Pagi itu Liony berangkat dengan sebuah kantong plastik yang berisi gambar bangunan yang di kerjakannya tadi malam. Liony berharap agar nantinya Pak Yen Yi mau menerima hasil kerjanya.
Sieon dan Yen Yi juga telah berangkat ke lapangan. Mereka berharap agar nantinya Liony menerima tawaran mereka untuk tinggal di kontrakan yang sudah ditawarkan semalam.
"Mudah-mudahan, Liony mau tinggal di kontrakan kita, Sieon."
"Iya, Kakak. Aku juga berharap seperti itu. Dengan demikian, janjiku yang dulu pada Ibunya untuk selalu menjaga dia jadi terlaksana," jawab Sieon.
Tidak berapa lama kemudian, Sieon dan Yen Yi telah sampai di lapangan. Mereka melihat sudah banyak anggota yang duduk menanti yang lainnya di bawah pohon tersebut.
Liony terlihat baru saja sampai. Keringat yang bercucuran, kini membuat bajunya basah karena panas matahari yang menyengat saat berjalan.
"Kakak, Liony sudah datang," ucap Sieon
"Iya, Sieon. Biarkan saja dia istirahat sejenak. Kasihan Liony sudah dibalut keringat akibat harus berjalan kaki hingga kesini," jawab Yen Yi.
"Kakak, aku jadi penasaran dengan hasil yang akan kita lihat nantinya. Bagaimana dengan Kakak?"
"Akh..kita enggak boleh bicara begitu. Apapun yang telah digambar oleh Liony, kita harus tetap menghargai hasil karyanya," jawab Yen Yi.
Liony melihat Sieon dan Yen Yi sedang duduk di bak mobil. Sebelum mulai bekerja, Liony ingin mengantar hasil gambar bangunan yang telah dia buat tadi malam. Liony, berdiri kembali sembari menemui Sieon dan Yen Yi.
"Pagi, Pak," ucap Liony.
"Pagi, Liony," jawab keduanya dengan serentak.
"Ini, Pak. Tadi malam aku sudah coba menggambar sebuah toko dua lantai, lengkap dengan bahan yang dibutuhkan," ucap Liony sembari pergi gabung dengan pekerja lainnya.
Sieon dan Yen Yi berpandangan.Mereka tidak yakin dengan ucapan Liony. Dengan penasaran, Sieon langsung mengambil gambar tersebut dari tangan Yen Yi.
"Coba aku lihat, Kakak!"
Sieon dan Yen Yi sama-sama membukanya. Mereka terkejut dengan gambar yang dibuat oleh Liony. Rasanya tidak masuk akal, seorang Liony yang sehari-harinya hanya sebagai pemulung bisa membuat gambar sebagus itu.
"Kakak, coba hitung! Apakah bahan yang dibuat oleh Liony sesuai dengan ukuran bangunan," ucap Sieon.
Yen Yi mengambil pena. Dia menghitung semuanya dengan kalkulator ponsel. Sungguh di luar dugaan, Yen Yi dan Sieon angkat tangan pada Liony yang begitu pintar dalam menghitung bahan suatu bangunan dengan sangat sesuai.
"Bagaimana ini, Kakak?" Tanya Sieon.
Yen Yi seakan tidak percaya. Dia kembali memanggil Liony yang sudah gabung dengan yang lainnya
"Liony...!"
Liony datang menemui Sieon dan Juga Yen Yi. Dia merasa sedikit khawatir dengan hasil kerjanya yang dia berikan tersebut.
"Liony...!"
"Iya, Pak." Liony menunduk seakan takut kena teguran dari Yen Yi.
"Liony, apakah gambar ini kamu yang buat?"
"Iya, Pak."
"Maaf, Liony. Apakah kamu dulunya sekolah?"
"Tidak, Pak. Mana mungkin aku bisa sekolah, sedangkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja kami sudah merasa sulit," jawab Liony.
"Tapi kalau kamu tidak sekolah, mana mungkin kamu bisa menulis dan berhitung sepintar ini?"
"Saat masih kecil, Ayah selalu mengajari aku menulis dan membaca setiap malam, sebelum tidur," jawab Liony.
"Lantas, bagaimana mungkin kamu bisa menggambar sebuah bangunan sebagus ini?" Sambung Yen Yi.
"Semasa hidup, Ayah sering dan sangat suka menggambar banyak model bangunan. Dari kecil, Ayah sangat menginginkan pekerjaan di bidang bangunan. Tapi karena keadaan, dia tidak bisa mengembangkan bakatnya, Pak."
"Kamu hebat, Liony. Dari sekian banyak Arsitek yang aku kenal, belum pernah aku jumpai seorangpun yang bisa membuat gambar bagus dan unik seperti ini," ucap Yen Yi.
"Iya benar, Kakak. Aku juga angkat tangan dengan Liony," sambung Sieon.
"Liony, sekarang kita akan ke lokasinya langsung. Aku harap, mulai besok kamu sudah bisa memulai semuanya," ucap Yen Yi.
"Tapi, tentunya aku juga butuh tenaga tambahan, Pak."
"Iya, aku tahu itu. Kamu tidak usah khawatir. Besok aku akan membawa beberapa anggota untuk membantu kamu disana," jawab Sieon.
"Liony, kita permisi dulu pada pekerja lainnya. Katakan pada mereka kalau kamu akan pindah tempat untuk bekerja,"
Liony dan Sieon pergi berjalan menemui yang lainnya. Dia sebenarnya sangat sedih harus berpisah dengan teman kerjanya yang selama ini sudah sangat baik dan selalu membantunya.
"Perhatian untuk semuanya!" Ucap Sieon.
"Ayo bicaralah, Liony!"
"Teruntuk para teman kerjaku semuanya, aku hari ini, ingin permisi pada kalian semua. Mulai besok aku tidak lagi bekerja dengan kalian di tempat ini. Pak Yen Yi menyuruh aku bekerja di tempat lain."
"Kenapa harus di tempat lain, Liony? Bukankah disini kita masih bisa bekerja bersama?"
Melihat Liony menunduk karena tidak berani bicara jujur, Sieon terpaksa mengambil alih untuk mengatakan semuanya pada pekerja lainnya.
"Sedikit, aku jelaskan. Liony bekerja di tempat lain karena ada peningkatan. Kakak Yen Yi menawarkan dia membuat satu bangunan ruko untuk jadi tender pertama bagi Liony. Kakak Yen Yi sengaja memberikannya, karena dia sudah tahu dan sudah menguji kemampuan Liony. Aku harap kita bisa turut bahagia dengan keberhasilan Liony saat ini."
Semuanya saling berpandangan. Mereka tepuk tangan dengan keberhasilan Liony tersebut. Tidak jarang banyak dari mereka juga ikut mengucapkan selamat pada Liony. Sembari berlinang air mata, Liony meninggalkan semuanya dengan berat hati.
Yen Yi dan Sieon membawa Liony ke tempat tersebut. Mereka sengaja mengantarnya agar nantinya, Liony bisa datang sendiri dan tahu dengan alamat tersebut.
"Liony, kira-kira berapa orang yang kamu butuhkan untuk membantu kamu?" ucap Yen Yi.
"Sebaiknya Lima orang saja, Pak. Kalau tidak meleset, ruko tersebut akan siap dalam waktu dua bulan," jawab Liony.
"Wahh..hebat, Liony. Aku akan mengirim lima orang anggota kamu, besok. Aku juga penasaran, dengan hasil bangunan yang akan kamu dirikan," jawab Yen Yi.
Tidak berapa lama kemudian, Mobil Yen Yi berhenti di depan tanah kosong. Di sekitar, ada banyak bangunan lain yang terlihat sangat bagus. Liony melihat semuanya, dia yakin kalau bangunan yang akan dia dirikan, jauh lebih bagus daripada yang sudah berdiri di sekitarnya.
"Liony, ini adalah lokasi bangunan yang akan kamu kerjakan. Aku akan mengirim keperluan dan semua bahannya besok pagi. Bagaimana, Liony?"
"Baik, Pak. Aku sudah tahu lokasi ini. Besok aku akan datang secepatnya ke lokasi ini, sembari menunggu anggota dan bahan bangunan yang akan Bapak kirim," ucap Liony
"Liony, semuanya sudah jelas. Apakah sekarang, kita sudah bisa pulang?" Tanya Sieon.
"Iya, Pak. Aku rasa semuanya sudah sangat jelas dan kita sudah bisa pulang," jawab Liony.
Ketiganya kembali masuk ke dalam mobil. Sieon dan Yen Yi mengantar Liony hingga ke rumah kontrakannya. Setelah sampai, Liony turun sementara Sieon dan Yen Yi berputar kembali untuk pulang.
"Kakak, Liony memang hebat. Dia pintar, rajin, rendah hati, lagi. Menurutku, Liony adalah Wanita terkuat yang pernah aku temui," ucap Sieon.
"Benar, Sieon. Liony adalah wanita terkuat."