Chereads / Strongst Woman / Chapter 9 - Mooji Meninggalkan Liony

Chapter 9 - Mooji Meninggalkan Liony

"Kakak Yen Yi, tas ini ditemukan oleh anggotaku yang bernama Liony. Dia tidak sengaja menemukan tas ini di sebuah tong sampah yang dia lihat saat memulung."

"Sieon, aku tidak mengerti dengan ucapanmu. Kamu bilang namanya Liony, tapi bukankah itu nama perempuan? Kenapa kamu bilang anggotamu di lapangan? Di proyek kamu, kan cuma ada laki-laki? Belum lagi kamu mengatakan orang yang menemukannya pemulung. Akhh.. aku jadi tidak mengerti dengan arah pembicaraan kamu, Sieon."

"Kakak..! Sebaiknya, Kakak dengarkan dulu ceritanya! Jangan langsung protes!" Ucap Sieon.

Yen Yi menggelengkan kepalanya. Dia bingung dengan adiknya Sieon. Yen Yi berusaha tenang dan mendengarkan penjelasan Sieon.

"Kakak, Liony memang perempuan yang selalu memulung setiap pulang kerja dari lapangan. Dia perempuan terkuat yang pernah aku temui. Dia bekerja setiap hari tanpa ada rasa lelah. Kondisi dari kehidupan yang sangat memprihatinkan membuat dia tidak pernah memilih jenis pekerjaan."

"Apa dia tidak punya keluarga, Sieon?" Tanya Yen Yi ikut sedih karena prihatin mengikuti cerita Sieon.

"Dia adalah anak tunggal. Ayahnya sudah meninggal, sementara Ibunya mengalami stroke ringan yang menjadikan Liony jadi tulang punggung bagi mereka."

"Lantas, hadiah apa yang kamu berikan pada Liony?"

"Ya Tuhan, aku tidak kepikiran sama sekali untuk memberikannya hadiah. Karena rasa senang yang aku alami, aku ingin langsung kesini dan hanya memberikannya upah kerjanya beberapa hari terakhir, Kak."

"Kamu keterlaluan Sieon. Kamu itu seharusnya memberi uang lebih pada dia yang sudah menemukan tas ini,"

"Besok pagi, aku akan pergi ke rumahnya. Aku akan memberikan dia hadiah yang setimpal sebagai rasa terimakasih kita pada dia,"

"Bagus, Sieon. Aku juga akan menjumpai dia, tapi tunggu aku ada waktu dulu."

Sieon mengerti dengan kondisi Kakaknya. Dia tidak bisa memaksa dan mengambil tindakan untuk segera ke rumah Liony.

Beberapa jam perjalanan. Sieon telah sampai ke Gang menuju rumah Liony. Dia turun dan berjalan masuk ke Gang sempit tersebut. Sieon sangat terkejut melihat rumah Liony sudah datar dengan tanah. Dia jadi kebingungan kenapa bisa jadi seperti itu.

"Pak, rumah Liony kenapa bisa seperti ini? Lantas sekarang dimana mereka tinggal?" tanya Sieon.

"Rumah disekitar sini kena gusur. Kami tidak tahu dimana Liony dan Ibunya tinggal. Terakhir kali kami melihat dia, saat mendorong Ibunya dengan gerobaknya."

Sieon kebingungan. Tidak satupun dari para warga yang tahu dimana Lioni tinggal. Dia kembali ke rumahnya, dan berharap besok pagi dia bisa berjumpa dengan Liony di lapangan.

Liony menyuap Ibunya dengan sabar. Dia mengganti pakaian Ibunya yang sudah kotor. Liony bermaksut ingin pergi bekerja, tapi saat mau melangkah, dia mendengar suara Ibunya.

"Iiihhhh..suara berat dari mulut Mooji terdengar. Liony berbalik dan melihat Ibunya seperti ingin berkata sesuatu. Sembari jongkok di depan Ibunya, Liony memegang tangan dan mengelus rambutnya.

"Ibu.., Liony mau berangkat kerja. Ibu tinggal di rumah saja, ya! Ibu akan aman disini," ucap Liony.

"Aaahhhh.," suara gagap terdengar lagi dari mulut Mooji. Dia berusaha mengangkat tangannya sembari melihat Liony.

"Ibu, kalau Liony tidak bekerja, kita mau makan apa? belum lagi kontrakan rumah kita yang harus Liony siapkan setiap bulannya."

Mooji terlihat diam. Dia memalingkan pandangannya dari Liony. Liony merasa Ibunya sudah mulai tenang. Dia kembali berdiri dan melangkah keluar.

"Ahhhh..," suara itu terdengar kembali dari mulut Mooji. Liony heran dan kasihan pada Ibunya. Liony kembali jongkok dan melihat wajah Ibunya.

"Ibu, apa Ibu mau ikut dengan Liony?" ucapnya.

Ibunya mengedipkan matanya. Liony paham dan yakin kalau Ibunya ingin ikut. Sebenarnya Liony merasa berat untuk membawa Ibunya. Tapi demi memburu pekerjaan, Liony terpaksa mengikutkan Ibunya ke lapangan.

Liony mengambil gerobak. Dia mengangkat Ibunya ke dalam gerobak tersebut. Dengan tenaga yang sangat terkuras, Liony mendorong Ibunya pakai gerobak menyusuri jalan hingga sampai di lapangan.

Para teman kerjanya melihat Liony sudah bermandikan keringat. Mereka juga kasihan melihat Ibu Liony terbaring di dalam gerobak barang.

"Liony, kamu kenapa membawa Ibu kamu ke lapangan ini? Apa kamu tidak kasihan?"

Sieon melihat anggotanya sedang berkumpul. Dia penasaran dan ingin ikut melihatnya. Sembari menggeser badan para anggotanya, dia melihat Mooji terbaring di dalam gerobak.

"Liony, kenapa kamu membawa Ibu?"

"Pak Sieon, rumah kami telah di gusur. Kami pindah ke rumah yang baru. Tapi entah mengapa, saat aku tadi mau berangkat kerja, Ibu tidak mau ditinggal. Aku terpaksa membawa Ibu, karena kalau aku tidak bekerja hari ini kami tidak akan punya biaya untuk kebutuhan."

Para teman kerjanya, banyak yang meneteskan air mata. Mereka kasihan dengan Liony yang harus bertahan hidup dengan kondisi yang sangat memprihatinkan. Sieon tidak bisa berkata apa-apa lagi, dia malah menyuruh Liony untuk membawa Ibunya ke ruangan bangunan yang sudah tertutup.

"Liony, ayo kita angkat Ibu, ke ruangan yang sudah tertutup itu! Disana Ibu akan lebih nyaman menunggu kamu siap bekerja," ucap Sieon.

"Baik, Pak." jawab Liony sembari mengangkat Ibunya dari dalam gerobak.

Saat Mooji sudah dalam keadaan aman, semuanya kembali bekerja. Begitu juga dengan Sieon, dia kembali membina para anggotanya untuk lebih baik lagi dalam bekerja. Saat duduk di bawah pohon, Sieon berpikir akan memberikan sejumlah uang pada Liony. Dia juga akan mengantar Liony dan Ibunya sore nanti ke rumah barunya. Disana, dia akan mengucapkan terimakasih kepada Liony dengan tas yang sudah dia temukan.

Matahari sudah semakin tinggi. Sieon berpikir untuk menyuruh semuanya untuk istirahat. Dia berdiri dan berjalan mendekati anggotanya.

"Ayo sekarang kita istirahat dulu!" Liony, kamu pergilah membeli nasi untuk kita dan juga Ibu. Jangan lupa belikan tysu, untuk membersihkan Ibu nantinya sehabis makan!"

"Iya, Pak." Liony langsung menerima sejumlah uang dari Sieon, dia menyebrang jalan untuk membeli nasi tersebut.

"Kasihan Liony," ucap sebagian dari temannya.

"Iya, Liony memang perempuan terkuat dan paling sabar yang pernah aku jumpai," jawab yang lainnya.

Beberapa saat kemudian, Liony datang dengan tiga bungkus nasi di tangannya. Dia memberikan sebungkus buat Sieon dan juga sisa uangnya.

"Liony, ambil saja sisa uang itu! Sekarang kamu pergilah ke ruangan itu! Berikan Ibu makan, agar nantinya perutnya tidak sakit dan merasa lapar," ucap Sieon.

Sembari senyum dengan kebaikan Sieon, Liony berbalik dan pergi ke ruangan tersebut. Liony membuka pintu dan membangunkan Ibunya yang sedang terbaring.

"Ibu...!"

Liony membangunkan Mooji dengan menepuk tangan Ibunya dengan pelan. Saat berusaha membangunkan Mooji, dia tidak melihat Ibunya bangun. Liony memegang leher Ibunya, namun urat nadi pernapasan Ibunya telah berhenti.

"Ibu...!"

Liony berteriak keras memanggil Ibunya. Sieon dan juga temannya terkejut dan berlari melihat Liony yang berteriak histeris.

"Ada apa, Liony?"

Liony terlihat menangis histeris sembari berkata, "Jangan tinggalkan aku, Ibu."

Suasana terlihat jadi panik. Mereka saling berpandangan sembari membantu Liony untuk membantu Ibunya.