Chereads / Gairah Putra Mahkota / Chapter 20 - Dua Pria Tampan

Chapter 20 - Dua Pria Tampan

"Apa yang dikatakan tuan muda Ares? Apa dia akan memecatmu? Aku mendengarkan kabar bahwa dia akan memecat beberapa pelayan," ucap bibi Fani saat melihat Anne berjalan keluar dari ruangan keluarga. Kepala pelayan itu sangat penasaran dengan Anne.

"Aku tidak tahu juga bibi Fani, tidak ada yang dikatakan tuan muda," jawab Anne segera. Alis bibi Fani menukik tajam. Dia kebingugan sekarang.

"Tidak mungkin!" sergapnya.

"Ya, tidak ada yang dikatakan tuan muda," ulang Anne.

"Aku harus ke kamar, aku butuh istirahat, permisi!" ucap Anne lalu melangkah menuju kemarnya. Anne menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan pelan. Sesampai di dalam kamar, Anne mencoba mencari ponselnya dan menghubungi Bellatric.

"Hallo, kau sudah tahu siapa tuan Victor?"

"Kedudukannya apa di keluarga Yuan?" sergap Anne segera.

"Aku belum menemukan berita selanjutnya, aku hanya tahu bahwa tuan Alderic memiliki anak dari pernikahan pertamanya, jadi lelaki itu anak pertama tuan Alderic," jelas Bellatric.

"Jadi jadi seperti itu," ucap Anne.

"Ya, kau harus berhati-hati dengan lelaki itu. Dia sangat kejam kepada perempuan. Selain itu, dia berdarah dingin!" jelas Bellatric. Anne duduk di pingir jendela sambil mendengarkan secara cermat penjelasan sahabatnya.

Tok … Tok …

Ketukan pintu itu membuat Anne bergegas menyembunyikan ponselnya. Dia berjalan ke arah pintu.

Klek~

Pintu terbuka, bibi Fani berkacak pingang di depan pintu sambil memandanginya. "Waktu istrahatnya sudah selesai, kau sebaiknya segera kerja dan kita akan membersihkan halaman lagi," jelas bibi Fani.

"Aku sudah membersihkannya Bibi!" sergap Anne. Dia sudah menyapu semua halaman di rumah ini. Apa lagi yang harus dia bersihkan?

"Kalo begitu, segeralah ke dapur dan persiapkan makan malam bersama yang lain!" perintah bibi Fani. Kepala pelayan itu menatap Anne dengan pandangan tajam.

"Walaupun kau berbeda di sini, kau tidak akan mendapatkan perlakuan spesial, kau sama saja!" ucap bibi Fani sebelum bergegas pergi.

Anne menghela napas panjang.

"Aku tahu itu," ucapnya lirih.

***

Victor berkacak pingang di depan Ares. Dia duduk berhadapan dan tuan Alderic memandangi kedua putranya.

"Seharusnya kalian itu tidak bertengkar!"

"Bukannya Monica kekasihmu sedang liburan di sini? Mengapa tidak mengajaknya datang?" tanya tuan Alderic sambil memandangi Victor.

"Ribut hanya karena pelayan, memalukan saja!" potongnya. Ares dan Victor saling pandang. Mereka berdua terlihat tidak saling suka. Ares menatap wajah ayahnya.

"Dan kau Ares, segera cari perempuan yang bisa mendampingimu, keluarga Smith akan menerimamu tapi ayah tidak setuju lagi!" sambung tuan Alderic.

"Jangan jadikan pelayan sebagai pancingan, aku tahu bahwa dia berdarah sama dengan ibumu, tapi kau itu berbeda!" jelas tuan Alderic. Ares menatap Victor yang masih menatapnya dengan sorot mata yang tajam.

"Baik ayah, aku mengerti!" ucap Ares.

Setelah perbincangan hangat itu, Ares bergegas kembali ke ruangannya. Sama seperti Victor, lelaki itu kembali ke ruangannya juga. Ares hanya bisa memandangi Victor yang sama sekali tidak berselera berbicara kepadanya saat mereka saling pandang.

Ares membuka ponselnya, kabar pernikahan Martha begitu tersebar luas. Hati Ares benar-benar sakit. Namun, Martha selalu menghianatinya. Mantan istrinya itu juga selalu menghinanya.

Ares duduk di ruang kamarnya. Dia terus memandangi foto=foto pernikahan Martha dengan Thomas. Sungguh, dia tidak bisa berbuat apapun. Ares juga tidak ingin membuka identitasnya di depan khalayak umum.

"Tidak, belum saatnya!" batinnya kemudian.

Ares menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan pelan. Ares mencoba menatap para pelayan yang sibuk membersihkan rumahnya. Dari arah jendela, Ares bisa melihat Anne. Gadis kecil itu tampak kelelahan dan selalu cemberut.

Ares mengangkat salah satu alisnya saat Anne di halaman utama sedang menyapu. Dia sesekali menyeka peluh yang menetes di keningnya.

Ada yang menarik dari perempuan itu, dia memiliki darah yang sama dengan ibunya. Pantas saja Ares memiliki mata sedikit sipit.

"Ares!" panggil tuan Alderic. Lelaki paruh baya itu bergegas masuk ke dalam ruangan. Ares mengalihkan pandangan. Dia spontan membalikan badan dan menatap wajah ayahnya. Tuan Alderic tampak gusar.

"Untuk beberapa saat ini, kau bisa belajar dari Victor. Dia akan memandumu memahami dunia bisnis," jelas tuan Alderic.

"Baik ayah!" ucap Ares seketika.

"Ada rekan kerja ayah yang putrinya ingin bertemu denganmu. Tuan Robert juga ingin memperkenalkan putrinya denganmu, Ladifa!" jelas tuan Alderic.

"Aku tahu, kau pasti tidak tertarik lagi dengan keluarga Smith. Namun, rekan kerja ayah yang lainnya, semua ingin memperkenalkan putrinya denganmu," sambung tuan Alderic.

"Siapa saja?" tanya Ares.

"Tuan Muller ingin memperkenalkan putrinya bernama Rebeca, dia adalah model internasional dan lulusan hukum di Inggris."

"Tuan Keller ingin memperkenalkan putrinya bernama Cintya, dia adalah dokter ternama di Barcelona, dokter spesialis anak," jelas tuan Alderic panjang lebar. Mendengarkan identitas perempuan yang akan diperkenalkannya, membuat Ares bingung.

"Ayah, aku tidak berpendidikan!" ucap Ares seketika. Tuan Alderic tersenyum.

"Kau akan belajar dengan guru spesial di keluarga Yuan, jadi jangan pernah rendahkan dirimu. Oh yah, Victor dan Monica sedang dalam masalah, jadi jangan pernah menganggu kakakmu itu!" jelas tuan Alderic. Ares menganggukan kepala.

Setelah berbicara dengan putranya, tuan Alderic akan bergegas ke kantor, menyusul Victor yang dari tadi sudah pergi.

Ares duduk di depan jendela dan asik melihat Anne berlari dari kiri ke kanan memungut sampah-sampah. Jika dilihat dengan cermat, perempuan itu sangat lucu.

Tok … Tok …

"Tuan muda, minumannya!" ucap bibi Fani dari luar.

"Masuklah!" perintah Ares. Kepala pelayan itu meletakkan minuman di meja yang berhadapan dengan Ares. Ares masih sibuk memandang keluar jendela.

"Setelah Anne menyelesaikan tugasnya, beri tahu dia untuk datang ke sini!" perintah Ares. Bibi Fani menatap Ares dengan ekspresi bingung.

"Anne?"

"Ya, perempuan itu!" sergap Ares kemudian.

"Baik Tuan!" sahut bibi Fani. Dia bergegas keluar dari ruangan. Ares sibuk menatap Anne. Sangat lucu dan perempuan itu sangat menarik. Status dudanya membuatnya kesulitan mendapatkan cinta, sepertinya perempuan itu juga tidak tertarik kepadanya walaupun dia putra terkaya di Barcelona.

Setelah asik melihat Anne dari jendela ruang keluarga. Ares menyeruput capuccinonya. Dia menatap beberapa tumpukan buku yang disediakan Victor dari tadi pagi. Ares bergegas menghubungi lelaki itu.

"Kau menyuruhku membaca semua ini?" tanya Ares kemudian.

"Ya, kau harus membacanya agar cerdas, jangan banyak alasan!"

"Oh yah, aku membutuhkan Anne untuk membawah makan siangku ke kantor," jelas Victor.

"Kau bisa makan di luar, jangan beralasan," omel Ares.

"Aku tidak mau, aku ingin perempuan itu membawahkan makanan!"

"Oh, biar aku yang menghubungi kepala pelayan," jelas Victor. Lalu beberapa menit kemudian, sambungan telepon terputus. Ares berdecak kesal.

Bersambung …