Chereads / Strongst Woman / Chapter 5 - Berjuang Pantang Menyerah

Chapter 5 - Berjuang Pantang Menyerah

Melihat kondisi Ibunya, Liony langsung keluar dan berteriak memanggil Dokter Youn.

"Dokter...!"

Suara Liony terdengar oleh Dokter Youn dan para Suster di ruangan sebelah. Mereka keluar sembari melihat Liony berlari menemui mereka.

"Ada apa Liony?" ucap Dokter Youn.

"Dokter, coba lihat Ibu! Tangan dan kepalanya sudah mulai bergerak." jawab Liony.

Dokter Youn dan para Suster berlari mengikuti Liony masuk ke dalam ruangan. Mereka melihat kondisi Mooji di tempat tidur.

"Liony, Ibu kamu sudah sadar. Beberapa jam lagi, dia sudah bisa melihat dan mengingat kamu seperti semula," ucap Dokter Youn.

"Terimakasih Tuhan, engkau telah mengabulkan doaku," ucap Liony.

"Liony, Ibu kamu sepertinya dapat mukjijat dari Tuhan, dia bisa sadar jauh lebih cepat dari perkiraan kami," ucap Dokter.

"Iya, Dokter. Aku begitu bahagia dengan kejutan inj," jawabnya.

Dokter dan para Suster, keluar dari dalam ruangan. Liony masih saja duduk di samping Ibunya. Rasa lelah satu harian tidak lagi terasa karena dia sudah mendapatkan kejutan yang luar biasa dari Ibunya.

Malam mulai larut, tangan Liony yang memegang tangan Ibunya mulai tidak bergerak. Mata yang tadinya terbuka, perlahan sudah mulai menutup akibat rasa kantuk yang tidak bisa ditahan. Hingga malam berubah menjadi pagi, Liony terkejut merasakan gemgaman tangan Ibunya.

Sembari membuka mata, Liony melihat Ibunya sudah bangun dan seakan ingin membangunkan Liony. Dengan sigap, dia berdiri melihat Ibunya sudah tersenyum walaupun dalam keadaan kaku akibat stroke yang dia alami.

"Ibu, Liony sangat senang melihat Ibu sadar kembali. Liony sayang sama Ibu," ucapnya sembari memeluk tubuh Mooji.

Dokter Youn datang dan masuk ke dalam ruangan. Dia tidak menyangka pasiennya sudah sadar sepenuhnya.

"Liony, nanti sore, Ibu kamu sudah bisa pulang ke rumah, Aku harap kamu bisa melunasi kekurangan dari biaya Ibu kamu, agar pihak Rumah Sakit mengijinkan Ibu kamu kembali ke rumah."

"Oh..iya, Dokter. Sepulang kerja, aku akan melunasi dan membawa Ibu pulang ke rumah," ucap Liony.

Sebelum berangkat kerja, dia memberi Ibunya makan terlebih dahulu. Makanan yang disediakan pihak Rumah Sakit, kini dibuka dan diberikannya pada Ibunya.

Walaupun dengan berat, Liony tetap membujuk dan sabar menyuapi Ibunya dengan kasih sayang. Liony juga membersihkan Ibunya dari sisa makanan dan mengemas semua pakaian kotor agar sore nanti tinggal membawanya pulang.

"Ibu, Liony pergi berangkat kerja ya, Bu. Sore nanti, Liony akan menjemput Ibu dan kita akan sama-sama pulang ke rumah." ucap Liony.

Mooji mengedipkan matanya pertanda dia paham dengan ucapan Liony tersebut. Liony menutup selimut ke kaki Ibunya sembari keluar untuk berangkat bekerja.

Sebelum ke lokasi Proyek bangunan, Liony masih ke rumahnya terlebih dahulu. Dia bermaksut menukar pakaiannya dengan seragam kerja, yang diberikan oleh Sieon.

Saat berada di dalam rumah, dia teringat dengan tas yang dia temukan. Liony membongkar tumpukan barang bekas dan melihat tas itu masih tersimpan disana. Liony menutupnya dan langsung pergi berangkat kerja.

Sepanjang perjalanan, Liony terpikir kembali dengan sisa kekurangan biaya Rumah Sakit. Dia mulai bingung, mana mungkin dia mendapatkan uang sebanyak itu hanya dalam satu hari kerja. Liony mencoba pasrah dan ingin minta tolong pada Bos Sieon, nantinya.

"Lihat..! Wanita terkuat kita sudah datang," ucap para pekerja bangunan.

Semuanya melihat kedatangan Liony, seperti sedang memikirkan sesuatu. Liony tiba dan bergabung dengan semuanya.

"Liony, kamu kenapa? Sepertinya kamu sedang ada masalah," ucap teman kerjanya yang terlihat sangat perduli dengan Liony.

"Hahh...aku sedang memikirkan suatu kabar gembira tapi sedikit sulit, Pak."

"Maksut kamu, apa Liony? Coba cerita kepada kami! Manatau kami bisa membantu kamu," ucap seorang dari mereka.

"Ibu sudah sadar. Dokter mengatakan, nanti sore, Ibu sudah bisa pulang ke rumah. Aku masih ada kekurangan biaya Rumah Sakit yang harus aku selesaikan, agar pihak Rumah Sakit mengijinkan Ibu pulang ke rumah."

Semuanya saling berpandangan. Mereka kasihan melihat Liony. Seorang dari mereka mengeluarkan uang dari kantongnya dan meletakkan uang tersebut di meja yang ada di bawah pohon, tempat mereka istirahat.

"Liony, ini ada sejumlah uang dariku, mudah-mudahan bisa membantu kamu membebaskan biaya Rumah Sakit," ucapnya.

Sepertinya yang lain tidak mau kalah. Mereka juga mengeluarkan sejumlah uang sebagai bantuan mereka pada Liony. Sembari mengumpulkan uang, Bos Sieon datang dan melihat semuanya mengumpulkan uang.

"Ada apa ini? Apa kalian sedang main judi?" ucap Sieon.

"Tidak Pak," jawab seseorang sembari menjelaskan semuanya pada Bos Sieon.

Sieon terdiam dan salut dengan kekompakan anggotanya dalam membantu Liony. Kini dia tidak mau kalah dan mengeluarkan uang lebih banyak lagi untuk membantu Liony.

"Liony, coba kamu hitung! Apakah masih kurang?" tanya Bos Sieon.

Liony menangis bahagia menerima bantuan dari Bos dan teman kerjanya. Dia menghitung semua uang yang sudah terkumpul di atas meja.

"Bagaimana Liony? Apakah masih kurang?" tanya Bos Sieon.

"Sudah lebih dari cukup, Pak. Terimakasih atas bantuannya, ucap Liony.

"Sekarang kamu lebih baik pulang. Kamu selesaikan semuanya terlebih dahulu, besok kamu boleh datang kembali seperti biasa," ucap Bos Sieon.

"Benarkah, Pak?"

"Iya, Liony. Pergilah!" ujar Bos Sieon.

Dengan berjalan cepat, Liony kembali ke Rumah Sakit. Dia sangat bahagia dan ingin segera membawa Ibunya pulang ke rumah.

Liony sudah sampai di Rumah Sakit. Dia menghubungi administrasi dari Rumah Sakit. Semua biaya Rumah Sakit telah dilunasi oleh Liony. Dia kemudian ke ruangan Ibunya dan mengemas semua barang mereka.

Dokter Youn datang melihat Mooji. Dia juga memberikan resep tambahan untuk dibeli oleh Liony. Selain bahagia, Dokter Youn juga sangat salut atas perjuangan Liony untuk Ibunya.

Setelah menebus resep dokter, Liony melihat uangnya sudah mulai kandas. Sisa uang yang ada, hanya cukup untuk membeli makan malam dan besok pagi untuk mereka.

Liony mulai bingung, dia tidak punya uang lagi untuk ongkos angkot membawa Ibunya pulang. Liony tidak menyerah, sembari memikul sebuah karton tempat pakaian Ibunya, dia juga mengambil kain panjang untuk menggendong Ibunya dan membawanya berjalan pulang.

Sepanjang perjalanan, banyak mata yang tertuju pada Liony. Mereka sangat kagum dengan kasih sayang Liony pada Ibunya yang tidak kenal malu dan juga lelah.

Dengan bercucuran keringat, Liony dan Ibunya telah sampai di rumah. Liony perlahan menurunkan Ibunya, dan membaringkannya di atas sebuah kasur lusuh dan terlihat sudah rusak.

Liony menghela napas yang panjang. Segelas air putih segera dia ambil sebagai pelepas dahaganya yang sudah terkuras menggendong Ibunya hampir satu jam perjalanan. Liony mandi dan menukar pakaian dan berencana untuk memulung lagi menghabiskan waktu sebelum malam hari.