Chereads / Strongst Woman / Chapter 18 - Derita Orang Rendah

Chapter 18 - Derita Orang Rendah

Sozy semakin khawatir. Dia masih saja mendengar ketukan itu berulangkali. Terlihat Sozy masuk ke dalam kamar. Dia mengunci pintu dan menutup dirinya dengan selimut.

"Kakak, Sozy..!"

Liony yang merasa jadi khawatir, berusaha memanggil Sozy dengan semakin kuat. Dia mencoba melihat dari kaca jendela, tapi tidak melihat siapapun ada di dalam rumahnya.

"Kakak, Sozy..!" Liony memanggil dengan berpindah kesamping rumah.

Sozy mendengar panggilan tersebut. Dia baru berani menjawab karena dia sudah tahu, suara tersebut adalah suara Liony. Perlahan, Sozy berdiri. Dia pergi membuka pintu karena Liony mau masuk.

"Kakak, Sozy. Kakak kenapa tidak menjawab panggilan aku? Apa Kakak, tertidur?" Liony bertanya pada Sozy.

Sozy masuk disusul oleh Liony. Rasa takut sekaligus khawatir terlihat jelas di mata Sozy. Liony melihat Sozy dengan sangat penasaran. Dia mengajak Sozy duduk sembari memberikan segelas air minum.

"Kakak Sozy, aku perhatikan saat ini, Kakak terlihat takut dan gelisah. Kakak, sekarang coba Kakak ceritakan padaku, masalah apa yang sedang Kakak hadapi saat ini?" Liony bertanya dengan penuh harap dari Sozy.

"Liony, saat aku tadi keluar untuk membersihkan halaman, tanpa sengaja, aku melihat anak buah dari Ayah tiriku sedang masuk ke warung depan. Sepertinya lelaki itu juga curiga melihat diriku. Aku langsung bersembunyi di balik Jaket dan langsung segera ke dalam rumah.

"lantas, kenapa Kakak jadi takut?" sambung Liony.

"Bagaimana tidak aku tidak takut, saat aku mengintip dari kaca jendela, lelaki itu masih saja terus melihat ke arah rumah ini."

"Apa Kakak tidak melihat kemana dia pergi?"

"Setelah beberapa saat, dia langsung pergi setelah dia tidak melihat aku keluar lagi. Aku tidak tahu dia pergi kemana. Aku jadi takut, saat kamu datang, karena aku pikir lelaki itu datang lagi untuk melihatku," jawab Sozy.

"Kakak, kamu tenang saja! Kakak akan aman tinggal di rumah ini. Sore ini, kita harus pergi ke sebuah Toko yang berada tidak jauh dari sini. Tadi, saat aku mau pergi berangkat kerja, aku melihat ada lowongan yang membutuhkan tenaga kerja. Mudah-mudahan, nanti Kakak bisa diterima. Dengan demikian, Kakak tidak akan full time berada di rumah. Kakak juga akan mendapatkan banyak teman disana," ucap Liony.

Sozy terlihat sangat bahagia mendengar ucapan Liony yang sangat mendukungnya. Sebagai ungkapan bahagia, Sozy memeluk Liony sebagai tanda rasa gembiranya.

"Liony, bagaimana bangunan yang kamu tangani? Apakah masih membutuhkan waktu yang panjang untuk menyiapkannya?"

"Tidak, Kakak. Mudah-mudahan, dua hari lagi Toko yang aku tangani akan segera siap. Kemungkinan akan ada orderan lain yang menyusul untuk segera aku tangani," ucap Liony.

Saat sore hari, Liony dan Sozy mendapatkan keberuntungan yang luar biasa. Pekerjaan yang dibutuhkan oleh Sozy, bisa diberikan oleh Pemilik Toko tersebut.

Liony sengaja membeli keperluan Sozy mulai dari pakaian, sepatu tentunya dengan perlengkapan make up yang lain. Dengan kepuasan yang luar biasa, keduanya berencana pulang dengan berjalan kaki hingga ke rumahnya.

Sepanjang perjalanan, Liony melihat seorang pemulung wanita yang menggendong anaknya yang mengalami cacat membawa beberapa barang bekas. Sesaat, Liony teringat akan dirinya yang waktu dulu pergi memulung sembari merawat Ibunya.

"Hei..Pemulung, pergi dari sini! Sudah aroma kamu bau, masih saja berada di dekat orang yang sedang makan," ucap seorang lelaki paruh baya pada pemulung wanita tersebut.

"Maaf, Pak. Aku hanya ingin melihat sisa makanan yang kemungkinan masih ada di tong sampah," Sudah dua hari, anakku belum makan," jawab pemulung itu.

"Aku tidak ada urusan kamu belum makan dua hari. Yang aku inginkan, kamu sebaiknya cepat pergi karena langgananku bisa saja jadi tidak selera mencium aroma menyengat kamu seperti ini, ucap Lelaki itu.

Secara tidak sengaja, anak yang sedang dia gendong menarik sebungkus kerupuk yang sengaja di gantung di warung tersebut. Lelaki itu langsung marah dan mendorong keduanya sehingga jatuh tersungkur ke lantai warung itu.

Liony yang melihat dengan jelas, masalah antara keduanya merasa tidak terima dengan perlakuan kasar dari Lelaki itu pada Ibu pemulung dan anaknya. Spontan, Liony berlari mendekati serta membantu Ibu itu untuk berdiri. Liony yang merasa kesal pergi mendekati dan menasehati pemilik warung itu.

"Hentikan, Pak. Aku tidak terima melihat seorang pemulung diperlakukan seperti ini," ucap Liony.

"Siapa kamu! Ada hak apa kamu mengatur dan melarangku? Sudah jelas-jelas, wanita ini membuat kotor di warungku. Sudah sewajarnya aku keberatan. Kenapa malah kamu yang melarang?"

"Tapi tidak cara seperti itu, Pak. Ibu ini hanya melihat sisa makanan yang ada di tong sampah. Bukan meminta makanan dari Bapak. Anaknya juga tidak bermaksut mengambil kerupuk, dia belum berpikir seperti orang dewasa. Anak ini hanya kepingin dan melihatnya," ucap Liony.

"Akhh..sudahlah! Kamu jangan berusaha menjadi pahlawan kesiangan. Kalau kamu kasihan, kenapa tidak membelikan mereka sebungkus nasi, agar tidak merugikan banyak orang disini," ucap Lelaki itu.

Liony terdiam. Dia kasihan pada wanita dan anaknya. Hati Liony juga sakit, karena dia tahu bagaimana perasaan wanita itu saat ini. Sozy melihat Liony terdiam, dia menarik tangan Liony untuk segera pulang.

"Ayo, Liony! Kita sebaiknya pulang dan jangan membuat masalah disini!" Sozy berusaha membujuknya.

"Maaf, Pak. Kalau boleh tahu, berapa harga nasi Bapak, sebungkusnya? Liony berusaha menghitung di dalam hatinya.

"Ya tuhan, kalau untuk makan kamu saja belum cukup, jangan berpikir dulu untuk membeli makanan untuk orang lain," jawab lelaki itu.

Liony merasa sakit hati. Secara tidak langsung, dia merasa kalau dirinya sedang diremehkan pemilik warung. Namun, Liony masih saja bisa terima dan berusaha tetap sabar mendengar ucapan pemilik warung itu.

"Baik, Pak. Ini ada sejumlah uang yang menurutku sudah lebih dari cukup. Aku minta, sebanyak tiga kali dalam sehari, dan selama sebulan, Bapak harus membungkus nasi untuk Ibu dan adik ini." Liony mengeluarkan sejumlah uang dan memberikannya pada pemilik warung itu.

Semua orang melihat pada Liony. Mata terbelalak, rasa haru dan seakan tidak percaya terlihat jelas di wajah semuanya. Terlebih lagi, pemilik warung itu, dia menunduk malu atas sifat dan sikapnya yang sombong pada Liony.

"Terimakasih, nak. Kamu telah banyak berkorban untuk kepentinganku," ucap pemulung itu.

"Sama-sama, Bu. Sesuai dengan yang aku katakan, Ibu harus datang setiap waktu makan untuk mengambil nasi ke warung ini. Aku harap, Ibu bisa terbantu untuk melakukan aktifitas lain dan mempergunakan hasil keringat untuk keperluan lain yang bisa dipergunakan untuk menyambung hidup," ucap Liony.

"Iya, Nak. Ibu akan selamanya mengingat kebaikan kamu," ucap wanita itu.

Semua orang yang ada di warung tersebut terdiam dan mengakui kebaikan dari Liony. Sementara Liony dan Sozy berjalan kembali membawa barang belanjaan hingga ke rumahnya.

"Liony, aku salut dengan kebaikan kamu," ucap Sozy.

"Akhh..biasa saja, Kakak. Aku tidak tahan melihat orang lemah diperlakukan seperti itu. Bukankah aku sudah pernah cerita pada kamu, kalau masa kecilku juga lebih pahit lagi dari Ibu itu," jawab Liony.

Saat mereka sampai di depan rumah, Liony melihat ada mobil Yen Yi sedang parkir. Sozy merasa heran dan menanyakannya pada Liony.

"Liony, itu mobil siapa?"

"Itu mobil Pak Yen Yi. Dia adalah Arsitek yang selalu menolong dan mengangkat derajatku. Tapi, sore hari begini, ada urusan apa, sehingga dia datang, ya?"