Chereads / kisahku yang berbeda / Chapter 3 - Chp-2 | Bryan

Chapter 3 - Chp-2 | Bryan

Akhirnya bel berbunyi dan jam istirahat pun tiba, beberapa teman sekelasnya keluar untuk membeli makanan di kantin, termasuk Nabila.

Arum memilih untuk tidak keluar karena ia sudah menebak pasti saat ini kantin sedang ramai-ramainya.

Ia memilih membuka media sosial untuk menghabiskan waktu istirahatnya. Lalu kemudian, beberapa teman sekelasnya Arum yang sedang berada di depan pintu memanggil namanya.

"Yang namanya Arum ada di sini gk?" Ia berteriak agar seisi kelas mendengarnya

"Aku Arum, kenapa?" secara spontan ia langsung menjawab

temannya itu langsung menoleh keluar dan menunjuk kearahnya "Itu bang orangnya yang duduk nomor 2 dari belakang"

Bryan datang ke kelas Arum seorang diri. Ketika telah melihat Arum duduk dimana, ia langsung masuk dan berjalan kearah Arum sambil membawa 2 roti keju. Arum yang saat itu sedang bersantai berubah menjadi kaget, dan sedikit bingung.

"Halo Arum" Bryan memberikan senyuman manisnya pada Arum sambil melambaikan tangannya.

"Halo juga bang" Senyum karena bingung tiba-tiba Bryan mendatanginya

Tentu saja hal itu membuat seisi kelas, terutama teman perempuannya menjadi kaget dan langsung melirik ke arah Arum. Dan ada juga yang sampai berbalik badan hanya untuk melirik Bryan bukan Arum.

Kebetulan bangku yang ada di depan Arum kosong karena orangnya sedang pergi ke kantin untuk membeli makanan. Bryan langsung duduk ketika melihat ada bangku kosong. Posisi ia duduk persis menghadap ke hadapan Arum dan membelakangi papan tulis.

Karena posisi duduk Bryan yang pas berada di hadapan Arum, hampir membuat perempuan yang ada di kelasnya menjadi salting. Beda dengan Arum yang merespon hal itu dengan biasa saja.

"Masi suka roti keju kan? Tadi di kantin kebetulan liat jadi sekalian aja beli" Menyodorkan roti tersebut kearah Arum sambil tersenyum.

Seketika Arum merasa sedikit lepas saat ngobrol dengan Bryan.

"Makasi bang, lain kali nanti aku belikan minuman kaleng, masi suka kan?" mengambil roti tersebut dengan memberikan senyuman.

"Hahah okey, tenang aku juga masi suka kok"

Bryan sedikit merubah nada bicaranya di akhir kalimat yang berarti memiliki maksud lain.

"Okey nanti aku belikan"

"Nanti ku antar ke minimarket biar kau belikan hari ini"

"Siip!" ia memberikan jempolnya sebagai jawaban setuju.

"Kau tak berubah ya, Arum" Tiba-tiba Bryan mengganti topiknya

"Berubah? Hahah ga mungkinlah" Arum masi merasa kalau dirinya sedikit berubah menjadi lebih lepas untuk berbicara.

"No, emg gk berubah. Tetap ramah"

"Pfftt ya Allah bang" memukul bahu Bryan karena ucapannya yang tak terduga.

Bryan terlihat tersenyum bahagia ketika melihat Arum bahagia karen memukul bahunya.

Arum teringat akan satu hal dan ia langsung mengatakannya pada Bryan

"Oiya bang, tadi ada orang dari osis yang nanyain abang ke Arum"

"Nanya apa tu?" Sambil makan roti yang ia beli tadi.

"Arum kenal abang dari mana?. Gitu kalau gk salah inget" dengan wajah polosnya

"Hahah ya ampun, segitu keponya mereka padamu" Bryan merasa sedikit lucu melihat ekspresi polos Arum.

"Kenapa? apa abang cukup wow sampai mereka sebegitunya?"

"Wow? Kayak apa tu?"

"Terkenal! kan biasa anak osis lumayan terkenal di sekolah apa lagi abang ganteng gini modelannya pasti ya terkenal dong" Ucapnya dengan semangat tanpa menyadari kata-katanya yang bisa membuat orang salah paham, termasuk Bryan.

Didalam hati Bryan, ia sudah sangat salting karena di bilang ganteng oleh Arum.

"Haha ya dong sapa dulu kalau gk abang, Hahahaha" Bryan berusaha menyembunyikan saltingnya dengan mulai bercanda.

Arum sedikit merasa kesal karen pertanyaan tak di jawab dengan jawaban yang pasti.

Tiba-tiba pemilik bangku yang diduduki Bryan datang.

"Bang anu, saya mau duduk"

"Yaah kenapa cepat balik sih, abang masih mau ngobrol sama dia" berdiri sambil ngomel-ngomel gk jelas

Akhirnya Bryan bangkit dan mencari bangku kosong lagi untuk bisa tetap mengobrol dengan Arum. Ia mendapati sebuah bangku yang tak ber-pemilik yang berada di belakang tepat dari posisi Arum duduk dan ia segera membawanya menuju meja Arum.

"Kenapa gk disini aja bang? kan bangku ini juga kosong" menunjuk kearah bangku nabila

"Gak nanti diusir lagi kalau orangnya uda balik"

Ia memutar bangku tersebut menghadap ke belakang dan mendudukinya menghadap Arum.

Bryan dan Arum melanjutkan obrolan mereka. Sementara itu perempuan yang ada di kelasnya sibuk membicarakan Arum dan Bryan.

Bryan teringat akan satu hal dan segera memberi tahukan pada Arum.

"Arum, nanti akan ada tes untuk penempatan kelas. Hasil tes itu bakal nentuin dimana kelasmu nanti. Nanti di kertas itu ada kolom Ipa atau Ips, nah kamu milih Ips aja. Kan cita-citamu mau jadi orang management, abang sarankan masuk ke Ips aja"

"Eh kenapa? Bukannya kalau milih ipa, kita bisa milih semua jurusan?"

"No! itu mindset orang jaman dulu, kalau kamu nanti jadi siswa Eligible bakalan

susah karena harus linjur. Trus kamu bakal membebani mereka yang IPS karena mereka harus bersaing sama anak IPA yang linjur"

"Linjur?" Arum masi belum terlalu mengerti dengan obrolan mereka sekarang

"Lintas jurusan. Misal kamu ipa nih, trus kuliahnya ngambil jurusan ips"

"Hmm okey.. Bentar abang bilang gini karena abang anak ips kan?"

"Hahaha yaps, abang anak ips"

Arum mulai berpikir akan satu hal. Ada benarnya yang di bilang oleh Bryan dan ia juga tak terlalu suka dengan pelajaran kimia dan sejenisnya. Akhirnya ia memutuskan akan memilih IPS, tapi sebelum itu ia ingin membicarakannya dengan keluarganya.

Tak lama kemudian Nabila datang. Ia bingung laki-laki yang duduk di dekat Arum dan mengobrol dengannya itu siapa. Saat ia mendekatinya, Bryan mirip dengan salah satu idola Nabila.

Nabila terkejut saat melihat wajah Bryan yang begitu mirip dengan idolanya. Ia sampai reflek berkata "Loh.. Kok Dio ada disini?"

Bryan yang mendengar perkataan Nabila itupun menjadi kaget. Ia tak tahu Dio itu siapa.

Tapi Arum mewakili rasa penasarannya Bryan yang bingung

"Siapa Dio?"

"Iikkh itu loh, aktor sekaligus penyanyi. Bentar ya biar aku search" langsung membuka hpnya dan langsung searching.

"nah ini" menyodorkan ponselnya ke arah Arum dan Bryan .

Karena Arum merasa kalau Bryan dan Dio yang di maksud Nabila itu berbeda, spontan ia menyeletuk "gk mirip kok"

"Mirip! liat deh bentuk matanya, miripkan"

Arum melihat dan membandingkan sekali lagi mata Bryan dan Dio, baginya bentuk mata mereka berdua tidak la mirip sama sekali. Arum menggelengkan kepalanya sebagai tanda mereka tak mirip.

Bryan merasa lucu dengan situasi yang di alaminya.

"Tapi sama-sama ganteng kan?" ucapnya sambil sedikit tertawa.

"Iya!" Ucap Nabila spontan

"Ha?" Arum merasa tak setuju.

*Deengg... Doonggg...*

Bel masuk berbunyi, perlahan semua murid masuk kedalam kelasnya masing-masing.

Beberapa anggota osis kembali menjalankan tugasnya.

"Waah uda masuk ya" Bryan berdiri dan melihat ke arah luar dari balik jendela kelas.

Arum tak mau bila Bryan telat masuk ke kelasnya ia pun memintanya untuk balik "Uda balik sana bang"

"Heee... ini kan masi hari pertama masuk, jadinya gk belajar dong. Apa lagi kami yang osis, sibuk tapi bukan karena belajar" Bryan mendekatkan wajahnya dan tersenyum pada Arum.

Nabila yang melihat kelakuan Bryan yang berusaha untuk membuat Arum salting padanya dengan memberikan senyuman milik nya, malah dirinya yang menjadi salting karena senyuman Bryan.

Tak berapa lama, salah satu anggota osis yang masuk tadi masuk kedalam kelas Arum karena bel masuk sudah berbunyi.

"Yan! Napa disini? Kan kau di kelas sebelah" Nada bicara terdengar sedikit kesal.

"Oh ku lupa bilang, ku tukeran kelas sama Silvana, jadi yang disebelah dia" Ucapnya sembari menyeret kursinya dan berjalan arah depan.

"Dih picik" Liam masuk lalu berjalan ke arah kursi guru dan mendudukinya

"Hahaha santai, Yam. Kelas sini adem soalnya" Menaruh kursinya didekat meja guru lalu mendudukinya.

Bryan merasa kalau dirinya kurang sopan karena belum memperkenalkan dirinya pada para juniornya dan tiba-tiba masuk seperti tadi. Akhirnya ia kembali berdiri untuk memperkenalkan dirinya.

"Halo... nama abang Bryan Nugraha, anak kelas 11 ips 1. Kelasnya yang di ujung deket perpus" Ia melambaikan tangannya dan berusaha untuk ramah pada adik kelasnya tapi di saat yang sama merasa sedikit canggung.

"Ada yang mau nanya tentang abang ini? dia kemari karena tukeran sama kakak-kakak yang tadi masuk bareng sama abang" Mukanya berubah menjadi sedikit datar.

Ada satu murid perempuannya yang mengangkat tangannya untuk bertanya. Bryan yang melihat tangan perempuan itu naik, langsung mempersilakannya. "Ya silahkan tanya apa yang kau mau tau"

Karena posisi duduk perempuan yabg bertanya padanya berada di belakang, Bryan berdiri agar bisa melihat wajah audiens yang bertanya.

"Oh jangan lupa berdiri dan perkenalkan namamu ya" Ucapnya sebelum perempuan itu mulai berbicara

"Perkenalkan nama saya Susan. Saya mau nanya nih. Kalau boleh tau, abang siapanya dia?" menunjuk ke arah Arum.

"Loh kirain tadi mo nanya yang lain tapi ini malah nanyak yang sedikit pribadi. Ya uda deh gak papa" Bryan kaget akan pertanyaan yang di ajukan olehnya itu benar-benar di luar ekspektasinya.

Liam yang saat itu berada di sebelahnya tahu betul, kalau Bryan adalah orang yang tak terlalu suka untuk di tanyakan tentang hal pribadi dirinya.

Ia menyenggol tangannya dan berbisik pelan padanya "Hey kalau tak mau jawab tak apa, biar yang ini di skip aja"

Bryan pun menoleh kearah Liam karena reflek di senggol Liam. "it's oke! biar sekalian mereka tahu kalau kehidupan pribadi ada yang gk perlu dipertanyakan"

Bryan kembali menatap kearah depan. Matanya langsung menatap tajam ke arah perempuan yang bertanya padanya.

"Jadi gini. Hmm... kalau abang bilang, dia adalah orang yang penting bagi abang, kau ingin berbuat apa padanya?" ia melirik kearah Arum dengan tatapan hangat dan tak lupa pula memberikan senyumannya.

Satu kelas langsung kaget dan men 'cie-cie' kan Arum dengan Bryan. Arum tentu saja kaget dan bingung atas perkataan Bryan.

"Ha apa sih bang?" Ia membatin dan menunjukkan ekspresi bingung

"Oke cukup! Yang lain?" Liam langsung memotong situasi yang sedang berada dalam kondisi ribut.

Karena tau Liam memotong situasi, Bryan hanya diam dan kembali duduk.

Setelah itu mereka pun menghabiskan waktu mereka dengan mengobrol bersama agar bisa menjadi lebih dekat.