Malam hari pun tiba. Saat di ruang keluarga, Arum menceritakan semua kejadian yang ia alami selama seharian penuh di sekolah pada kedua orangtuanya.
Ia juga menceritakan kalau ia bertemu kembali dengan Bryan dan juga mendapatkan masalah karenanya.
Ibu dan ayah Arum yang menyimak cerita anaknya itu mulai tertawa karena melihat wajah Arum yang polos kala menceritakan kejadian yang di anggap adanya benih asmara Bryan pada Arum. Tetapi Arum sama sekali tak menyadari itu, karena Arum hanya menganggap Bryan sebagai senior dan teman bermainnya dulu.
"Arum... Kamu belajar yang rajin ya, jangan cinta-cintaan dulu ya" Ucap ibunya memberi nasihat karena takut bila suatu hari Arum melupakan kewajibannya sebagai murid, yaitu belajar.
"Ok bu!" Arum dengan semangat menjawabnya
"Oiya Arum, Kalau kakak-kakak senior mu itu mengganggumu lagi atau sampai main fisik, hajar aja. Kalau ayah atau ibu di panggil sama guru bk, gk perlu jadi masalah. Yang jadi masalah itu kalau kamu biarin mereka menindas dirimu" Ayahnya teringat bila Arum sempat menjadi korban bullying saat ia sd dulu.
"Oke yah. Kalau Arum biarin, apa gunanya Arum belajar banyak bela diri" Jiwa Arum menjadi membara karena ia tak mau di tindas lagi
"Ok good, ini anak ayah yang hebat" mengelus kepala Arum.
***
05:30
*Triiigggg*
Suara notif hp milik Arum yang berada di atas meja tidur yang berbunyi sebanyak 2 kali.
Arum yang kala itu sudah bangun untuk melaksanakan sholat subuh dan bersiap untuk mandi, ia melihat ada satu orang dengan dua chat yang masuk dari nomor yang tak di kenal. Ia mengabaikan karena ia berpikir itu pasti chat iseng dari orang yang tak di kenal.
Setelah selesai sholat subuh, Arum lanjut untuk mandi. Setelah selesai mandi ia membuka ponselnya sebentar untuk mengecek chat dari siapa tadi. Tak ada foto profil dan juga tak ada nama. Ia sudah sangat yakin bila nomor yang men-chat dirinya adalah orang asing.
Tapi saat ia membuka chatnya.
"Haloo.."
"Ini Liam, temennya Bryan. Yang matanya beda"
Tentu saja Arum sangat kaget, ia bingung dari mana Liam mendapatkan nomornya. Padahal ia belum memberikan nomornya pada siapapun.
Karena sungkan ia menjawabnya.
"Oh halo bang Liam"
Arum langsung mematikan ponselnya. Ia mulai mengingat-ingat dan mulai mengira-ngira dari mana Liam mendapatkan nomornya.
Tak berapa lama, ada notifikasi masuk. Arum tak tahu karena ia sedang sarapan. Saat sudah selesai dan ingin pergi ke sekolah ia melihat lagi ponselnya.
"Arum.. Bryan bilang, kalau pin bajumu semalam jatuh di taman"
Setelah membaca chat itu, ia langsung melihat pin baju yang ada di kerah sebelah kanan. Ternyata benar pin bajunya tidak ada. Ia panik karena tanpa pin baju itu, ia tak di perbolehkan masuk ke dalam lingkungan sekolah, walaupun ia masih berstatus sebagai murid baru.a
"Makasih bang Liam uda ngasi tau. Hmm... pint nya ada sama bang Bryan kan?" Ia mengetik dengan cepat karena panik.
Untungnya tak berapa lama Liam langsung membalas pesannya.
"Ada kok, Nanti kamu tunggu aja di depan gerbang. Hari ini jadwal Bryan yang jaga gerbang"
"Okey bang, makasi ya"
"Oiya.. Kamu datengnya lebih cepat ya. Nanti kalau banyak orang yang melihat, takutnya mereka akan mikir yang macam-macam"
"Oke, makasi sekali lagi ya, bang" Langsung mematikan ponselnya dan bergegas untuk pergi ke sekolah lebih cepat.
Liam yang saat itu sudah sampai di sekolah segera memberitahukan kepada Bryan kalau Arum akan menemuinya di gerbang untuk meminta kembali pint bajunya.
Setelah di beri tahu oleh Liam, Bryan langsung bergegas menuju gerbang utama sekolah. Saat di depan, Bryan sangat menunggu kedatangan Arum.
Cukup lama Bryan menunggu, akhirnya Arum datang. Arum terlihat menggeraikan rambutnya yang panjang untuk menutupi kerah bajunya agar tak ada yang menyadari bila ia tak memakai pin baju.
Kebetulan, tak banyak siswa yang datang saat itu. Bryan langsung menghampiri Arum.
"Arum..." panggilnya dengan nada sedikit pelan.
Arum merasa senang ketika melihat Bryan dan langsung bergegas menghampiri Bryan.
Setelah cukup dekat dengan Arum, Bryan langsung berbalik badan agar tak banyak temannya yang berjaga saat itu, mengetahui bila ada siswi yang tak memakai pint baju sekolah, lalu di selamatkan oleh anggota osis. Jika ada yang mengetahui hal tersebut dan melaporkan kepada guru bk yang bersangkutan, maka Bryan akan mendapatkan hukuman karena telah membantu orang yang melanggar peraturan sekolah.
Setelah itu ia langsung memberikan pint nya dan berjalan kembali ke dekat pintu gerbang.
Karena Bryan langsung kembali tanpa ia sempat untuk mengucapkan rasa terima kasih padanya, membuat dirinya merasa sedikit bingung.
Setelah memasang Pint bajunya di kerahnya, ia langsung berjalan masuk ke dalam gerbang. Saat melewati pemeriksaan atribut sekolah oleh anggota osis, Arum benar-benar di periksa oleh salah satu anggota osis yang sedang berjaga. Anggota osis tersebut langsung memeriksa semua atribut sekolahnya lengkap atau tidak. mulai dari pint baju, simbol, nama, dasi, ada memakai gelang atau tidak, tali pinggang, lalu warna kaus kaki harus putih, dan sepatu haruslah berwarna hitam.
Untungnya dirinya berhasil melewati semua pemeriksaan itu. Dirinya membatin "Kenapa hal yang tak terlalu penting itu harus di periksa sedetail mungkin, kenapa kasus pembullyan dan hal yang serupa tak di periksa sedemikian rupa?" Sepanjang jalan Arum terus menggerutu.
Saat tiba di kelas, Arum langsung di sapa oleh Nabila dengan senyuman ceria "Pagi Arum"
"Pagi juga bila" Arum langsung berhenti menggerutu dan langsung duduk di bangkunya.
"Pagi-pagi kenapa uda kesal gitu?" Tanya Nabila heran
"Itu di depan gerbang tadi, detail banget osis meriksa semua atribut sekolah"
"Iya, aku juga di periksa. Detail banget mereka. Sangkin mau nyari kesalahan orang, mereka sempet ngira ini gelang padalan ini jam tangan" Nabila menunjukkan jam tangan yang ia maksud.
Arum membatin "Tapi kalau di lihat sekilas memang mirip gelang sih"
Mereka berdua menghabiskan waktu dengan mengobrol bersama sampai bel masuk berbunyi.
***
Dihari kedua ini, hampir semua aktivitas sama seperti semalam. Hari ini akan di habiskan oleh beberapa perwakilan ekskul yang belum sempat untuk mempromosikan ekskulnya.
perwakilan ekskul pertama yang mempromosikan ekskulnya adalah Paskibra.
Para perwakilan dari ekskul paskibra satu persatu masuk kedalam kelas Arum. Mereka semua memakai baju yang berbeda. Ada seragam yang khusus untuk acar penting dan ada seragam yang khusus untuk latihan biasa.
Mereka yang memakai seragam itu terlihat gagah dan kharisma mereka keluar seketika. Tapi Arum menyadari akan satu hal, bila di antara mereka yang memakai seragam khusus di acara penting, ada Liam diantaranya.
Arum menyadari kalau Liam tak memakai maskernya seperti hari pertama ia melihat Liam, iapun terus memperhatikan wajah Liam yang shining shimmering splendid dan tampan paripurna. Dirinya berharap bila Liam tersenyum padanya. Tapi Liam yang terlihat begitu profesional, sampai membuatnya tak begitu memperhatikan sekelilingnya, ia hanya fokus pada pandangan yang ada di depannya.
Semua yang memakai seragam berjalan kebelakang kelas dan kembali ke depan kelas. Mereka semua memperlihatkan baris berbaris dengan sangat bagus dan kompak. Tatapan mereka terlihat sangat tegas dan hanya melihat kedepan saja tanpa melirik ke kanan dan ke kiri.
Setelah mereka selesai memperlihatkan baris berbaris, beberapa senior yang sudah kelas 12 menjelaskan pada juniornya yang masih baru masuk tentang apa itu paskibra dan baris berbaris yang di tunjukkan tadi.
Liam sadar kalau dari tadi Arum memperhatikan dirinya, dari tadi ia memang memiliki niat untuk tersenyum padanya. Tapi ia mengurungkan niatnya selama masih melakukan gerak jalan tadi.
Setelah para senior kelas 12 menjelaskan, mereka memberikan brosur pendaftaran ke setiap murid yang ada di kelas itu. Setelah membagikan dan semuanya mendapatkan brosur pendaftaran, mereka pun ijin untuk keluar.
Yap tak berselang lama mereka keluar, beberapa anggota osis datang untuk menjaga mereka. Tapi yang masuk berbeda dari yang semalam.
"Halo adik-adik, perkenalkan nama kakak adalah kak Tasya"
"Dan nama abang adalah Juan"
Setelah memperkenalkan diri, Tasya duduk di kursi guru dan Juan mengambil kursi murid yang kosong dan membawanya ke depan tepat di sebelah Tasya, lalu ia mendudukinya.
Karena suasana kelas yang hening, Tasya dan Juan berusaha untuk mencari topik agar kelas terasa ramai.
Akhirnya mereka hanya meminta setiap murid untuk memperkenalkan dirinya masing-masing. Murid yang pertama kali memperkenalkan dirinya adalah murid yang duduk di bangku depan sebelah kanan dekat pintu.
Tak berapa lama, akhirnya giliran Arum yang memperkenalkan dirinya.
Arum berdiri untuk memperkenalkan dirinya "Halo, nama saya Arum Asteria Az-Zahra, panggil aja Arum. Hobi ku adalah bersantai. Hal yang aku suka adalah tak terlalu banyak berbaur pada khalayak ramai. Terimakasih"
Saat dirinya ingin duduk, tiba-tiba Juan bertanya padanya. Hal itu membuatnya tak jadi duduk.
"Eh kamu yang kemarin di parkiran kan?" Juan bertanya karena ia melihat Arum dan Bryan saat di parkiran.
"Parkiran?" Arum lupa karena belakangan ini sering melewati banyak parkiran.
"Itu loh yang semalam, yang kamu di tawarin Bryan pulang bareng" Juan mecoba mengingatkan Arum dengan parkiran yang dirinya maksud.
"Oo iya, itu saya!"
"Kalau boleh tau, kamu kenapa bisa akrab dengannya?"
Arum kesal dan rada bingung saat ingin menjelaskannya seperti apa. Sejak semalam banyak orang yang terus bertanya pada dirinya, kenapa ia bisa dekat dengan Bryan hanya dalam satu hari.
"kami sefrekuensi"
Arum hanya menjawab singkat dan kembali duduk karena kesal terus di tanya
Juan masih belum merasa puas dengan jawaban Arum yang begitu singkat, tapi karena ia tidak ingin membuat Arum risih ia mau tak mau untuk tak bertanya lagi seputar Bryan.
"Oke lanjut!" Tasya langsung sigap ketika Arum telah duduk
Setelah semua murid selesai memperkenalkan diri mereka masing-masing. Juan mulai mengajak Tasya untuk bercerita. Hal itu membuat suasana kelas menjadi hening kembali.
Nabila juga merasa heran kenapa hampir semua senior selalu bertanya tentang hal yang sama. Ia memiliki niat untuk mencari tahu sendiri siapa Bryan.
***
*Dengg... Dooongg"
Bel istirahat akhirnya berbunyi. Juan dan Tasya berpamitan untuk keluar kelas dan menuju ke kantin.
Nabila mengajak Arum untuk keluar kelas agar ia tak terus-terusan berada di kelas seorang diri dan terus di ganggu oleh Bryan yang dapat menambah rasa penasaran senior terhadap dirinya.
Mau tak mau, Arum ikut keluar bersama Nabila. Nabila mengajaknya ke kantin yang cukup jauh dari kelas mereka.