Chereads / kisahku yang berbeda / Chapter 4 - Chp-3 | Liam

Chapter 4 - Chp-3 | Liam

Selama mereka semua ngobrol dengan Bryan dan Liam, tidak ada satupun murid yang mempunyai pertanyaan yang menarik. Bryan sangat menunggu pertanyaan dari Arum, tapi ia tak kunjung mengangkat tangannya. Bryan mulai bosan dengan kondisi kelas.

Ia pergi keluar untuk mencari orang-orang yang mewakili ekskul untuk mempromosikan ekskul mereka kembali. Tapi ia tak kunjung menemukannya. Akhirnya ia pergi ke stan ekskulnya sendiri yaitu ekskul basket. Stan ekskulnya berada cukup jauh dari kelasnya Arum.

Ia pergi keluar tanpa bilang terlebih dahulu pada Liam kalau ia ingin pergi ke Stan basket.

Ia lari ke lapangan dan mencari dimana Stan basket ada dimana. Akhirnya ia menemukannya, stannya berada di bawaha sebuah pohon yang cukup rindang daunnya yang berada di dekat taman mini sekolah.

Ia melihat ada Coachnya yang sedang duduk di kursi yang berada di bawah pohon rindang

Ia mendatanginya dan berkata "Coach... apa orang-orang basket gk ada yang mewakilkan?"

"Loh tumben kemari? Ada kok yang mewakili, mangkanya coach nunggu disini"

"Napa dari tadi gk mampir ke kelas?"

"Tunggu aja, mungkin mereka masi promosi di kelas lain"

"Oke la aku balik, oiya hari ini gk latian kan, coach?"

"Latian sih, tapi kalau tanganmu uda rada mendingan datang aja. Kalau belum jangan dulu, nanti makin parah. Bisa-bisa kamu gk masuk ke sekolah karena gk bisa nulis"

"Kalau soal itu gampang coach, tinggal poto, terus kalau uda sembuh ya tinggal di tulis ulang. Oke la makasih coach, aku balik dulu ya" Bryan berbalik badan dan berjalan kembali ke kelasnya

"Heleh itupun kalau kamu ada niat buat nulis" Coachnya tak mempercayai ucapan Bryan yang sok rajin

"Hehehe tau aja" Ia spontan menoleh kebelakang sambil berjalan ke arah depan.

***

sedangkan di sisi lain.

"Astaghfirullah kemana anak itu, kenapa gk pergi dan gk balik??" Liam membatin karna kesal di tinggal sendirian untuk menjaga kelas.

Situasi di kelas lama-lama mulai garing, ia sudah kehabisan bahan untuk bercerita. Tapi tiba-tiba saja Arum mengangkat tangannya, Liam pikir Arum ingin bertanya tapi ia meminta ijin untuk ke toilet.

Lalu ia memberitahu dimana toilet perempuan berada, dan juga menitipkan pesan bila ia ketemu dengan Bryan suruh kembali cepat.

Arum mengingat pesan dari Liam bila ia bertemu dengan Bryan nantinya. Selama perjalanan ke toilet, ia melewati beberapa gerombolan senior perempuan yang terlihat memakai almamater biru milik osis. Mereka terus meliriknya dengan cara sembunyi-sembunyi. Tentu saja lirikan itu sangat ketara dan Arum sadar akan hal itu.

Ia tak ingin menggubris dan mencari masalah dengan mereka, karena ia masi baru pertama kali masuk. Akhirnya ia hanya melewati mereka saja dengan cara berjalan sedikit menunduk untuk sedikit menghormati mereka.

Dari jauh Bryan melihat Arum yang sedang berjalan menunduk, ia memiliki ide untuk menabrakkan dirinya sendiri ke Arum yang sedang berjalan seperti itu di persimpangan lorong dekat uks.

Di persimpangan lorong dekat dengan uks, Bryan sudah stand bye berada disana. Ia tahu kalau Arum ingin pergi ke toilet pasti akan melewati jalur itu.

*bruukk...*

Tabrakan pun terjadi. Karena badan Bryan cukup tinggi dan besar, dan tubuh Arum yang kecil dan lebih pendek dari tubuh Bryan, membuat Arum hampir oleng dan jatuh ketika menabrak Bryan dikarena perbedaan ukuran tubuh mereka yang tak seimbang. Dengan sigap Bryan langsung menggenggam pergelangan tangannya Arum agar ia tak jatuh.

"kalau jalan lihat-lihat dong" Bryan mengubah nada bicaranya menjadi sedikit marah.

Seketika Arum langsung menengadahkan kepalanya untuk melihat siapa yang ia tabrak sampai membuat badannya oleng seperti mau jatuh.

"Loh bang By?" Arum memanggil Bryan dengan sebutan 'by' karna memang dari dulu Bryan suka dipanggil seperti itu.

"Eh Arum toh, kebetulan ya. Maaf uda nabrak" ia masi berpura-pura tak tahu kalau tabrakan tadi memang sudah di rencanakannya.

Arum tak menggubris permintaan maafnya itu, ia hanya teringat bila bertemu Bryan di jalan suruh cepat balik.

"Oiya tadi bang Liam meminta abang kembali cepat, kayaknya ia uda mulai kehabisan topik" kembali berjalan ke arah toilet

"Oh iya nanti deh, abang masi belum mau balik, karna abang juga uda kehabisan topik mangkanya abang pergi" Mengikuti Arum jalan.

"Heee gak bertanggung jawab!" memukul lengan Bryan karena Arum merasa ia melepaskan tanggung jawabnya sebagai pengawas kelas.

"Hahha iya ampun, abang balik deh tapi abang mau nemenin kamu" ia berniat untuk menunggu Arum selesai ke toilet agar ia bisa berjalan barengan lagi.

Arum langsung menoleh kearah Bryan, ia mengerutkan alisnya dan menyipitkan matanya. "Abang mesum ya?"

"Eh gk gitu!!" Bryan mulai panik ketika niat baiknya di salah artikan.

"Jadi mau ngapain? Mau ke toilet wanita buat apa?" Arum mulai menginterogasinya.

"Iya-iya deh abang balik nih!" Karena tak ada pilihan lain, ia pun mau tak mau pergi kembali ke kelas.

Bryan kembali ke kelas dan Arum pun kembali berjalan ke toilet. Tapi disisi lain, beberapa senior perempuannya yang melihat mereka berdua tadi sedikit merasa geram dan iri dengan Arum. Mereka adalah anggota cheerleaders tim basket sekaligus penggemar Bryan.

***

Saat di kelas.

"Kemana aja?" tanya Liam kesal

"Maap deh tadi ke Stan basket"

"Dih"

Tiba-tiba ada seorang anak yang mengangkat tangannya untuk bertanya. "Anu bang saya mau nanya"

"Oh ya silahkan, perkenalkan namamu dulu baru sebut pertanyaan" Liam yang merespon anak tersebut.

"Nama saya hadi. Pertanyaan saya simpel, abang itu kenapa selalu make masker"

"Eh kamu belum tau nama abang ini? apa yang lain juga gk tau?" Tanya Bryan dengan muka sedikit bingung

Semua kelas menggelengkan kepala mereka

"Oiya lupa maap, karena ada yang berantem tadi jadinya kelupaan hahha"

"Tch gk sopan, gk baik jadi panutan" Bryan meledek Liam karena dia lupa untuk perkenalan

Liam membuka maskernya dan mulai memperkenalkan dirinya "Oke nama abang Liam Ezward, abang blesteran orang luar, mangkanya mata abang biru sebelah yang sebelah kanan, bukan pake kontak lens ya"

"Pfftt siapa juga yang mau make kontak lens cuman sebelah" Bryan meledek Liam

"Nah mangkanya itu, kak Angga sering sewot karena dia ngira aku make kontak lens" make masker lagi

Ada murid yang tiba-tiba nyeletuk "bang napa make masker lagi, padahal abang cakep loh"

"Ya Allah, Abang pilek! Mau ketularan?" Liam mulai sedikit kesal karena mereka terlalu penasaran padanya hanya karena ia seorang blesteran.

"Oo okey, berarti rambut Abang pirang dong harusnya" lanjut murid tersebut

"Ya harusnya, tapi abang gk kebagian. Rambut pirangnya uda di ambil sama saudara abang paling besar. Ngomong-ngomong dia juga sekolah sini, namanya Yoren. Anak 12 ipa 1" lanjutnya

Satu kelas merasa sedikit over proud dan tak percaya bila ada 'orang bule' yang bersekolah di sekolah mereka, padahal mereka blesteran bukan orang luar asli.

"Oke ada yang mau nanya lagi?" Ucap Bryan untuk menyudahi pertanyaan tadi.

Tiba-tiba ada beberapa perwakilan dari ekskul basket yang meminta izin pada mereka untuk mempromosikan ekskul mereka pada kelas Glodok Tiang.

Tentu saja Bryan langsung mengizinkan mereka masuk.

Liam dan Bryan duduk di bangku mereka yang berada didepan kelas. Mereka diam sambil menyimak ekskul basket yang sedang mempromosikan ekskul mereka.

Cukup lama setelah ekskul basket selesai mempromosikan ekskul mereka dan keluar dari kelas, Arum kembali dengan wajah kesal.

Tentu sana Bryan melihat raut wajah Arum yang terlihat kesal. Ia ingin bertanya tapi sepertinya kondisinya tak memungkinkan.

Akhirnya ia memutuskan untuk bertanya pada saat pulang sekolah nanti.

***

Pukul 13: 30

*Deengg.... Doooong*

Hari pertama masuk pun berakhir. Waktu yang di habiskan hari ini hanya untuk mengobrol dan mempromosikan beberapa ekskul. Dan hal itu akan kembali terjadi sampai 2 hari kedepan.

Sungguh hari yang membosankan. Arum berharap ia bisa langsung cepat belajar tanpa melewati masa PLS ini. Dan juga tak ada satupun ekskul yang membuat ia tertarik untuk mendaftarkan diri.

Walaupun dihari pertamanya yang dimana aktivitasnya hanya seperti itu, yang tak banyak melakukan kegiatan fisik. Itu saja sudah membuatnya sangat lelah dan capek. Ia ingin sesuatu yang menarik.

Arum jalan sendirian ke gerbang utama sekolah. Ia tak jalan bareng bersama Nabila, dikarena ternyata ada temannya saat SMP yang juga bersekolah di SMA yang sama. Akhirnya Nabila pulang bersama temannya itu dan meninggalkan Arum sendirian.

Di satu sisi, saat Bryan hendak pergi ke parkiran motor untuk mengambil motornya. Ia melihat Arum yang sedang jalan sendirian tapi tampak lesu. Ia menyempatkan dirinya untuk menjumpai Arum.

"Aruuumm!!" Bryan berteriak dari arah Pos satpam yang dekat dengan parkiran motor.

Arum terhenti ketika mendengar namanya dipanggil, ia segera mencari sumber suara itu dari mana dan siapa yang berteriak memanggil namanya. Karena ia terus mencari dan tak kunjung ketemu siapa yang berteriak, akhirnya ia kembali berjalan ke arah depan lagi.

Bryan melihat Arum yang tak meresponnya ketika ia memanggil namanya, akhirnya ia memutuskan untuk berlari ke arahnya.

Ia menepuk pundak Arum. Sontak, hal itu membuat Arum kaget, ia langsung menoleh kearah Bryan.

"Hey kenapa sekagaet itu?" Bryan merasa sedikit merasa bersalah karena sempat memanggilnya dan membuat Arum jadi melamun.

"Loh yang teriak manggil Arum itu abang?"

"Iya hehe" Ia menggosokkan jari telunjuknya ke hidung dan terlihat mukanya berseri-seri.

Arum langsung memukul bryan karena ia kesal, ia sempat kaget saat di mendengar ada yang meneriaki namanya.

"Haha jangan cemberut dong, oiya ngomong -ngomong pulang sama siapa?" Bryan mulai modus agar dirinya bisa mengantar Arum kerumahnya.

"Oo pulang sendiri" Arum mulai curiga kalau Bryan ada maksud lain.

"Ooo mau pulang bareng gk?"

Arum sudah menduga kalau Bryan mengajaknya pulang bareng ia langsung menolaknya "Gk bang, kapan-kapan aja. Makasi uda nawari"

Bryan mulai berpikir keras agar bagaimana caranya Arum bisa pulang sama dia.

Iya mulai teringat akan satu hal.

"Oiya Arum! Tadi kan, Arum janji buat beliin abang minum. Ingat gk?

"Allahuakbar, harus hari ini juga bang?" Arum langsung kesal ketika Bryan mulai memaksanya untuk pulang bareng dengannya

"Serah si sebenernya mau kapan"

"Iiikkh ya deh, kalau besok nanti di tagih mulu" mau tak mau Arum menyetujuinya. Ia tak suka bila dirinya berhutang pada orang lain.

"HAHAHA ASYIKK. BENTAR YA" Bryan dengan semangat berlari kembali ke parkiran buat mengambil motornya.