Chereads / Gairah Putra Mahkota / Chapter 19 - Tuan Muda Ares

Chapter 19 - Tuan Muda Ares

Brak!

Sial, Anne menjatuhkan satu pot bunga kecil yang menjadi hiasan di ruang utama dan spontan lelaki itu menoleh ke arahnya.

"Siapa kau?" sahutnya. Anne mengigit bibir bawahnya karena ketakutan. Dia mengusap wajahnya sambil bergegas untuk pergi.

"Hai, siapa kau?" teriak suara itu lagi. Anne menghentikan langkahnya saat Ares mengejarnya dari belakang. Anne membalikan badan dan segera menatap lelaki itu.

"M-maafkan aku tuan muda, aku tersesat di sini," ucap Anne seketika. Dia menunduk, tidak berani memandangi wajah Ares.

"Kau di sini karena tersesat atau sengaja?" tanyanya. Anne menghela napas panjang. Dia memberanikan diri menongakan wajahnya dan menatap Ares. "Maaf Tuan, aku tidak tahu kalo …,"

"Segera kembali ke kamarmu!" perintahnya. Anne menganggukan kepala. Dia mempercepat langkahnya meninggalkan Ares. Anne menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan pelan.

"Untung saja," gumamnya sambil mengusap dadanya. Anne segera menuju kamar, dia bergegas mengunci ruangan itu. Anne mengambil ponselnya dan menghubungi Bellatric. Tidak, apakah tuan muda akan curiga? Pikir Anne.

"Hallo Anne, ada apa?" tanya Bellatric.

"Bellatric, aku ketahuan sedang menguntitnya, aku harus bagaimana?"

"Ketahuan bagaimana?" tanya Bellatric melalui sambungan telepon. Anne menghela napas panjang. Dia bingung menjelaskan hal ini.

"Ketahuan bagaimana?" desak Bellatric.

"Aku berjalan-jalan di sekitar ruangan keluarga, terus lelaki itu duduk menyendiri. Aku penasaran, aku bergegas mendekatkan tubuhku namun, satu pot kecil terjatuh sehingga aku kedapatan sedang menguntitnya," jelas Anne.

"Tuhan, kau harus segera meminta maaf dan berpura-pura," jelas Bellatric, dia ikut panik mendengarkan penjelasan Anne.

"Ya, aku panik, aku bingung harus berbuat apa," ucap Anne frustasi.

"Di keluarga Yuan, terdapat dua lelaki yang memiliki posisi sama. Tuan Victor dan tuan Ares, aku tidak paham," jelas Anne yang kebingungan. Dia sudah mencari informasi ini jauh-jauh hari. Siapa tuan muda Victor? Apa hubungannya dengan Ares dan tuan Alderic? Banyak pertanyaan yang ada dipikirannya saat ini.

"Oke Anne, tenang dulu yah!"

"Aku akan membantumu mencari siapa lelaki bernama Victor ini. Untuk keamananmu, kau harus bekerja seperti biasa."

"Sudah dulu, aku harus membersihkan beberapa barang dari Portugis, bye!" ucap Bellatric. Perempuan itu bergegas mematikan sambungan teleponnya. Anne menghela napas panjang.

***

Pagi hari, keluarga Yuan bergegas untuk ke kantor. Para pelayan sejak subuh sibuk menyediakan makanan yang akan dihidangkan di meja makan. Anne merasa pekerjaan ini sangat berat. Dia tidak bisa melakukan pekerjaan ini setiap hari.

"Anne, mengapa kau diam saja?"

"Mengapa tidak menyediakan perlengkapan makan?" sahut bibi Fani. Kepala pelayan itu berjalan menuju Anne lalu menatapnya dengan pandangan tajam.

"Tuan Victor melaporkan masalah mengenaimu, dia mengatakan bahwa kau terlalu ceroboh."

"Lalu, tuan Ares melaporkan bahwa salah satu pelayan tadi malam sedang menguntitnya, berbaju biasa dan berambut hitam legam. Hanya kau yang memiliki ciri-ciri seperti itu!" hardik bibi Fani. Anne menunduk. Dia bingung harus menjelaskan apa.

"Maafkan aku," jawab Anne lirih.

"Anne, kau bisa di hukum jika melakukan hal ini lagi. Kau bisa saja dipecat dan aku tidak bisa membantumu!"

"Keluarga Yuan menerimamu bekerja karena ibu tuan Ares berdarah Korea, jadi kau dipersilahkan untuk mencari uang di sini," sergap bibi Fani. Anne mengusap wajahnya. Bingung harus berbuat apa.

"Aku tidak akan mengulangi ini," ucap Anne merasa bersalah. Bibi Fani menghela napas panjang lalu bergegas pergi.

Anne mengambil tumpukan piring itu lalu membawahnya ke meja makan. Pekerjaanya hari ini sangat banyak. Dia harus membersihkan kolam ikan milik tuan Alderic. Lalu, dia juga harus membersihkan kolam renang dan menyapu halaman. Memikirkan itu saja membuat Anne ingin berteriak karena kelelahan.

Saat berada di kolam renang, Anne mencoba mengamati kolam renang itu. Tidak kotor, pikirnya. Tapi, mengapa bibi Fani menyuruhku membersihkannya? Gumam Anne.

Anne berjalan di pinggir kolam. Dia duduk sejenak sambil merenungkan nasibnya. Keluarganya yang terbunuh memiliki sangkut paut dengan keluarga Yuan.

"Mengapa kau diam saja!" suara bariton itu membuat Anne bergegas menoleh ke sumber suara. Ada tuan Victor yang berdiri dan membulatkan matanya. Anne menunduk dan bergegas berjalan mendekatinya.

"Maafkan atas kecerbohanku beberapa hari ini, tuan Victor. Aku tidak ingin dipecat!" ucap Anne lirih. Victor terus menatapnya dengan pandangan tajam.

"Lalu, kau mau apa?"

"Siapa namamu?" tanya tuan Victor. Udara di sekitar Anne mendadak naik. Anne memainkan jemarinya karena gugup.

"Anne, nama aku Anne," ucap Anne.

"Oke, aku menghafal namamu sekarang. Mulai hari ini, kau akan menjadi pelayan khusus untukku!" ucap tuan Victor. Anne membulatkan matanya.

"Aku tidak mau!"

"Kau harus mau!" ucap Victor segera.

***

Setelah semua tugasnya selesai. Anne duduk di ruang istirahat. Dia memijit kepalanya. Anne tidak lupa merentangkan otot-otot kakinya. Ini pekerjaan yang sangat berat, seharusnya Anne tidak ingin melakukannya.

"Anne, tuan Ares memanggilmu!" ucap bibi Fani yang melangkah mendekatinya. Baru saja istirahat lima belas menit, Anne bergegas berdiri dan menatap bibi Fani.

"Temui dia di ruang keluarga!" perintahnya. Anne menghela napas frustasi. Bertemu tuan Victor saja membuatnya ketakutan, bagaiman dengan bertemu Ares. Dia bisa-bisa diusir dari rumah ini.

Anne berjalan menuju sebuah ruangan yang terpisah dengan ruang keluarga. Saat berjalan mendekati ruangan itu, pemandangan hijau akan memanjakan mata. Anne sangat suka desain rumah ini. Tidak terlihap tertutup dan juga selalu aman dari kotoran yang bisa masuk dari luar.

"Anne!"

Anne mempercepat langkahnya saat namanya di sebut dari ruangan itu. Anne membuka pintu dan menatap Ares dan Victor sedang duduk di sofa.

"Maafkan aku tuan muda, aku terlalu ceroboh selama di rumah ini," ucap Anne berterus terang. Victor meletakkan tangannya di dagu. Dia sedang memikirkan sesuatu.

"Oke, kau seharusnya tahu apa yang akan kau lakukan."

"Aku ingin kau menjadi pelayan khusus untuk aku!" ucap Ares. Victor spontan memandangi adik angkatnya itu. Bola matanya membulat sempurna.

"Kau tidak bisa melakukan itu, Ares!"

"Aku sudah mengatakan kepada Anne, agar dia mau menjadi pelayanku!" sergap Victor tidak terima. Anne hanya bisa terdiam membisu sambil mendengarkan perdebatan mereka.

"Aku perlu Anne untuk tugas khusus!" ucap Ares. Victor terlihat tidak suka.

"Tugas khusus apa? Membuat mantan istrimu itu cemburu? Hai, mengapa membawah Anne?" cercah Victor. Ares beranjak dari tempat duduknya. Dia berjalan mendekati Anne.

"Aku rasa, Anne sangat pantas membantuku," jawab Ares. Victor menggelengkan kepala tidak terima.

"Keluarga Smith sudah membuangmu, seharusnya kau tahu bahwa dia tidak akan pernah memungutmu lagi. Jadi, hentikan membawah Anne dalam keributan ini," ucap Victor. Ares menatap tajam kakak angkatnya itu. Victor tidak memiliki darah yang sama dengannya. Dia terlahir dari ibu yang berbeda.

"Aku ingin Anne membantuku!"

"Kau tidak bisa melakukan itu!" bantah Victor. Anne semakin bingung dengan perdebatan mereka.

"STOP!" teriak Anne kesal.

"Jadi, aku harus bagaimana tuan-tuan? Aku harus kembali kerja, aku tidak bisa melihat kalian berdebat!" ucap Anne sambil menatap Victor dan Ares secara bergantian. Kedua lelaki itu menghela napas panjang.

"Keluar segera!"

"Aku akan memanggilmu lagi!" ucap Ares. Anne bergegas pergi dari ruangan. Sangat menyeramkan berhadapan dengan kedua putra keluarga Yuan.

Bersambung …