Perlahan Liony dan Sozy mendekati mobil Yen Yi. Keduanya melihat Yen Yi dan Sieon sudah ada di depan pintu. Melihat Liony san Sozy sudah datang, Yen Yi dan Sieon langsung berdiri menyambut keduanya.
"Liony, kalian darimana? Kami sangat khawatir bila sesuatu hal buruk telah terjadi," ucap Yen Yi.
"Akhh.. Pak Yen Yi terlalu mengada-ada, kami tadi pergi keluar ingin membeli perlengkapan Sozy yang ingin masuk kerja mulai besok," jawabnya.
"Ayo kita masuk dulu, Pak!" Ajak Liony.
Semuanya masuk dan duduk di ruang tamu. Sozy mengeluarkan beberapa potong roti untuk mereka nikmati sore itu. Liony yang sudah tidak sabar dan penasaran langsung bertanya pada Yen Yi.
"Maaf, Pak. Kalau boleh tahu, hal apa yang membuat Bapak datang ke rumah? Apakah ada masalah dalam Bangunan Ruko itu?" Tanya Liony.
"Tidak, Liony. Kami datang kesini ingin mengatakan kalau besok kamu dapat undangan dari atasan kami yang sudah terkenal namanya dan proyeknya. Apa kamu bersedia, Liony?"
"Baiklah, Pak. Tapi kalau boleh tahu, dimana aku bisa bertemu dengan beliau? Seandainya aku kesana, aku juga ingin ditemani oleh Pak Yen Yi dan juga Pak Sieon. Aku merasa risih bila harus pergi tanpa ada teman yang ikut denganku, Pak. Apalagi aku seorang perempuan," jawab Liony.
Yen Yi dan Sieon saling bertatapan. Keduanya salut melihat sikap Liony yang sangat menghargai dirinya. Yen Yi semakin tertarik dengan Liony dari sifatnya yang jauh berbeda dengan perempuan saat ini.
"Baiklah, Liony. Besok kami akan menjemput kamu ke lapangan. Sekalian kami ingin memberikan upah keringat kamu yang sudah menyiapkan borongan tersebut," jawab Yen Yi.
Sembari menikmati potongan kue, semuanya terlihat sangat kompak dan saling mendukung. Yen Yi melihat jam tangannya dan langsung permisi karena hari sudah hampir malam.
"Liony, kalau begitu kami pamit pulang. Kami harap kamu bisa datang lebih cepat besok hari agar pihak yang menunggu kita, tidak merasa bosan karena kita terlambat," ucap Yen Yi.
"Oke, Pak. Aku akan datang lebih cepat dari biasanya. Kebetulan, besok Sozy juga berangkat cepat karena mau masuk kerja di sebuah Toko untuk pertama kali," ucap Liony.
Malam itu, Sozy membuka kembali perlengkapannya yang dibeli oleh Liony. Dia mencoba semuanya di dalam kamar. Sementara, Sozy di dalam kamar, Liony keluar dan duduk di teras rumah.
Sembari memandang ke arah jalan, dia tidak sengaja melihat seorang lelaki yang melihat ke arah rumah mereka. Liony jadi penasaran dan menjadi curiga dengan tingkah lelaki itu yang selalu melihat ke arah rumah mereka.
"Siapa lelaki itu?" bathin Liony.
Dia semakin mencurigai gerak gerik lelaki itu. Sesaat dia teringat dengan ucapan Sozy tentang lelaki yang datang ke warung beberapa hari lalu. Liony masuk ke dalam rumah. Dia tidak mau mengatakan hal tersebut karena dia khawatir bila Sozy nantinya akan menjadi takut.
Malam semakin larut. Dia merasa matanya sudah berat dan sangat mengantuk. Liony mengambil tempat disamping Sozy yang sudah lama terlelap dalam tidurnya.
Di saat tengah malam. Liony dan Sozy terlihat tidur dengan sangat lelap. Seseorang terlihat mengintip mereka dari jendela kaca kamar tersebut. Seorang lelaki dengan menggunakan topeng, sengaja nekat masuk ke dalam rumah Liony. Dia perlahan membuka pintu rumah dengan menggunakan kunci duplikat agar lebih mudah terbuka.
Lelaki bertopeng itu membuka pintu kamar, dia sengaja meneteskan sesuatu ke dua buah sapu tangan dan menutupkannya pada mulut Sozy dan Liony. Dengan efek obat tersebut, keduanya jadi pingsan dan tidak sadarkan diri. Setelah melihat keduanya tidak sadar, Lelaki itu membawa Sozy dari samping Liony.
Hingga pagi menyambut, Liony kembali sadar karena efek dari obat telah hilang. Liony terkejut karena Sozy sudah tidak ada lagi di sampingnya. Liony mulai panik. Dia teringat dengan lelaki yang dia curigai tadi malam.
"Apa orang yang aku lihat tadi malam adalah orang yang menculik Sozy?" bathin Liony.
"Tapi, apa maksut dari Lelaki itu menculik Sozy?" Liony seketika berpikir. Dia tidak tahu harus berbuat apa, sedangkan kampung dari Sozy, dia sama sekali tidak tahu.
Seketika, Liony teringat dengan janjinya pada Yen Yi. Dia harus datang lebih cepat dari biasanya. Liony berpikir akan menjumpai Yen Yi terlebih dahulu, setelah itu, dia akan mencari Informasi tentang Sozy.
Langkah kaki Liony terlihat sangat cepat. Liony juga tidak sabar melihat siapa orang yang ingin menjumpai dirinya. Dengan menaiki Taxi, Liony tidak terasa sudah sampai di lokasi. Saat turun dari Taxi. Secara bersamaan, dia melihat mobil Yen Yi juga sudah datang dan parkir di depan bangunan. Liony berjalan mendekati keduanya sembari menyapanya.
"Pagi, Pak Yen Yi..! Pagi, Pak Sieon..!"
"Pagi juga, Liony. Apa kita bisa berangkat sekarang?" Tanya Yen Yi.
"Sebentar, Pak. Aku akan memberi pengarahan dulu pada semua anggota dalam menyiapkan bangunan ini," jawab Liony.
Sembari menunggu Liony, keduanya melihat bangunan yang hampir sial dengan model yang sangat unik dan juga tentunya dengan hasil yang memuaskan. Tidak lama kemudian, Liony datang menemui keduanya.
"Bagaimana kalau kita berangkat sekarang, Pak?" ucap Liony.
"Oke, ayo kita berangkat! Jawab Liony sembari masuk ke dalam mobil.
Beberapa saat berlalu, mobil Yen Yi masuk ke dalam sebuah Restaurant. Ketiganya masuk dan menjumpai seorang lelaki yang sudah menunggu kedatangan mereka. Lelaki itu melihat Yen Yi bersama perempuan dengan model apa adanya. Lelaki itu bingung dan hampir tidak percaya dengan kemampuannya yang sudah menjadi buah bibir di kalangan banyak orang.
"Selamat Pagi, Pak Chan Miau!"
Ketiganya duduk bersama. Liony mendapat pertanyaan satu persatu dari Chan Miau. Dengan mendengar jawaban tersebut, Chan Miau jadi tertarik dengan cara kerja Liony yang cepat, tepat dan juga dengan hasil yang memuaskan.
"Liony, apa kamu mau menerima tender dariku? Aku ingin kamu membangun sebuah gedung yang sangat besar, tentunya dengan upah yang sangat menggiurkan," ucap Chan Miau.
Seorang teman dari Chan Miau mendengar tawaran tersebut, dia sangat iri pada Liony yang begitu mudah diberi kepercayaan oleh Chan Miau. Lelaki itu sudah lama menginginkan tender tersebut, namun tidak pernah diberikan oleh Chan Miau.
Seketika rasa benci Lelaki itu, datang bila melihat Liony. Entah kenapa, dia merasa emosinya selalu memuncak bila melihat semuanya bercerita tentang cara kerja dan hasil kerja Liony yang sudah jadi buah bibir banyak orang.
"Aku tidak akan merasa puas, bila belum melakukan perhitungan dengan perempuan itu," bathin Lelaki tersebut.
Sembari mendengarkan pembicaraan dari mereka, lelaki itu malah ingin berbuat sesuatu yang buruk pada Liony. Banyak rencana yang telah disusun di dalam benaknya, yang hanya tinggal menunggu waktu untuk menjalankannya.