Tuan Alderic bergegas masuk ke dalam kamar putranya. Dia menatap Ares yang sudah siap diajaknya ke kantor hari ini.
"Putraku, mengapa kau ingin memakai topeng?"
"Bukankah ini sangat aneh, ini benar-benar aneh!" gerutunya. Tuan Alderic tidak mengerti dengan permintaan putranya itu. Ares tersenyum. Dia menatap wajah ayahnya.
"Aku ingin memakai topeng, aku tidak ingin orang-orang melihat wajahku."
"Mengapa?" sergap Tuan Alderic kemudian. Ares menghela napas panjang.
"Aku tidak mau saja, ayah!"
Tuan Alderic tidak bisa menantang keinginan putra satu-satunya. Dia menyetujui kemauan Ares. Setidaknya, Ares ingin mengikutinya ke kantor pusat. Koli segera membawah topeng hitam yang bisa menutupi sebagian wajah Ares.
"Tuan muda, kami sudah membuatkan topeng khusus untuk anda, saat memakai benda ini, tuan muda tidak akan sulit bernapas," jelas Koli. Ares menerima topeng itu. Dia tersenyum puas.
"Baiklah!"
Ares mengikuti ayahnya menuju mobil. Ares duduk di samping tuan Alderic. Hari ini, dia akan memakai topeng dan pertama kalinya seluruh media akan meliputnya. Ares tidak ingin orang lain melihatnya. Seorang petugas perabot rumah tangga ternyata seorang lelaki kaya raya, Ares masih memikirkan wacana itu.
Mobil perak meluncur menuju sebuah bangunan besar yang dilengkapi oleh lukisan klasik di setiap sisinya. Ares turun dari mobil, dia berjalan masuk ke dalam loby perusahaan saat seluruh mata memandanginya.
"Tuan Alderic!"
"Tuan Alderic!" sahut suara itu. Seluruh petugas kantor menundukan wajah saat petinggi keluarga Yuan berjalan melewatinya. Ares merasakan hal yang aneh. Ini pengalaman pertama orang-orang menghormatinya.
"Apakah itu putra mahkota keluarga Yuan?"
"Mengapa memakai topeng?" Kilatan cahaya memenuhi wajah Ares yang tertutup topeng hitam.
"Putraku, kau akan sangat terkenal jika melepaskan topengmu," bisik tuan Alderic. Ares menggelengkan kepala.
"Biarkan saja seperti ini, ayah!" jawab Ares kemudian. Mereka bertiga menuju sebuah ruangan untuk memulai rapat. Ares terus mengekor di belakang ayahnya. Di mana pun lelaki itu berada, Ares berdiri di samping tubuh tuan Alderic.
Saat masuk ke sebuah ruangan, seluruh komisaris memberikan hormat kepadanya.
"Hari ini, keluarga Yuan sudah mempunya pemimpin baru. Putraku yang sudah lama menghilang sudah kembali," jelas tuan Alderic. Seluruh komisaris bertepuk tangan secara bersamaan. Tuan Alderic tersenyum menatap Ares.
"Kita akan memulai rapat, aku sudah memerintahkan beberapa devisi untuk membahas mitra kerja kita yang baru," jelas tuan Alderic. Dia duduk di salah satu kursi di depan seluruh komisaris yang hadir. Ares berada di samping ayahnya.
"Keluarga Smith dan Muller adalah calon patner kita di minggu ini," ucap tuan Alderic sambil membaca beberapa berkas. Penghuni ruangan mencatat apapun yang dikatakan tuan Alderic.
***
"Kok pake topeng sih?" gerutu Anne yang masih berada di hotel. Dia menyalakan tv dan menatap putra mahkota keluarga Yuan yang sedang berjalan di samping ayahnya melalui salah satu siaran tv lokal. Tuan Alderic yang berkebangsaan spanyol sangat tampan.
Anne fokus menatap lelaki yang sedang memakai topeng dan seakan menutupi seluruh wajahnya dari kilatan cahaya.
"Seharusnya dia memiliki wajah campuran, ibunya berasal dari Korea!" gerutu Anne. Dia mencoba menebak bagaimana wajah putra mahkota keluarga Yuan.
"Aneh!" desisinya.
"Bagaimana bisa aku mengenalnya jika wajahnya tidak jelas seperti itu," sambungnya lagi. Anne memasukan satu potong roti panggang ke dalam mulutnya sambil terus menatap siaran tv.
"Mengapa mereka menutupi putra mahkota?"
"Aku akan ke rumah mereka, berpura-pura sebagai peloncong yang kesasar dan melamar kerja sebagai pelayan. Jadi, aku harus pergi hari ini!" gerutu Anne sambil bergegas menghabiskan sarapannya.
Anne mendorong kopernya. Dia berjalan ke resepsionis hotel sambil memberikan kunci kamar. Setelah berada di depan, Anne memesan taksi dan menunjukan sebuah surat kabar usang.
"Antar aku di sini, kau mengetahui rumah keluarga Yuan?" tanyanya dalam bahasa inggris.
"Baiklah!" jawab lelaki itu.
Di dalam taksi, Anne memandang keluar jendela. Dia menikmati setiap sudut kota Barcelona. Pemandangan yang indah dan sangat menakjubkan.
Kurang lebih lima belas menit, supir taksi berhenti di sebuah rumah besar yang memiliki taman yang sangat luas. Anne turun dan mendorong kopernya.
"Apakah di sini?"
"Aku harus menyamar dulu," ucap Anne. Wajahnya yang sangat mirip orang asia merupakan modal utama. Dia tahu bahwa keluarga Yuan adalah keluarga yang berasal dari Korea lalu menghilang dan memulai bisnis di Barcelona.
"Terima kasih!" ucap Anne sambil memberikan komisi kepada supir taksi. Untung saja uangnya masih cukup.
"Oke, saatnya menyamar!" ucap Anne penuh semangat.
***
Martha dan Ladifa sudah dari sejak subuh menunggu siaran yang akan menunjukan wajah putra mahkota keluarga Yuan. Namun, mereka kecewa. Lelaki itu memakai topeng dan menambah rasa penasarannya.
"Kok pake topeng?" gerutunya tidak terima.
"Mungkin wajahnya jelek, kakak!" ucap Martha. Ladifa menggelengkan kepala.
"Tidak mungkin, ibunya adalah seorang model yang berasal dari Korea dan ayahnya asli Spanyol. Tidak mungkin putra mahkota Yuan jelek," ucap Ladifa. Dia masih menebak bagaimana wajah putra mahkota keluarga Yuan. Pastinya sangat tampan.
"Uhft!" Ladifa menghela napas panjang.
"Ini benar-benar aneh, seharusnya wajah putra mahkota itu tampan!" sahutnya kesal. Ladifa beranjak dari tempat duduknya. Selama Antoni masih mengurus kerjaan di Las Vegas, Ladifa memiliki kesempatan untuk mendekati putra mahkota keluarga Yuan.
Martha mengikuti kakanya dari belakang.
"Sebaiknya, kakak lihat langsung saja. Setelah itu, kakak suruh lelaki itu membuka topengnya!" ucap Martha kemudian. Sebuah simpul senyum terukir di wajah Ladifa.
"Benar sekali ide kamu," ucapnya. Martha tersenyum bahagia.
Dring!
Ponsel Ladifa bergetar. Ayahnya Robert sedang menghubunginya pagi ini. Secepat kilat Ladifa mengangkat ponsel tersebut.
"Ayah?"
"Ada apa?"
"Keluarga Yuan ingin kerja sama dengan kita," jelas Robert penuh semangat. Deru napas yang memburuh jelas terdengar melalui sambungan telepon.
"Ayah serius?" sahut Ladifa.
"Tentu saja, ayah serius!" jelasnya. Ladifa melompat karena bahagia. Begitu juga dengan Martha. Perusahaan mereka bisa terselamatkan dan akan semakin berkembang jika bekerja sama dengan keluarga Yuan.
"Ayah diundang makan malam!" jelas Robert lagi.
"Oke ayah, Ladifa akan ikut!" ucap Ladifa penuh semangat.
"Aku akan berusaha membuat putra mahkota itu jatuh cinta!" sahutnya.
"Kau yakin dia akan menyukaimu?" gerutu Robert sedikit cemas.
"Tentu saja ayah, aku cantik dan seksi. Lelaki mana yang akan menolakku?' ucap Ladifa. Dia memandang Martha yang sedang menatapnya.
"Martha tidak bisa, dia sudah memiliki Thomas dan akan menikah besok. Jadi, aku yang akan mendekati putra mahkota keluarga Yuan!" jelasnya kemudian.
Martha hanya terdiam. Ladifa begitu ambisius ingin meraih hati keluarga Yuan. Martha mendukung namun dia tidak suka cara kakaknya itu.
"Martha, kau harus belajar denganku. Setidaknya, saat lelaki itu berpotensi dan memiliki kekayaan, kau harus mendekatinya. Jangan seperti Ares, lelaki yang tidak berguna!"
"Untung saja kau sudah menceraikannya!" gerutu Ladifa kemudian.
"Oke ayah, aku akan bersiap untuk ikut perjamuan keluarga Yuan!" seru Ladifa lalu dia segera mematikan sambungan telepon.
Bersambung …