Saat di parkiran, banyak orang yang melihat Bryan mengajak seorang perempuan untuk pulang bersamanya.
Tentu saja itu adalah sebuah kejadian langka. Bryan di kenal hanya punya satu teman, yaitu Liam seorang. Banyak yang kaget bila ia tiba-tiba menjadi dekat dengan seseorang hanya dalam satu hari. Hampir semua orang yang berada di parkiran mangkin penasaran siapa perempuan yang di dekati oleh Bryan itu.
Baik laki-laki dan perempuan, mereka semua memperhatikan Bryan dan Arum. Tak ada satu pun yang berani untuk bertanya langsung pada Bryan. Cara satu-satunya bagi mereka untuk mengetahui informasi tentang Bryan adalah melalui Liam.
Untungnya hari itu Liam pulang 2 jam lebih cepat karena ia ada urusan mendadak.
***
Arum menunggu di luar gerbang utama. Ia menyadari kalau beberapa kakak kelas terus menatapnya. Bahkan tatapan itu seperti merendahkan dirinya. Arum sadar kalau tak sedikit yang menceritakan dirinya, tapi ia tak peduli akan hal itu.
*ctak*
Liam menjentikkan jarinya. Arum seketika sadar dari melamunnya.
"Hey napa melamun?" Bryan melihat sekelilingnya. Beberapa teman-temannya terus melihat kearah mereka berdua.
"Oh uda dateng. Hahah maap bang gk sadar"
"Mikiri mereka ya?" Bryan merasa bersalah pada Arum karena ia tiba-tiba menjadi akrab pada Arum dan membuat teman-temannya kaget.
Arum hanya menggelengkan kepalanya dan tak menjawab pertanyaan Bryan.
Akhirnya Arum naik keatas motor Bryan, ia duduk di belakang Bryan. Tentu hal itu membuat yang melihat mereka berdua merasa ada yang iri dan dengki.
"Hey kau tak apa kan?" Tanya Bryan sambil mengendarai motornya.
"No prob, im okey" Jawab Arum dengan sedikit teriak.
Tak lama akhirnya Bryan berhenti di salah satu minimarket yang cukup jauh dari sekolah. Ia sengaja tak pergi ke minimarket dekat sekolah, karena ia yakin pasti akan banyak orang yang mampir ke minimarket dekat sekolahnya itu.
Bryan membukakan pintu minimarket dan mempersilahkan Arum masuk terlebih dahulu. Setelah mereka berdua masuk, ada seorang kakak-kakak yang terlihat masi muda dengan ramah menyambut mereka dengan hangat.
"Selamat datang di aprilmart" sambil merapatkan kedua tangannya.
Arum memberikan senyumannya pada kakak tersebut sebagai tanda bila ia menghargainya.
Saat di area minuman, Bryan mulai memilih minuman yang ia mau. Tetapi karena minuman yang ia mau sedang tidak ada di lemari es, akhirnya ia bingung untuk membeli yang mana.
Karena terlalu lama memilih, Arum sempat berpikir kalau Bryan mengkhawatirkan soal harganya.
"Bang, pilih saja yang mana. Yang mahal pun gak apa, hari ini adek yang beliin" Ucap Arum di karenakan ia melihat Bryan terlalu lama memilih.
"Bukan gitu... Minuman yang biasa abang suka, lagi gk ada. Jadi bingung mau yang mana"
Karena tahu alasan mengapa Bryan lama memilih, akhirnya Arum merekomendasikan minuman yang ia suka.
"Yang ini bang, kalau abang suka kopi. Tapi kalau abang suka yang seger, yang ini. Enak rasa lemon trus ada mint-nya" Arum menunjuk ke beberapa minuman kaleng yang ada di lemari es
Akhirnya Bryan memilih minuman kaleng rasa lemon yang di rekomendasikan oleh Arum. Mereka berdua ke kasir. Saat ingin membayar, kakak-kakak yang sedang melayani mereka, mengira kalau yang akan membayar adalah Bryan. Ia sempat menanyakan ada kartu member pada Bryan. Tentu saja dengan spontan Bryan menjawab "tidak punya, kak".
kakak-kakak yang melayani mereka kaget saat mengetahui yang membayar adalah seorang wanita. Seketika mbak itu langsung meminta maaf pada Arum karena kurang menghargai Arum.
"Maaf ya mbak, saya kira mas ini yang bayar"
"Haha gk apa kak" ucap Arum untuk mencairkan suasana
"Jika mbak merasa kurang dihargai, saya minta maaf sekali lagi ya. Soalnya saya sempat mengira kalau mas ini pacar mbak"
dengan spontan Arum menjawab "Eh gk mbak, ya Allah. Dia abang saya"
Mendengar jawaban dari Arum, Bryan merasa sedikit nyess.
Belanjaan yang mereka beli tadi, di bawa oleh Bryan karena ia merasa tak enak.
Saat di luar Bryan menanyakan satu hal padanya. Tapi ia masi belum berani untuk bertanya jadi ia menggantinya dengan pertanyaan basa basi.
"A-arum..."
"Ya, kenapa bang?"
"Mau pulang sekarang gk?"
"Hmm.... gak deh, di rumah lagi sepi soalnya. Tunggu agak sorean baru kak pulang kuliah"
"Mau jalan-jalan gk?" Bryan sangat bersemangat ketika Arum mengatakan kalau ia belum ingin pulang.
"Boleh! di taman tadi aja bang" Arum sangat bersemangat ketika ada orang yang mengajaknya jalan-jalan dan kebetulan ia ada melihat taman yang cukup indah dan ingin mengunjunginya
"Eh taman yang mana?" Bryan bingung karena ia adalah tipe orang yang tak terlalu memperhatikan sekeliling saat sedang berkendara.
"Yang tadi, yang dekat dengan bundaran"
"Ooo yang ada menara jamnya bukan? kalau gk salah, itu dekat GOR kan?" Bryan mencoba mengingat.
"Gak sampai GOR juga bang, tapi ya daerah situ la"
"Okey-okey, Abang tau dimana"
Mereka berdua pergi ke taman yang di maksud oleh Arum. Saat tiba di taman itu, ia sampai terkesima betapa indahnya taman itu. Penuh dengan pohon dan juga tanaman yang indah. Taman itu sangatlah sejuk walau waktu sedang terik-teriknya karena di sekitar taman banyak di tanami pohon yang berdaun lebat.
Setelah berjalan memasuki taman, mereka duduk di salah satu bangku taman. Bryan membuka kaleng minuman yang di beli tadi.
Iya teringat akan satu hal. Ia ingin bertanya mengapa Arum saat sehabis kembali dari kamar mandi ia memasang muka kesal.
"Arum" menoleh ke Arum
"Hmmm?" Arum menjawabnya sembari membuka kaleng minuman.
"Tadi pas balik ke kelas, kenapa mukanya kek kesel gitu?"
"Ha? pas kapan?" Arum bingung karena ada 2 hal yang membuat ia kesal hari ini.
"Itu loh yang pas kita papasan di lorong, tapi kamunya mau ke arah kamar mandi. Kan pas balik mukamu kesel"
"Oo yang itu, kenapa?"
"Itu kamu kenapa?"
"Oo itu tadi, ada 3 kakel yang dateng ke kamar mandi juga tadi, trus ia marah-marah sama Arum"
"Loh emangnya kamu salah apa sama mereka?" Bryan sedikit ikutan kesal.
"Gak ada si, itu gara-gara mereka fansnya abang tau!. Mereka bilang suruh jauhin lah ini lah. Lah adek bingung mereka kan seangkatan sama abang, justru malah bisa dong temenan. Ini mala nyuru jauhin" Arum menggebu-gebu menceritakannya pada Bryan
"Pfftt hahah, maaf ya" akhirnya rasa penasaran Bryan sirna.
"Hee kenapa tertawa!" Arum kesal ketika melihat respon Bryan.
"Gini... temen abang itu cuman Liam aja. Selebihnya ya cuman sekedar ngomong aja. Cuman sama Liam abang nyambung untuk ngobrol sama yang lain gk. Itu sama kayak kamu, jadinya abang seneng banget pas tau kamu sekolah disini." Bryan menceritakannya dengan wajah berseri-seri.
"Berarti maksud abang, Arum ini versi kedua dari bang Liam? gitu?"
"Kurang lebih gitu"
"Hee bedaa!! Masak Arum jadi lakik"
"Bukan gitu🥲"
"Hahah becanda Arum paham kok"
"Nah mangknya itu, asal jumpa sama Arum di jalan atau dimana aja, abang ngerasa seneng pake banget. Ada temen ngobrol soalnya"
"Ooo okey... Tapi mereka nganggep kita terlalu berlebihan"
Bryan ingin mengatakan alasan sebenarnya mengapa ia memperlakukan Arum berbeda dari yang lain, selain sebagai teman ngobrol. Tapi ia ngerasa itu terlalu cepat, ia menundanya sampai ada saat yang tepat.
Bryan hanya bisa menjawab.
"Naah untung paham hehhe...."
Mereka menghabiskan waktu bersama dengan mengobrol dan bercanda tawa. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 15.00 sore.
Bryan mengantar Arum pulang ke rumah dengan selamat. Tapi sudah sore pun keadaan rumahnya masih terlihat sepi. Tidak ada kendaraan yang terparkir di halaman rumah.
"Arum kk mu belum pulang?" Bryan bertanya karena ia merasa khawatir bila anak perempuan sendirian di dalam rumah.
"Harusnya bentar lagi sih" Ucapnya sembari membuka pintu gerbang
"Kamu gk apa kan kalau sendirian?"
"Hahah gk apa bang, uda biasa soalnya" Arum berkata seperti itu untuk tak memberi Bryan merasa khawatir.
"Oo okey. Abang pulang dulu ya"
"oiya bang makasi ya uda nganterin ya"
"Yaudah masuk sana"
Arum pun masuk kedalam rumahnya. Tetapi Bryan masi tak kunjung pergi. Ia ingin memasang bahwa Arum masuk kedalam rumahnya.
Setelah memastikan Arum masuk kedalam rumah, Bryan memutar balik motornya dan pergi pulang ke rumahnya.