana mengangguk, tentu saja memangnya apa yang pernah Diana tolak jika Diandra yang berikan.
"Maya, bawakan makanannya kesini." teriak Diandra.
Diana tersenyum dan mengusap rambut Diandra, dalam sadar Diana wanita di hadapannya adalah berlian yang harus selalu dijaga.
Diandra adalah satu-satunya yang dimiliki Diana, tidak ada yang boleh menyentuh apa lagi menyakiti Diandra mau apa pun alasannya.
"Kenapa?" tanya Diandra meraih tangan Diana.
Keduanya tersenyum bersamaan tanpa ada kalimat apa pun yang menjadi jawaban Diana.
"Aku bawa semuanya nih," ucap Maya yang memasuki kamar dan membawakan apa yang tadi Diandra bawa.
"Mamah, mau yang mana?" tanya Diandra.
Diana terdiam memperhatian semua yang dibawa Maya, apa yang diinginkannya Diana tidak tahu.
"Mau apa dong?" tambah Diandra.
Diana mengangkat tangannya dan menunjuk buah jeruk di sana, dengan cepat Diandra meraihnya dan mengupasnya juga.
Diana tersenyum dan diam memperhatikan kegiatan Diandra saat ini, Maya juga menyimpan semuanya di meja sana.
Kamar kali ini rapi, sehingga bisa dengan mudah menyimpan belanjaan itu.
"Mau makan sendiri atau mau disuapi?"
"Suapi a," jawab Diana seraya membuka mulutnya.
Diandra tersenyum dan menyuapi ibunya itu, jeruk memang buah kesukaan Diana sejak dulu, sehingga Diandra tidak pernah melupakan buah tersebut setiap kali belanja.
"Enak?" tanya Diandra.
Diana mengangguk pasti, dengan waktu yang tepat Diandra menyuapi Diana, Diandra senang dengan hal itu karena bisa bersama Diana dan bisa menemaninya juga.
"Kamu makan," ucap Diana.
"Iya, aku makan ya."
Diandra turut melahap buahnya itu, tidak ada salahnya mengikuti keinginan Diana karena Diandra juga suka dengan buah jeruk.
"Maya, kalau kamu mau ambil saja, tidak masalah aku beli banyak juga."
"Iya, nanti saja aku ambil kalau memang mau."
Diandra mengangguk dan kembali menyuapi Dianda, Maya turut duduk diantara keduanya. dan tersenyum melihat ibu dan anak itu.
"Di, jadi gimana hasilnya?" tanya Maya.
Diandra menoleh dan mengangguk, tentu saja Maya pasti penasaran dengan semua itu, Maya memang tahu tentang semua rencana Diandra atas mereka semua.
Diandra sengaja menceritakan semuanya, karena Diandra yakin dengan Maya tahu semuanya, maka Maya akan mau menjaga Diana dengan baik.
"Kamu berhasil?" tambah Maya.
"Berhasil, besok aku mulai bekerja."
"Bekerja?" tanya Diana.
Diandra menoleh dan mengangguk, Diandra kembali menyuapi Diana.
"Besok, Diandra mulai kerja ya, Diandra gak bisa diam di rumah terus soalnya kan kita juga butuh makan, dan kita butuh uang untuk membeli makan itu."
"Uang?"
"Iya Mamah, Mamah, jangan khawatir ya selama Dianda bekerja, pasti Diandra akan baik-baik saja."
"Enggak, mereka jahat, tidak boleh."
"Suttt, Diandra gak kerja sama mereka, Diandra bekerja di tempat orang baik, Mamah jangan takut ya."
"Orang baik?" tanya Diana tak percaya.
Diandra mengangguk seraya tersenyum, biar saja Diandra bicara seperti itu asalkan Diana bisa tetap tenang.
"Siapa orang baik?"
"Namanya Agista, dia teman aku waktu kuliah dulu, dia baik dan sengaja menawarkan pekerjaan sama aku."
Diana terdiam menatap Diandra, mungkin saja Diana sedang mencari kebenaran dari semua yang dikatakan Diandra itu.
"Agista itu orang baik, dia membantu Diandra kali ini, saat Diandra butuh bantuan dan hanya Agista yang mau membantu Diandra."
Diana tak merespon dan masih tetap diam menatap Diandra, Diandra tersenyum. dalam hatinya Diandra meminta maaf karena telah berbohong pada Diana.
Tapi mau bagaimana lagi Diandra takut jika Diana akan mengingat Bian jika Diandra menyebutkan namanya, jadi lebih baik Diandra menyebutkan nama Gista saja dan lagi pula nama itu bukan kehobongan.
Agista memang ada dan Diandra sudah bertemu dengannya, jadi mungkin tidak terlalu bersalah juga Diandra menyebutkan namanya sekarang.
"Mamah, percaya kan sama aku, Mamah harus tetap doakan aku agar tetap baik-baik saja selama ada di tempat kerja."
Diana mengangguk dan tersenyum, Diandra turut tersenyum dan melirik Maya di sana, tentu saja Maya tidak percaya dengan semua itu.
Maya tahu tentang Bian dan justru Maya tidak tahu tentang Agista, tapi ya sudahlah karena masih ada waktu lain untuk mereka bicara nanti.
"Minum," ucap Diana.
Diandra mengangguk dan membawakan minumnya, Diandra membantu Diana untuk meminum airnya itu.
"Maya, masih ada masakan kan?"
"Ada, kamu mau makan?"
"Iya, aku lapar."
Maya mengangguk, Maya memang memasak cukup banyak tadi pagi, jadi pasti masih ada sisa karena hanya dirinya dan Diana yang makan.
"Makan makan," ucap Diana seraya menyuruh Diandra pergi.
"Iya, Mamah sama Maya dulu ya, Diandra mau makan dulu."
Diana mengangguk pasti, Maya mengangguk saat Diandra melirik kearahnya.
"Aku keluar dulu ya, jagain, mungkin Mamah mau makan yang lainnya."
"Siap bos, tenang saja pasti aku jaga."
Diandra tersenyum dan mengangguk, senang rasanya bisa bertemu Maya diwaktu yang tepat, Maya memang sangat bisa membantunya.
Maya yang hidup seorang diri tentu saja mau menerima tawaran Diandra, karena selain mendapatkan uang, Maya juga bisa mendapatkan tempat tinggal.
Maya mengaku sudah terbiasa mengurus orang tuanya semasa hidup dulu, kondisi orang tuanya yang kerap sakit-sakitan selalu Maya yang urus, meski memang sakit orang tuanya bukan penyakit kejiwaan seperti Diana saat ini.