Chereads / Strongst Woman / Chapter 8 - Kasihan Ibuku

Chapter 8 - Kasihan Ibuku

Sieon teringat kembali pada tas yang dikatakan oleh Liony. Dia kemudian bangkit dan melihat Liony mengangkat tumpukan barang bekas.

"Liony..!"

"Kamu ngapain?" tanya Sieon.

"Sebentar, Pak. Aku akan melihat tas yang aku simpan disini," ucapnya.

Sieon membantu Liony mengangkat barang bekas tersebut. Sebuah tas hitam yang dimaksut oleh Liony kini telah diambil dan diserahkannya kepada Sieon.

"Ini tas yang aku bilang, Pak!"

Sieon langsung menerima. Dia bahagia karena sudah mengenal tas diberikan oleh Liony. Sieon yakin, bahwa tas tersebut adalah tas milik Kakaknya Yen Yi.

"Liony, tidak salah lagi. Ini adalah tas Kakak Yen Yi yang telah dirampok orang."

Karena kegembiraan yang tidak terhingga, Sieon ingin segera ke rumah Kakaknya untuk memberitahu tentang temuan tas tersebut.

"Liony, apakah aku boleh mengantarnya ke rumah Kakak Yen Yi?"

"Silahkan, Pak."

Sieon mengambil uang dari dalam dompet. Dia ingin memberi uang pada Liony sebagai ganti harian kerjanya satu hari ini.

"Liony, ambil uang ini! Anggap saja upah harian kamu beberapa hari saat aku tidak bisa hadir di lapangan," ucap Sieon.

Liony menerima uang tersebut dan Sieon langsung pergi ke rumah Kakaknya. Liony melihat uang yang dia terima sudah lumayan banyak. Dia kemudian langsung keliling lagi untuk memulung sembari melihat rumah kontrakan untuk dia dan Ibunya.

Sebuah rumah kecil yang di kontrakkan kini di datangi oleh Liony. Rumah dengan ukuran Dua kali Tiga meter, terlihat lebih bagus dari yang mereka tinggali. Di belakang ada kamar mandi yang hanya di sekat dengan seng bekas. Liony berpikir rumah itu, cocok buat dia dan Ibunya tinggal.

"Maaf, Bu. Pemilik rumah kontrakan ini, yang mana ya Bu?" tanya Liony pada seorang wanita yang lewat.

"Oh..itu dia, orangnya. Kebetulan kami tadi sama-sama belanja.

Seorang wanita paruh baya, melihat Liony dan wanita tadi berdiri di depan kontrakannya. Dia kemudian mendekati keduanya.

"Kalian ngapain disini?"

"Bu Naomi, dia menanyakan siapa pemilik kontrakan ini?" jawabnya.

Wanita yang bernama Naomi itu melihat keadaan Liony yang tidak begitu memungkinkan untuk bisa bayar kontrakan. Naomi seakan ragu dan menanyakan hal pembayaran pada Liony.

"Apa kamu yakin, kamu bisa bayar kontrakan?" ucapnya.

"Bu, selagi aku sehat dan bisa bekerja. Aku yakin soal pembayaran kontrakan masih bisa aku cari. Kalau boleh tahu, berapa perbulannya, Bu?" sambung Liony.

"Untuk satu bulannya, kamu harus bisa bayar satu juta, kalau tidak...!"

"Baiklah, Bu. Sekarang aku bayar langsung satu bulan," ucap Liony seraya mengambil uang dari kantongnya.

Naomi menerima langsung uang tersebut. Dia masuk ke rumahnya seraya mengambil kunci untuk diberikan pada Liony.

"Ini, ada kunci rumah. Mulai besok, kamu bisa tinggal disini. Kamu harus ingat, setiap bulannya, kamu tidak boleh telat dalam pembayaran," ucap Naomi.

"Iya, Bu. Kalau begitu, aku ijin pamit untuk mengemas barang-barang kami," ucapnya.

Saat berjalan pulang, Liony berencana akan menjual semua barang bekasnya. Dia juga akan membeli kasur, untuk dikenakan oleh Ibunya. Setelah Liony tiba di Gang menuju rumahnya, dia histeris dan sangat terkejut melihat rumah dan barang bekasnya sudah rata dengan tanah akibat penggusuran. Liony berlari melihat Ibunya. Dia takut hal buruk akan menimpa Ibunya.

"Ibu....!" teriak Liony.

Liony mencari Ibunya, dia melihat para warga mengangkat Ibunya ke salah satu emperan rumah warga.

"Ibu...! Liony menangis histeris melihat Ibunya. Dia juga sedih melihat kondisi rumah yang mempunyai seribu kenangan tersebut, harus rata dengan tanah. Hasil pulungan barang bekas, kini sudah tidak berguna lagi. Yang tinggal hanyalah gerobak kayu yang sudah lapuk, sebagai kenangan dari Ayahnya.

"Liony, kamu mau tinggal dimana?" tanya beberapa warga.

Liony tidak menjawab, dia mengangkat Ibunya ke dalam gerobak, sembari mendorongnya ke rumah yang baru saja dia kontrak. Sepanjang jalan, Liony tidak dapat menahan kesedihan yang dia alami. Air matanya, terlihat mengalir tanpa henti di pipinya.

"Ibu, Maafkan Liony! Liony tidak punya daya dan upaya mempertahankan rumah peninggalan Ayah, Bu," ucap Liony.

Tidak berapa lama kemudian, mereka telah sampai di rumah kontrakan tersebut. Dia menurunkan Ibunya, sembari menggendongnya masuk ke dalam rumah. Banyak tetangga baru yang merasa kasihan dan prihatin pada Liony. Tapi tidak jarang, ada juga sebahagian yang merasa tidak suka punya tetangga kumal seperti Liony dan Ibunya.

Naomi datang melihat Liony dan Ibunya ke dalam rumah. Dia melihat tidak satupun barang yang dibawa selain Ibunya. Naomi heran dengan orang baru yang mengisi kontrakannya.

"Liony, mana barang-barang kalian?"

"Bu, rumah dan semua barang-barang kami, telah rata dengan tanah akibat penggusuran," jawabnya.

"Sekarang, kalian mau tidur pakai apa? lantas apa pekerjaan kamu sehari-hari?"

"Aku masih punya uang untuk membeli tikar dan kasur biasa, Bu. Pekerjaanku sehari-hari selain di bangunan, aku juga memulung," jawab Liony.

"Oh..tidak, Liony. Kamu hanya boleh kerja bangunan. Kalau untuk memulung, aku tidak mengijinkan rumahku ini jadi sarang tikus dan ular akibat dari barang busukmu, nantinya."

Liony tertunduk. Dia sangat terpukul dengan ucapan Naomi. Liony hanya bisa pasrah dan sabar dengan syarat dari Naomi.

"Baiklah, Bu. Aku tidak akan memulung lagi," jawabnya.

Naomi keluar meninggalkan Liony dan Ibunya. Liony meletakkan Ibunya duduk di atas karton kemudian keluar untuk membeli kasur dan perlengkapan lainnya.

Liony sengaja membawa gerobak sebagai tempat belanjaannya. Dia membawa sebungkus nasi beserta kasur dan yang lainnya. Liony mengangkat Ibunya ke kamar sembari membaringkannya di atas sebuah kasur.

Liony keluar dari kamar. Dia duduk di ruang tamu dengan beralaskan karton bekas. Dia berpikir, apa lagi pekerjaan tambahan yang akan dikerjakannya sebagai tambahan untuk mereka.

Hari sudah mulai malam. Liony merasa matanya sudah mulai mengantuk. Liony masuk ke kamar dan membaringkan dirinya diatas sebuah tikar yang bersebelahan dengan kasur Ibunya.

******

Sieon malam itu sudah ada di rumah Yen Yi. Dia berjalan sembari membawa sebuah koper hitam. Sieon menekan Bell rumah dan memanggil Kakaknya.

"Kakak...!"

Yen Yi mendengar panggilan dari luar. Dia kenal betul dengan suara tersebut. Yen Yi berdiri dan berjalan ke arah pintu. Sembari membuka pintu tersebut, Yen Yi melihat tas di bawa oleh Sieon.

"Sieon, ini adalah tas Kakak yang telah dirampok. Dimana kamu bisa menemukannya?" tanya Yen Yi kegirangan.

"Ceritanya panjang, Kakak. Lebih baik kita masuk saja dulu!" ucap Sieon.

Dengan hati yang sangat girang, Yen Yi mengikuti Sieon untuk masuk dan duduk di ruang tamu. Sieon memberikan tas tersebut kepada Kakaknya Yen Yi.

"Kakak, coba lihat isinya! Apakah masih lengkap seperti saat terakhir Kakak memegangnya?"

Yen Yi membuka tas tersebut. Dia sangat puas sebab tidak sedikitpun isi dari tas itu berkurang. Bahkan posisi dari benda yang ada di dalamnya masih sama.

"Semua masih utuh, Sieon. Sekarang, kamu ceritakan! Bagaimana bisa kamu menemukan kembali tas Kakak yang sudah hilang?"