Chereads / kisahku yang berbeda / Chapter 7 - Chp-6 | Nomor telepon.

Chapter 7 - Chp-6 | Nomor telepon.

Saat mereka keluar dan menuju ke kantin, Bryan datang bersama Liam ke kelas Arum untuk mencari Arum sambil membawa 2 buah roti. Tapi teman-temannya mengatakan jika Arum sedang tidak berada di dalam kelas.

Karena Arum sedang tidak ada di kelas, ia memberikan satu roti ke Liam. Muncul beberapa pertanyaan di kepalanya. "Siapa yang mengajaknya keluar?" "Ke mana dia pigi? ke kantin? kamar mandi??" "Kalau aku tunggu dia bakal lama gk ya?"

Karena lapar Liam membuka bungkus plastik roti yang di berikan kepadanya. Tapi dirinya masih terus melihat Bryan yang terlihat sedang berpikir keras sambil menutup kedua matanya, akhirnya memutuskan untuk menepuk pundak Bryan agar ia tak menabrak orang yang berlalu lalang di depannya saat sedang berpikir.

"Bro... kalo lagi jalan jangan mikir keras, nanti nabrak" Berbicara sambil makan sembari menepuk pundak Bryan dengan cukup kuat dan menarik bajunya ke belakang.

Seketika Bryan tersadar dan menoleh kebelakang "Oh iya maap"

Liam merasa heran karena ia sangat jarang melihat Bryan berpikir keras sambil berjalan seperti tadi selain mata pelajaran matematika "Mikir apa?"

"Ini... Tau Arum dimana gak?"

Liam seketika berhenti makan dan muncul rasa ingin memukul Bryan saat itu juga tapi ia menahannya "Dari tadi kita jalan bareng loh! YA MANA AKU TAU ARUM ADA DI MANA!!"

"Oiya maap ku lupa"

"Kok jadi bego gini sih?"

"Bukan gitu... Ah sudahlah ku mau balik ke kelas"

"Uda balik aja sana sendiri, ku mau beli minum dulu"

"Yauda bye, ku balik duluan. Dah" Langsung pergi meninggalkan Liam.

Liam memilih untuk pergi ke kantin yang cukup jauh jaraknya dari kelas Arum, karena disana sangat ada minuman kesukaan Liam.

Tapi saat hampir sampai, Liam melihat Arum yang sedang mengobrol bersama temannya, Nabila.

Liam langsung menghampiri Arum dan temannya yang tengah asyik mengobrol.

"Haloo... maaf ganggu" Muncul tiba-tiba di tengah obrolan

"Eh... bang Liam kan?" Nabila kaget karena dirinya tak merasakan kehadiran Liam yang tiba-tiba muncul di sampingnya

"Whahha kamu inget" Liam memuji Nabila dengan tulus Karena Nabila berhasil mengingat namanya. Sangat jarang orang yang bisa mengingat namanya, kebanyakan orang pasti akan mengatakan "Yang matanya biru sebelah kan?"

"Uda sembuh lagi bang?" Arum sadar kalau hari ini Liam tak memakai masker

"Masih pilek sih, tapi tadi karena harus nampil buat perwakilan paskib jadi mau gk mau harus dilepas" Sebenarnya dirinya lupa kalau masker yang ia pakai sebelum tampil tadi, ketinggalan di ruangan ganti milik anak paskibra.

Nabila bergeser dan menawarkan tempat duduk untuk Liam "Oh iya bang duduk sini"

Liam menerima tawaran tersebut dan duduk di samping Nabila.

"Oiya bang, tumben gk sama bang Bryan" Tanya Arum heran

"Oo tadi, dia ngambek karna abang bilang dia bego"

"Pfftt" Nabila menahan tawanya

"Kenapa?" Arum merasa bingung

Akhirnya Liam menceritakan semuanya dan alasan mengapa ia mengatakan pada Bryan kalau dia bego.

Arum dan Nabila tertawa lepas karena mengetahui sisi lucu dan tak terduga dati Bryan.

"Oiya Arum. Maap ni ya, abang tau kamu pasti risih dengan pertanyaan ini. Tapi abang mulai kepo sama hubungan kalian berdua. Jarang-jarang loh Bryan jalan sambil mikir seperti itu selain memang ada yang betul-betul dia pikiri"

"Apa harus di ceritain ya" Seketika wajah Arum berubah menjadi suram dan sedikit merasa takut

Melihat perubahan ekspresi wajah Arum, Liam menyadari bila cerita di masa lalu antara Bryan dan Arum itu tak lah mengenakan. Tetapi dirinya masih merasa bingung mengapa Arum dan Bryan tetap akrab.

"Yauda deh kalau kamu gk mau cerita, kapan-kapan aja" Liam bangkit dan memesan minuman karena ia sudah merasa mulai dehidrasi.

"Kamu gk apa, Arum?" Nabila juga menyadari bila suasana yang tadinya ceria, berubah menjadi suram.

"Haha gk apa kok..." Arum menyembunyikan rasa trauma yang ada di masa lalunya dengan senyuman.

*Deengg... Doongg*

Bel berbunyi pertanda jam istirahat sudah berakhir. Murid-murid perlahan mulai kembali ke dalam kelas, termasuk Arum, Nabila, dan Liam.

***

Saat berada di kelas. Beberapa orang perwakilan dari beberapa ekskul pun masuk secara bergantian untuk melakukan promosi.

Promosi ekskul di tonton oleh anggota osis yg berjaga dan murid-murid yang ada di dalam kelas.

Semua promosi itu sangat bagus, tapi sayangnya tidak ada satu pun ekskul yang membuat Arum tertarik untuk mendaftarkan diri. Sampai ada satu ekskul yang masuk untuk melakukan promosi, yaitu ekskul "Bangau putih"

Arum sangat tertarik akan atraksi yang di tunjukkan oleh para senior. Tanpa pikir panjang ia langsung mendaftarkan dirinya untuk bergabung. Tapi saat ia tahu hanya ada 2 orang yang tertarik untuk ikut daftar ia mulai merasa aneh.

Setelah para senior itu selesai mendata mereka yang ingin ikut bergabung, mereka akhirnya keluar untuk lanjut ke kelas lainnya.

"Waahh kamu masuk kek bela diri ya? Keren banget" Ucap kagum Nabila.

"Heheh iya... Kamu masuk ekskul apa rencana bil? Arum sedikit malu-malu

"Rencana mau masuk dokter remaja sih atau pmr gitulah"

"Oo semangat"

*Triing*

Suara notif ponsel milik Arum berbunyi.

"Hai, ini Bryan" Bryan meminjam ponsel milik Liam karena ia tak memiliki nomor Arum.

Arum langsung menjawab ketika melihat notif "Eh.. halo bang by^^"

"Tadi kamu kemana?" Bryan masi merasa khawatir.

"Eh... Tadi Nabila ngajak kekantin"

"Hmmm :<"

"Oiya bang by, tolong tanyakan sama bang Liam, kenapa dia bisa dapet nomor Arum"

Bryan baru tahu kalau Liam tiba-tiba mendapat nomor Arum tanpa sepengetahuan dari Arum secara langsung.

"Okey Bentar ya"

Bryan langsung membangunkan Liam yang sedang tidur di atas bangku dengan cara menggoyangkan badannya.

"Hee ... bangun aku mau nanya"

Dengan muka jengkel Liam menjawab dengan nada ketus "Apa?!"

"Kamu dapet nomor Arum dari mana, ku pikir kamu minta sama Arum, rupanya dia juga gk tahu"

"Akkh... ya Allahu ya rabbi. Harus sekarang juga aku cerita dapet nomor dia dari mana? Aku mau tidur, mumpung jamkos sampai pulang nih!"

"Iya! Ku beliin es krim deh nanti pas pulang"

"Oke deal! Gelato yang di depan Sunkiss ya"

"Iya-iya, cepat cerita"

Bryan membatin "Tch anak ini cepet banget langsung deal kalau urusan es krim"

"Semalam mama nyuru aku cepat pulang karena hampir semua barang sudah sampai"

Spontan Bryan memotong pembicaraannya "Kau pindah? Dimana?"

"Iya aku pindah. Di daerah Kayu asam"

"Eh itu kan perumahan orang elit--"

"Sstt.. jan terus di potong, ini mau ku ceritakan sampai selesai apa tidak??"

"Iya-iya lanjut la, ku gk motong cerita mu lagi"

"Nah pas lagi bantu-bantu beresin barang pindahan, ada temen mama datang. Lupa aku siapa namanya. Nah singkat cerita dia bilang kalau anaknya satu sekolah dengan ku dan baru masuk semalam. Trus ku tanya siapa namanya, tante itu bilang Arum. Nah ku kira Arum yang lain, tapi ternyata yang di maksud Arum yang itu. Ku tahu karna aku kepo sama nama siswa baru, jadi ku liat seluruh daftar nama siswa, dan yang namanya Arum cuman satu, yaudah berarti Arum yang kita tahu"

"Ooo jadi kesimpulannya kau dapat nomor Arum dari mamanya yang jadi temen mu karena beliau bantu pindahan rumah mu? gitu kan?"

"Yaa kurleb gitu"

"Tapi buat apa kau minta?"

Liam membatin "Astaghfirullah sabar Liam jangan di tabok, kalau kau tabok, gelatonya gk jadi di beli"

Tarik napas lalu membuang napas secara perlahan "Tadi pagi siapa yang ngechat tiba-tiba, bilang kalau pin baju Arum jatuh di taman trus dipungut"

"Hee itu bukan di pungut, tapi menjaga benda penting!"

"Serah!, intinya gelatonya jadi ya"

"Iya-iya nanti pake ojol aja"

"Jangan! Cair nanti. Kan Sunkiss jauh dari sini"

"Yauda nih uang buat beli sendiri, tapi beli gelato ya jangan yang lain" mengambil uang yang ada di dompet lali memberikannya pada Liam

"Okeyy sip! nanti aku pap☺️" Liam kembali tidur di atas meja sambil duduk di kursi.

Bryan lupa kalau ponselnya Liam sudah di kantongi Liam dari tadi. Ia membangunkan Liam sekali lagi buat meminjam ponselnya.

"Liam.... anu"

"Allah!!! Apa lagi!" Liam terbangun dengan tatapan mata kesal

"Hehhe pinjem ponsel mu dong"

"Nah ini, ada lagi?" Mengambil ponselnya yang ada di kantong celananya dan memberikan pada Bryan.

"Ooo okey makasi. Uda gk ada lagi, sana balik tidur"

Liam kembali tidur lagi dan Bryan membuka ponsel milik Liam, ia bisa membukanya karena ia tahu password ponsel Liam apa.

Bryan membuka aplikasi chat, dan mulai chattingan dengan Arum

"Halo, ini Bryan"

*Triing*

Suara notif masuk dari ponsel milik Arum

Arum tak sadar bila hpnya mengeluarkan bunyi notif, ia masih fokus dengan suasana kelas yang cukup ramai kala itu.

Sekitar 20 menit kemudian Arum membuka ponselnya kembali. Ia melihat ada satu chat masuk dari "Bg Liam (teman bang by)"

Arum segera membuka notif tersebut dan membalas chatnya.

"Eh halo juga bang by"

*Dzzlabub"

Suara notif masuk dari ponsel milik Liam

Bryan membatin ketika mendengar suara notifikasi yang lucu "Anak ini seleranya receh banget"

"Oiya tadi kamu nanya kan Liam dapat nomor mu dari mana?"

"Eh iya, dari mana bang"

"Dia dapet nomormu dari mama kamu, coba tanya aja sama mamamu pas pulang nanti"

"Oo okey... makasi ya" Arum langsung off.

Bryan kaget karena Arum langsung off ketika ia ketik seperti itu. Padahal niat hati ingin terus chattingan padanya lebih lama lagi.

Tak berapa lama ada seseorang yang memanggil Bryan dengan nada sedikit menggoda

"Bryaaann Baby~~" mendatangi meja Bryan

Mood bryan langsung berubah drastis. Ia merespon panggilan itu dengan wajah dingin dan tatapan tajam

"Ululuuu jangan gitu dong!" mencoba untuk memegang pipi Bryan

Bryan langsung sigap menangkis tangan wanita tersebut.

"Ada perlu apa? Cecil"

"Hihihi... jangan langsung to the points gitu dong"

Ekspresi Bryan tetap menatap dengan tatapan tajam dan tak menjawab perkataan cecil.

"Yaudah deh langsung nih. Hmm... anak kelas 10 yang namanya arum itu siapa mu ya?"

"Mau apa kau sama dia!" Bryan memiliki perasaan buruk terhadap apa yang akan di lakukan cecil kepada Arum nantinya.

"Ada deh~" Ucapannya dengan nada centil sembari membuat pose 'sstt' sambil mengedipkan satu matanya.

Tiba-tiba Liam bangun dari tidurnya karena ia mangalami mimpi buruk"Ya Allah apa lagi ini?! Pigi sana kau, Cecil! Suaramu bikin aku mimpi buruk"

"Iiikkkhhh! Ya udah ni ku pergi" Cecil langsung pergi dari meja Bryan dan kembali berkumpul ke circlenya.

"Pfftt Liam matamu merah" Seketika mood Bryan membaik karena wajah bangun tidur Liam yang terlihat begitu lucu.

"Kan sudah ku bilang, aku mengantuk. Selalu ada aja yang membuat ku tidak nyenyak tidur!" Kembali ke posisi tidurnya.

Bryan membatin "Ah pingin jalan-jalan keluar"

Ia memiliki niat untuk jalan-jalan sejenak keluar untuk meredakan emosinya saat menghadapi Cecil. Tapi ia tak tahu ingin pergi kemana. Kalau dirinya pergi ke kelas Arum, akan banyak menimbulkan berbagai pertanyaan karena bukan giliran dirinya yg berjaga.

"Haa bosan" menghela nafasnya.

*Dzzlabub*

Suara notif ponsel milik Liam berbunyi.

Bryan tak sengaja melihat isi dari notifnya apa, dan yang men chat Liam adalah "mama tercinta ❣️"

"Eh dari mamanya? tapi lucu ada emot love nya" berhenti membaca ketika tahu jika pesan masuk itu dari mamanya Liam.

Bryan merasa jika chat masuk itu penting, tapi ia juga tak ingin membangunkan Liam lagi. Akhirnya ia mematikan ponsel Liam dan meletakkan kembali ke dalam laci Liam.