"Siapa kamu?" salah satu pelayan menatap Anne yang berdiri di depan gerbang. Ada lima perempuan berbaju hitam masuk ke dalam gerbang. Sepertinya mereka baru pulang dari luar. Anne tidak tahu, dia hanya menebak saja.
Salah satu pengawal bergegas menghampirinya. Anne mengigit bibir bawahnya karena ketakutan. Tatapan tajam itu seakan mengintimidasinya.
"Siapa kamu nona?" seru pengawal berjas hitam dan berkacamata hitam itu. Anne mencari akal, dia harus membuat alasan yang masuk akal.
"Aku adalah pelancong yang kesasar, aku …,"
"Mengapa kau di sini?"
Anne spontan menatap wajah lelaki bertubuh tinggi yang tengah melepas kacamata hitamnya dan menatapnya dengan tajam.
"Aku ingin jadi pelayan, apakah di sini butuh tenaga? Aku ingin pulang ke negeraku tapi aku kesulitan uang," jelas Anne. Dia menunduk ke bawah. Memasak mimik yang sangat sedih.
Ke lima pelayan itu saling pandangan. Salah satu pengawal segera mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang. Beberapa menit kemudian. Seorang perempuan paruh baya datang dengan seorang lelaki yang memakai jas hitam juga. Sepertinya pengawal keluarga Yuan selalu memakai kacamata hitam.
"Tuan Koli, seorang perempuan asing berada di depan gerbang kita!" sahutnya.
Lelaki yang bernama Koli menatap Anne dari ujung kepala sampai ujung kaki. Anne seakan menahan napasnya sejenak. Lelaki itu bermata sipit. Anne yakin, dia bukan orang Spanyol asli. Mungkin saja dia adalah orang Korea yang besar di negara ini, pikirnya.
"Kamu dari mana?"
Anne menatap bola mata lelaki itu.
"Korea, aku kesasar!" jawab Anne sambil menunduk ke bawah.
"Di sini, kami tidak butuh pelayan, pergilah!"
Anne menghela napas panjang. Dia menggelengkan kepala. Dia harus menjadi pelayan di keluarga Yuan. Dia akan melakukan apapun agar dia bisa masuk ke rumah keluarga Yuan.
"Mohon!" ucap Anne sambil mengengam tangan lelaki itu. Bola matanya tiba-tiba berkabut.
"Aku mohon tuan, aku sebatang kara di negara ini. Aku bisa mati sendiri!" ucap Anne. Sebutir air mata menetes di pipinya. Koli menghela napas panjang.
"Nona, kami tidak bisa menerima anda!"
"Kami tidak tahu anda!" sahut Koli sambil menepis tangan Anne.
"Tuan!"
"Mohon!" pintanya lagi. Kini Anne berlutut di depan lelaki itu. Seluruh pelayan kaget dengan aksi Anne yang tiba-tiba.
"Aku tidak bisa pulang, aku sendiri di sini. Aku berada di sini karena tahu bahwa keluarga Yuan adalah bangsawan dan berasal dari Korea juga. Aku …,"
"Tidak nona!" potong Koli segera.
"Kami tidak bisa menerima orang asing!" sahutnya.
Koli bergegas pergi bersama ke lima pengawal berbaju hitam. Anne sendiri di depan gerbang. Posisinya masih berlutut. Dia benar-benar ingin segera masuk ke dalam keluarga Yuan.
"Tuan!"
"Mohon!" ucap Anne setengah berteriak. Namun sayangnya, pintu gerbang sudah di tutup dan dia di tolak hari ini.
"Sial!" gerutu Anne kesal.
***
Kilatan cahaya kamera benar-benar menganggu netra Ares. Andaikan para wartawan tidak mengambil gambarnya, dia bisa tenang berdiri di samping ayahnya.
Ares tidak tahu bahwa ayahnya raja bisnis yang cemerlang. Seluruh pengawal menunduk di hadapannya dan perintahnya merupakan tugas utama yang harus dikerjakan. Ares kagum dengan tuan Alderic.
"Putra mahkota keluarga Yuan tidak berbicara?" sahut salah satu wartawan. Ares menggelengkan kepala. Tidak, dia tidak ingin bicara di depan banyak orang. Topeng ini menyelamatkannya dan dia tidak ingin orang lain mengetahui suaranya.
"Putraku adalah lelaki pemalu," ucap tuan Alderic sambil tersenyum. Kilatan cahaya kamera itu semakin memenuhi wajah Ares.
"Sial, apakah seperti ini menjadi artis?" batin Ares.
Selesai memberikan sambutan di konfrensi, tuan Alderic bergegas pergi dan Ares selalu mengekor di belakang ayahnya itu.
"Ares, kau lihat kan, seluruh orang ingin melihat wajahmu," ucap Alderic sambil bergegas masuk ke dalam mobil.
"Aku belum siap, ayah!"
"Tidak masalah, ayah mengerti."
Sebelum menutup pintu mobil, seluruh wartawan masih ingin mengambil foto mereka. Ares yakin, koran-koran di seluruh Barcelona akan dipenuhi oleh wajahnya yang memakai topeng. Bagaimana reaksi tuan Davidson jika mengetahu bahwa lelaki yang dipecatnya adalah orang terkaya di Barcelona? Memikirkannya saja membuat Ares tertawa.
Dring!
"Ada apa Koli?" sahut Ares yang tiba-tiba saja di telepon oleh pengawal setianya, Koli.
"Seorang perempuan berteriak di depan gerbang. Katanya dia mengenal tuan muda," jelas Koli kemudian. Ares menyipitkan matanya kebingungan.
"Aku tidak punya teman perempuan kecuali mantan istriku, Martha!" jawab Ares.
"Tuan, dia semakin beringas, dia berteriak dan memaki di depan gerbang. Dia meminta tolong," jelas Koli. Dia memandangi Anne dari balik jendela rumah. Gerbang rumah yang berjarak kurang lebih 500 meter membuatnya bisa mendengar teriakan Anne.
"Oke, biarkan saja, Koli. Mungkin dia adalah orang gila," jawab Ares.
"Tuan muda, bagaimana kalo dia bukan orang gila tapi mata-mata?" sahut Koli kemudian. Ares terdiam sejenak. Siapa mata-mata yang mencarinya? Keluarga Smith? Sepertinya itu tidak masuk akal. Keluarga Smith sudah membuangnya dan tidak mungkin dia tahu identitas Ares saat ini.
"Tidak mungkin Koli, aku akan pulang bersama ayahku. Aku akan mengurusnya!" ucap Ares lalu segera mematikan sambungan telepon.
"Putraku, selama berada di rumah, kamu akan mendapatkan banyak pendidikan dari salah satu pengawal ayah. Kamu harus belajar bisnis sebelum benar-benar terjun!" ucap tuan Alderic.
"Baik ayah!" jawab Ares.
"Dan juga, malam ini akan ada pertemuan antara keluarga Smith dan keluarga Muller, ayah sudah mengundang mereka. Tidak lupa keluarga Keller akan menghadiri makan malam sambil mempresentasikan bisnis berlian mereka," jelas tuan Alderic. Ares hanya bisa menganggukan kepala. Mengiyakan semua perkataan ayahnya.
Mobil perak itu berhenti tepat di depan gerbang saat seorang perempuan tengah berdiri dan berteriak dalam bahasa Korea. Ares bergegas turun bersama pengawal yang mengikutinya dari belakang.
"Nona!"
"Mengapa di sini?" sahut Ares. Anne yang menyadari sedang ditatap segera membalikan badan.
"Tolong, aku adalah pelancong yang kesasar dan butuh uang. Apapun bisa aku kerjakan di sini, tuan!" teriak Anne. Dia berjalan mendekati Ares yang berdiri di depan pintu mobil. Ares melangkah mundur saat Anne mendekat. Wajah perempuan itu sangat asing. Kulitnya berwarna putih bersih dan matanya sipit. Bibirnya tipis dan senyumnya sangat manis.
"Kalian butuh pelayan kan? Tolong aku tuan!" ucap Anne sedikit memohon. Dia menundukan wajahnya. Aktingnya harus sempurna di depan lelaki bertopeng itu. Seketika bola mata Anne membulat sempurna, dia menyadari bahwa lelaki yang berdiri di depannya adalah putra mahkota.
Anne spontan berlutut. "Aku membutuhkan pekerjaan, jadi tukang kebun dan apapun itu, aku akan bersedia. Aku mohon!" sahut Anne. Dia menongakan wajahnya menatap lelaki yang sedang bertopeng.
Ares menghela napas kasar ke udara. Tuan Alderic yang melihat seorang perempuan asing bergegas turun dari mobil.
"Apa yang terjadi Ares?"
"Siapa dia?" tanya tuan Alderic. Dia menatap Anne yang sedang berlutut di depan putranya.
"Aku butuh pekerjaan tuan, mohon!"
Satu bulir air mata menetes di pipi Anne, dia mencoba menyeka air matanya sambil terus terisak menangis. Kaki sebelah kiri Ares di tahan oleh perempuan itu.
"Hai, lepaskan kakiku!" teriak Ares.
"Aku mohon tuan, berikan aku pekerjaan!" pinta Anne yang terus memegang kaki Ares dengan kuat.
"Apapun itu!"
Ares menghela napas panjang.
"Oke! Lepaskan kakiku!" perintahnya. Anne tersenyum puas, dia spontan berdiri dan menundukan wajahnya.
"Masuklah, perintahkan Koli mengantarmu di kepala pelayan," ucap Ares kesal.
Bersambung …