Sieon dan Yen Yi saling berpandangan. Mereka berpikir pekerjaan apa yang akan mereka berikan pada Liony. Sembari saling berpandangan, Yen Yi teringat dengan sebuah rumah kontrakan yang bisa dijadikan sebagai tempat untuk jualan sehari-hari.
"Liony, apakah kamu mau tinggal di rumah kontrakanku yang kebetulan masih kosong? Disana kamu bisa jualan sebagai mata pencaharian kamu. Bagaimana, apakah kamu mau?"
Liony tetap saja diam. Dia merasa kalau pekerjaan itu sangat tidak cocok bagi dia. Dia tidak mau menjawab karena dia takut Sieon dan Yen Yi nantinya akan mengira kalau dia sangat susah diajak kompromi.
"Liony, Bagaimana?" tanya Sieon lagi.
"Maaf, Pak. Aku bukannya tidak mau. Tapi kalau boleh aku bicara jujur, sepertinya pekerjaan itu bukan bidangku, Pak."
"Bukannya pekerjaan itu sangat ringan bagi seorang perempuan seperti kamu?" tanya Sieon.
Keduanya semakin bingung, mereka tidak tahu lagi menawarkan pekerjaan apa yang sesuai dengan Liony. Sieon berpikir, sebaiknya dia harus bertanya langsung pada Liony, pekerjaan apa yang sebenarnya dia inginkan."
"Liony, kalau boleh kami tahu, pekerjaan apa yang kamu inginkan dan paling sesuai dengan kamu?" Tanya Sieon.
"Kalau boleh aku jujur, aku ingin Bapak memberiku kepercayaan untuk bekerja membangun sebuah bangunan," jawab Liony.
"Hahh.. kamu enggak salah, Liony?" Sieon bertanya karena merasa heran.
"Enggak, Pak. Justru pekerjaan itulah yang paling sesuai dengan bakatku," jawab Liony.
Sieon dan Yen Yi kembali berpandangan. Mereka merasa tidak yakin dengan permintaan Liony tersebut. Beberapa saat, Sieon dan Yen Yi terdiam. Mereka tidak tahu harus menjawab apa tentang keinginan Liony.
Yen Yi tetap saja merasa bersalah, bila tidak memberi kesempatan pada Liony atas permintaannya tersebut.
"Baiklah, Liony. Aku akan memberikan kamu pekerjaan untuk membangun sebuah toko dua lantai. Bila kamu nantinya berhasil, aku akan memberikan kamu tender yang lebih besar lagi," ucap Yen Yi.
"Kakak...! "
Sieon terkejut dengan ucapan Kakaknya. Dia merasa tidak yakin dengan kemampuan Liony yang sama sekali belum punya pengalaman.
"Biarkan saja, Sieon. Kita harus memberi kesempatan bagi Liony," ucap Yen Yi.
"Benarkah, Pak?" Tanya Liony.
"Iya, Liony. Untuk malam ini, aku ingin lihat dahulu gambar dari toko yang akan kamu bangun. Aku ingin kamu menulis bahan apa saja dan berapa banyak yang akan aku sediakan. Bila nanti semuanya bagus dan layak untuk dilanjutkan, aku akan membawa kamu ke lokasi bangunan toko yang akan kamu bangun. Apa kamu sanggup, Liony?"
"Aku akan mencobanya, Pak. Aku ingin mempraktekkan ilmu yang aku dapat saat bekerja dengan Pak Sieon."
Sieon tidak yakin dengan ucapan Liony. Dia berpikir, Liony hanya sedang menghayal membangun sesuatu. Tapi karena janji Kakaknya untuk menantang Liony, Sieon mengalah dan penasaran dengan hasil seperti apa nantinya yang akan diberikan oleh Liony.
"Liony, ini ada peralatan menggambar. Kamu bisa kerjakan semuanya nanti malam di rumah kamu. Besok aku akan kesini lagi untuk melihat bagaimana hasil kerja kamu," ucap Yen Yi.
"Terimakasih, Pak. Aku sangat senang dengan kepercayaan yang Bapak berikan padaku. Aku juga akan berusaha, agar nantinya Bapak bisa menjadi puas dengan semua hasil kerjaku," jawab Liony.
"Baiklah, Liony. Sekarang kamu pergilah makan siang dahulu. Setelah itu, kamu gabung lagi dengan anggota yang sudah mulai bekerja," ucap Sieon.
Liony pergi meninggalkan Sieon bersama Yen Yi. Dia sangat senang dengan berita yang baru dia dengar dari Yen Yi. Di dalam ruangan terjadi perdebatan kecil antara Sieon dengan Yen Yi. Sieon selalu saja protes dengan kepercayaan Kakaknya yang begitu instan pada Liony.
"Kakak, menurut aku, Kakak salah besar memberikan kepercayaan langsung pada Liony. Membuat suatu bangunan bukanlah hal yang mudah, Kak. Belum lagi biaya untuk bahan, sangatlah mahal dan membutuhkan banyak biaya. Bagaimana nantinya bila semua bahan yang telah ada akan menjadi sia-sia?" Ucap Sieon.
"Biarkan saja, Sieon. Aku juga yakin, kalau Liony akan menyerah nantinya. Tapi untuk membuat dia bahagia, kita berikan saja satu kesempatan pada Liony untuk membuat gambar bangunan terlebih dahulu," jawab Yen Yi.
Sieon mulai paham. Kakaknya melakukan hal tersebut hanya untuk menjaga perasaan Liony. Sieon dan Kakaknya keluar dari dalam ruangan. sambil berjalan, mereka melihat sekeliling bangunan tersebut.
Sore hari telah tiba, waktunya bagi Liony dan juga pekerja lainnya pulang ke rumah masing-masing. Liony berjalan mengikuti arah dan lekukan jalan hingga sampai ke rumah kontrakannya. Sebagai pelepas rasa lelah seharian, Liony segera mandi ke sumur belakang rumahnya.
Malam itu, Liony makan dengan nasi bungkus dengan lauk ikan. Sembari makan, dia menghayalkan sebuah bangunan yang akan dia gambar setelah siap makan. Banyak macam model bangunan ruko yang muncul di dalam pikirannya. Sehingga satu dari bangunan tersebut sudah dia pastikan akan menjadi model pilihannya saat menggambar nanti.
Sebelum memulai pekerjaannya, Liony teringat kembali pada Ibunya. Seandainya Ibunya masih ada, dia akan mengajaknya untuk ikut menemaninya malam itu.
"Ibu, Liony berharap pekerjaan ini akan jadi langkah pertama untuk mendapat kesuksesan nantinya. Aku berharap Ibu bisa mendoakan agar nantinya pekerjaanku mulus hingga berhasil," ucap Liony.
Dia membuka semua perlengkapan menggambar. Layaknya seorang Arsitek, Liony sangat lihai dalam menggambar bangunan seperti yang ada di dalam memory otaknya. Demikian halnya dengan bahan bangunan. Liony terlihat seperti sudah berpengalaman. Dia begitu mudahnya menghitung berapa banyak bahan yang diperlukan untuk membuat ruko tersebut.
Hanya dalam waktu sekitar dua jam, Liony sudah siap mengerjakan gambar bangunan ruko lengkap dengan semua bahannya. Dia hanya tinggal menunggu besok, untuk memberikan hasilnya pada Yen Yi dan juga Sieon.
"Hahhh..," mata Liony mulai berat. Dia menyusun semua peralatan menggambar yang sudah berserakan di lantai. Liony berdiri dan masuk ke dalam kamar untuk segera istirahat mengumpulkan tenaga agar bisa beraktifitas besok hari.
Malam itu, Sieon masih terpikir pada Liony. Dia sangat heran, dengan keinginan Liony saat ditanya oleh Kakaknya siang tadi. Dia jadi penasaran dan tidak sabar menunggu hasil kerja Liony besok pagi.
"Kalau Liony gagal besok hari, sebaiknya aku harus membujuk dia untuk tinggal di rumah kontrakan Kakak. Di rumah itu, dia akan bisa berdagang sebagai pekerjaannya setiap hari untuk menyambung hidupnya," bathin Sieon.
Matanya juga sudah mulai mengantuk. Dia masuk ke kamar menyusul Kakaknya yang sudah lebih dahulu tidur. Sieon berbaring dan menarik selimutnya. Hingga dia jadi terlelap dalam tidurnya.
Pagi hari telah tiba. Liony seperti biasanya melakukan aktifitas rutin sebelum berangkat kerja. Dia juga tidak lupa menyusun hasil kerjanya tadi malam ke dalam satu kantongan plastik. Setelah semuanya terlihat sudah siap, Liony memakai sepatu But dan langsung berangkat ke lapangan.