Hari ini adalah hari yang cukup sibuk bagi siswa kelas 9 yang hendak mempersiapkan diri untuk ujian akhir atau yang lebih familiar diketahui adalah ujian nasional.
Seorang siswi yang bernama Arum Asteria Az-Zahra. Ia terlihat sangat santai saat dimana teman-temannya terlihat sibuk membahas soal-soal prediksi yang akan keluar nantinya.
Ia murid yang lumayan pintar tapi sayangnya ia pendiam, jadi hampir seluruh teman-temannya mengira ia pelit akan ilmu yang ia miliki
Selama menempuh pendidikannya selama SMP, ia tak terlalu banyak memiliki teman dekat. Ia hanya berteman sekedarnya saja dengan teman sekelasnya.
Orang tuanya sempat meminta gurunya untuk mengawasi anaknya karena khawatir jika anaknya menjadi korban bullying lagi.
Tapi kenyataannya tidak seperti itu, orang tuanya terlalu merasa khawatir. Keadaannya selama di SMP baik-baik saja, walaupun ia merasa sedikit kesepian.
***
Jam pulang sekolah telah usai, Arum langsung pulang ke rumah sedangkan teman-temannya sibuk untuk pergi les ke sana, kemari.
Ia sering di tawari tempat les yang bagus oleh orang tua dan guru-gurunya. Tapi ia menolaknya. Ia beralasan kalau dirinya bisa tanpa harus les, percuma les mahal-mahal tapi yang ia dapatkan hanyalah sedikit.
Ya, cukup dibilang Arum anaknya rajin, ia lebih memilih untuk belajar secara otodidak ketimbang pergi les. Bukan karena ia berasal dari keluarga kurang mampu melainkan alasan yang sebenarnya adalah ia tak suka dengan suasana yang ramai dan ribut
Orang tuanya cukup sulit mengerti apa yang diinginkan oleh anaknya, karena Arum adalah anak yang pendiam dan tak pernah meminta ataupun mengeluh tentang segala hal.
Seiring berjalannya waktu, Ujian Nasional sudah berakhir. Sekolahnya mengadakan acara wisuda bagi setiap siswa yang akan tamat dari sekolah tersebut.
Saat disana pun ia tak memiliki foto kenangan terakhir bersama teman-temannya saat SMP kecuali foto sekelas pada saat ia masih kelas 7 dulu.
Ia merasa tak ada yang perlu untuk dikenang, karena hari-harinya saat di SMP sangatlah membosankan.
Tak berapa lama setelah acara wisuda diadakan, sekolah mengeluarkan nilai siswa siswinya yang berfungsi bagi mereka untuk mendaftar ke SMA tujuan mereka nanti.
Saat nilainya keluar, Arum sudah menduga kalau nilainya cukup tinggi. Ia mendengar kabar bahwa tahun ini, pemerintah mengeluarkan kebijakan baru yaitu tentang jalur 'Zonasi' dan 'Prestasi'. Dan istilah SMA favorit sudah tak berlaku lagi semenjak kebijakan itu di buat.
Ia melihat di artikel apa perbedaan antara kedua jalur tersebut. Setelah cukup banyak membaca artikel, ia sudah lumayan paham.
Ia melihat persyaratan nilai minimal untuk jalur prestasi saat itu sangatlah rendah kalau dibandingkan dengan nilainya yang tinggi. Hal itu membuat ia sangat percaya diri, karena menurutnya persentase untuk lulus sangatlah besar.
Lalu ia mendaftarkan nilainya untuk ikut jalur prestasi terlebih dahulu. Karena memang jalur prestasi dilakukan lebih dulu daripada jalur zonasi.
Ia terus mengikuti setiap perkembangan dan informasi terbaru. Ia menyadari suatu hal, kalau setiap sekolah memiliki kebijakannya masing-masing.
SMA tempat yang ia tuju memintanya untuk datang ke sekolah, agar peserta jalur prestasi bisa ikut ujian, hal itu berguna untuk menyaring siswa-siswi yang benar-benar cerdas.
Saat ujian dimulai, ia sama sekali tak merasakan apapun. Tapi seiring waktu tes berjalan, ia mulai merasa tak enak badan, karena di malam harinya ia bergadang untuk mengulang semua materi dan soal yang selama ini ia kerjakan secara mati-matian untuk bisa lulus tes ini.
Sekitar 30 menit sebelum waktu berakhir, pandangannya mulai kabur, kepalanya sangat pusing. Salah satu pengawas menyadari kalau dirinya sedang tak enak badan.
Pengawas tersebut menghampirinya dan bertanya apa dia masih kuat untuk melanjutkan tesnya atau memilih untuk diantar ke uks tapi tes bagi dirinya berakhir saat itu juga.
Karena mendengar pilihan kedua, ia memilih untuk mengatakan dirinya masihlah kuat, ia tak mau usahanya yang belajar mati-matian terbuang sia-sia.
Mendengar jawaban yang di katakan oleh Arum dengan wajah yang sangat pucat, pengawas tersebut tetap tidak yakin bila ia masih kuat.
Lalu pengawas tersebut menghampiri salah satu temannya yang berada tak jauh dari posisi Arum, ia meminta untuk mengawasi Arum selama 30 menit ke depan.
Tak berapa lama akhirnya tesnya pun berakhir, salah satu pengawas langsung membawanya pergi ke uks karena melihat kondisi Arum yang sudah hampir mau pingsan.
Untungnya dokter yang sedang berada disana mengatakan kalau ia hanya kecapekan dan sedikit stres belajar untuk tes yang ia ikuti hari itu.
Pengawas tersebut bertanya padanya "Nak, pulang nanti kamu naik apa?"
"Saya pulang naik becak, pak. Saya akan pulang kalau kondisi saya sudah lebih mendingan. Saya tidak mau buat orang tua saya khawatir hanya karena hal seperti ini" Ucapannya dengan suara lemas
Walaupun berada dalam kondisi tersebut, ia masih memikirkan orang lain ketimbang dirinya sendiri. Karena merasa bertanggung jawab atas keselamatan Arum, pengawas tersebut menawarkan diri untuk mengantarnya.
Karena terus dipaksa oleh si pengawas dan dokter, Arum tak memiliki pilihan selain mengatakan iya.
Akhirnya pengawas tersebut langsung mengantarnya pulang. Sesampainya dirumah Arum, pengawas tersebut memencet bel rumahnya. Tapi tak ada yang kunjung keluar.
"Pak... Makasih ya, untuk saat ini rumah hanya ada nenek, beliau sudah uzur" ucapnya secara tiba-tiba sembari memberikan helm yang sempat ia kenakan tadi.
"Oh begitu, lekas sembuh ya. Kau tak perlu khawatir, pengumuman akan keluar seminggu atau paling lama 2 minggu setelah tes berakhir" sembari mengambil helm yang diberikan Arum.
"Makasih pak untuk hari ini, saya sudah agak mendingan. Saya masuk ya pak" berbalik badan dan membuka pintu gerbang.
***
1 minggu 4 hari kemudian.
Akhirnya pengumuman hasil tes sudah keluar. Pengumuman itu keluar secara Online terlebih dahulu baru akan di tempel di pintu gerbang nama-nama yang lulus.
Ia dan ibunya segera melihat daftar nama-nama yang sudah keluar dari website sekolah. Sayangnya, setelah melihat daftar nama-nama yang lulus dari website sekolah, nama Arum tak ada di daftar siswa yang lulus tes jalur prestasi. Ia sangat kecewa dan menyalahi dirinya sendiri yang sempat tak enak badan saat tes sedang berlangsung hari itu, dan merasa waktu yang ia gunakan untuk belajar mati-matian terbuang secara sia-sia.
Setelah melihat daftar nama, ia pergi ke kamarnya dan mengunci pintu kamarnya seharian. Ia menangis dalam diam di kamarnya
Ayahnya yang saat itu masih belum tau hasilnya bagaimana, ia mencoba untuk menelpon Arum, karena ia sangat yakin bahwa anaknya pasti lulus.
Tapi ia mencoba untuk meneleponnya sampai 5 kali tapi tak ada satu pun panggilannya yang di angkat oleh Arum. Akhirnya ia menelepon istrinya yang sedang berada dirumah.
Istrinya menceritakan tentang hasil tesnya yang keluar. Tentu kedua orang tuanya saat itu sangatlah terkejut, karena untuk pertama kalinya, Arum gagal mendapatkan apa yang ia usahakan mati-matian untuk mendapatkannya.
Malamanya Arum keluar kamar dengan mata sembab, ibunya yang melihat kondisi anaknya itu langsung memeluk erat anaknya sembari mengatakan "gk papa, masih ada jalur zonasi"
Arum hanya terdiam mendengar perkataan ibunya, ia ingin menangis tapi sudah tak bisa lagi karena air matanya sudah kering.
Sekitar 1 jam kemudian ayahnya pulang dari kantornya dan membawakan makanan kesukaan Arum.
Tak terlihat ada senyuman bahagia di wajah anaknya saat ia melihat makanan kesukaannya datang, ia hanya bisa menatap makanan tersebut dengan tatapan kosong.
Orang tuanya mencoba untuk menghibur dirinya agar ia bisa ceria seperti biasanya. Saat melihat usaha dari kedua orang tuanya itu, membuatnya merasa mau tak mau untuk ceria kembali walau kondisinya saat itu sangat tak ingin membuatnya untuk tersenyum.
Seiring berjalannya waktu, Arum tak mau berlarut-larut dalam kesedihan karena ia sempat gagal lulus tes. Akhirnya ia kembali mendaftar melalui jalur zonasi.
Dan tentu saja ia lulus, karena jarak antara rumah dengan SMA yang ia tuju cukup dekatdan dibantu dengan nilainua yang tinggi.
Sebelum sekolah dimulai, ia membaca beberapa novel yang menceritakan kehidupan SMA akan seperti apa, tapi ia tak tahu kondisi yang sebenarnya juga seperti apa.
Novel itu menceritakannnya dengan sangat bagus dan indah. Ia bisa membayangkan masa yang menyenangkan dan juga bahagia karena selalu ada kisah romansa di dalamnya.
Ia juga sempat bertanya pada ibunya, tentang masa SMA itu seperti apa. Ibunya juga mengatakan kalau masa SMA adalah masa yang paling menyenangkan.
Ia mempercayai bahwasanya masa SMA itu sangat lah indah, ia berharap kalau masa SMA yang akan ia alami juga akan seperti itu.
Tapi kenyataannya...