Chereads / Strongst Woman / Chapter 7 - Wanita terkuat

Chapter 7 - Wanita terkuat

Sudah lebih dari seminggu lamanya, Sieon belum juga mendapatkan titik terang dari masalah yang sedang menimpa keluarga mereka. Setelah melihat kondisi kakaknya yang sudah mulai membaik, kini Sieon kembali ke rumahnya.

Sieon bingung dan takut bila nantinya semua warisan orangtuanya yang sudah diambil oleh orang yang tidak bertanggungjawab, tidak bisa ditemukan lagi.

"Bagaimana bila pihak kepolisian tidak menemukan orang yang merampas semuanya dari tangan kakak," bathin Sieon.

Selama perjalanan, dia masih tetap kepikiran tentang hal itu. Dia tidak tahu jalan apa lagi yang akan dia lakukan agar semuanya bisa kembali ke tangan mereka.

Keesokan harinya Sieon langsung melihat pekerjaannya di lapangan. Dia sudah yakin kalau bahan yang dibelinya sudah hampir habis di kerjakan oleh anggotanya.

Liony terlihat masih saja disibukkan oleh pekerjaan hariannya, yaitu membersihkan badan Ibunya dan juga memberinya makan saat sebelum pergi berangkat ke lapangan.

Pikiran Liony masih saja tertuju pada berita penggusuran yang di katakan oleh petugas beberapa hari yang lalu. Dia belum bisa menemukan tempat tinggal yang baru bagi mereka padahal waktu yang diberikan tinggal seminggu lagi.

Saat pulang kerja, dia berencana akan mencari tempat tinggal yang layak dan sesuai dengan kemampuan mereka. Liony harus lebih bekerja keras lagi karena biaya kontrak rumah sudah jadi tambahan bulanan bagi mereka.

Setelah sampai dilapangan, Liony melihat Bos Sieon sudah berada di lapangan. Beliau berdiri sembari memandang bangunan yang ada di depan mobilnya. Liony bermaksut menyapa Sieon sebagai bentuk kepeduliannya atas kejadian yang baru menimpa mereka.

"Pagi, Pak Sieon!"

"Eh..kamu, Liony. Bagaimana kabar Ibu kamu?"

"Ibu sudah kembali seperti biasa, Pak. Meskipun masih dalam keadaan stroke ringan yang di alaminya."

"Oh iya, Bagaimana kabar saudara Bapak?"

"Saudaraku sudah sembuh dan lukanya sudah mulai membaik. Tapi uang beserta surat berharga yang di rampok masih saja dalam penanganan pihak kepolisian."

Mendengar ucapan tersebut, Liony teringat dengan tas yang dia temukan di tempat sampah. Tapi karena waktu kerja sudah mulai, Liony menunda untuk mengatakan tentang tas yang dia temukan pada Bos Sieon.

"Oke, Liony. Sekarang pergilah gabung dengan yang lainnya. Waktu kerja kita sudah dimulai," ucap Sieon.

"Iya, Pak." Liony melangkah menemui pekerja lain.

Saat istirahat, Liony masih saja belum puas dengan cerita mereka tadi pagi. Sebelum makan, dia menemui Sieon yang duduk di ruang bangunan. Liony dengan sebungkus nasi, kini menemui Sieon.

"Liony, maafkan aku. Selama aku pergi ke rumah saudaraku, kamu harus membawa nasi bungkus untuk makan siangmu," ucap Sieon.

"Akhh...enggak apa-apa, Pak. Mana mungkin selamanya, Pak Sieon harus menyediakan makan siang buatku. Sedangkan aku tahu, kalau Pak Sieon beberapa hari ini sedang cuti."

"Liony, ayo sekarang kita makan!" ajak Sieon.

Sembari membuka bungkusan nasi, keduanya menikmati makan siang bersama. Liony teringat kembali dengan tas temuannya. Dia mencoba untuk memulai pertanyaannya.

"Pak, Sieon..!"

"Iya, Liony." jawabnya.

"Pak, kalau boleh aku tahu, tas warna apa dan berisi apakah yang telah dirampok dari saudara Pak Sieon."

"Liony, kamu kenapa berkata seperti itu?" ucapnya.

"Mmmm..enggak kok, Pak. Aku hanya ingin tahu aja," jawabnya.

"Ohh... Tasnya berupa koper, warna coklat. Di dalamnya terdapat beberapa ikat uang juga surat berharga dari perusahaan."

Liony langsung teringat dengan tas yang dia temukan. Dari ciri-cirinya, tas tersebut sesuai dengan yang di katakan oleh Sieon. Liony teringat dengan nama yang tercantum di sebuah kartu nama. Dia kemudian bertanya kembali pada Sieon.

"Pak, Sieon. Apakah saudara Bapak bernama Yen Yi?"

Sieon terkejut mendengar nama yang diucapkan Liony. Dia heran, kenapa Liony tahu dengan nama tersebut.

"Liony, coba kamu ulangi lagi!" ucapnya.

"Apa nama saudara Bapak, adalah Yen Yi?"

"Liony, kamu tahu darimana nama tersebut?"

"Pak Sieon, beberapa minggu yang lewat, aku menemukan sebuah tas di dalam tong sampah saat memulung. Tas itu warna hitam dan isinya beberapa ikat uang, perhiasan dan juga beberapa lembar surat-surat. Disana ada sebuah kartu nama dengan nama Yen Yi. Tapi kalau soal suratnya, aku tidak membacanya," jawab Liony.

"Syukurlah, Liony. Tas itu adalah punya Kakakku Yen Yi. Tas yang kamu temukan itu adalah tas yang dirampok dari tangan Kakak Yen Yi. Liony, kalau boleh tahu, dimana sekarang tas itu kamu simpan?"

"Pak Sieon, tas itu aku simpan di bawah tumpukan barang bekas yang sudah aku kumpulkan."

"Ayo.. Liony, sekarang kita ke rumahmu! Aku takut, tas itu hilang dan beralih lagi ke tangan orang lain," ucap Sieon.

"Tapi Pak, inikan masih waktunya kerja, mana mungkin kita pergi pulang."

"Sudahlah, Liony. Kamu tidak usah pikirkan. Sekarang juga kamu masuk ke mobil, agar kita pergi ke rumah kamu," ucapnya.

Para pekerja lainnya heran melihat Liony dan Sieon pergi dengan naik mobil. Tetapi sedikitpun mereka tidak pernah berpikir hal negatif pada keduanya.

"Liony mau kemana, ya?" ucap seorang dari mereka.

"Akhh..sudahlah, mungkin ada keperluan mendadak yang akan dilakukan Liony untuk membantu Pak Sieon, lebih baik sekarang kita bekerja," ucapnya.

Semuanya kembali bekerja tanpa mempermasalahkan apa yang baru saja mereka lihat. Liony yang berada di dalam mobil Sieon, kini memandu jalan untuk sampai di rumahnya.

Sieon melihat rumah yang mereka lewati hanyalah rumah kumuh yang ada di pinggiran. Sieon tidak pernah membayangkan bagaimana rasanya tinggal di lingkungan seperti itu.

"Pak Sieon, kita harus berjalan lagi, sebab mobil Bapak hanya bisa sampai disini," ucap Liony.

Sieon dan Liony berjalan masuk ke sebuah Gang. Sieon melihat ada sebuah tumpukan barang bekas, yang di belakangnya ada sekat ruangan yang terbuat dari papan bekas dan juga karton yang sengaja di tempel hingga menutup ruangan tersebut.

"Liony, dimana rumah kamu?" tanya Sieon.

"Inilah rumahku, Pak Sieon. Aku dan Ibuku tinggal disini," ucapnya.

Sieon terdiam. Dia prihatin melihat tempat tinggal Liony. Sieon berjalan melihat sekeliling. Dia masuk dan melihat seorang wanita tua dengan kondisi kurus dan juga stroke. Wanita itu duduk di sebuah kursi yang terbuat dari bambu.

"Liony, apakah dia Ibu kamu?"

"Iya, Pak. Dia adalah Ibuku. Dia satu-satunya harta paling berharga yang aku miliki di dunia ini." jawab Liony.

Sieon berlinang air mata. Dia kasihan melihat keadaan Ibunya. Belum lagi Liony yang bekerja keras setiap hari memenuhi semua kebutuhannya. Sieon duduk dan memegang tangan Mooji. Dia melihat dan menyapa Mooji.

"Ibu.. kamu sungguh beruntung mempunyai anak seperti Liony. Selain pekerja keras dan penyayang, dia juga termasuk wanita terkuat yang pernah aku jumpai. Ibu.. cepat sehat, ya! Aku berjanji, akan selalu membantu Liony kapanpun dan dimanapun."