Lovita berdandan di depan cermin secantik mungkin. Rambut hitamnya terlihat lebih manis saat Lovita memasang pita pada bagian tepi rambutnya. Kulit putihnya membuat gadis itu terlihat semakin cantik. Senyum yang terukir sepanjang hari membuatnya terlihat begitu bersemangat.
Sebentar lagi ia akan bertemu Desta. Lovita berdandan secantik mungkin dan natural. Ia hanya memakai lipbalm agar bibirnya tidak terlalu kering. Perona pipi berwarna peach untuk menutupi pipinya saat bersemu merah. Sepanjang waktu jantungnya pasti akan berdegup kencang saat bersama Desta.
Lovita sudah membayangkan hal manis akan terjadi saat belajar bersama Desta. Membayangkan hanya berdua dan saling curi pandang.
"Mas Desta, kenapa aku jadi deg-degan kek, gini, sih." Lovita tersenyum berbicara sendiri.
Ia melihat ke arah cermin menatap dirinya sendiri. Ia merasa ada yang aneh. Gadis itu langsung mengambil pita di rambutnya.
"Pita ini hanya membuatku terlihat seperti anak kecil."
Lovita kembali merapikan rambutnya. Ia menyisirnya kembali sambil tersenyum. Mengambil ponselnya dan langsung mengambil gambar. Ia langsung meng-upload fotonya ke media social dan memberi caption "Bertemu calon Mas Pacar".
Tidak ada hitungan menit, postingannya langsung banjir ratusan love dari followernya. Mereka sangat antusias melihat postingan Lovita yang mayoritas berasal dari remaja. Bahkan beberapa dari mereka langsung berkomentar.
"Cantik banget, Miss."
"Wah, semangka, Miss."
"Miss Live dunk, nanti."
"Wajib posting foto calon Mas Pacar."
Lovita tersenyum membacanya dan hanya memberi tanda love. Ia tidak mempunyai waktu banyak untuk membalas setiap komentar. Ia turun dan menyapa pembantunya yang menyiapkan makanan untuk makan malam nanti.
"Bi, aku nanti makan di luar. Bibi enggak usah nyiapin makanan buat aku."
"Tapi, nanti Nyonya pulang lebih awal, Non."
"Mama? Tumben amat. Biasanya juga pulangnya malam."
"Tadi Nyonya telepon. Katanya suruh nyiapin makan malam."
"Bilang aja kalau aku makan di luar sama teman."
Lovita tidak peduli jika mamanya akan makan malam di rumah. Ia berpikir mamanya pasti hanya akan menceramhinya saat makan. Terlebih Bu Rosma adalah teman dekat mamanya saat dulu. Sudah pasti guru BK tersebut telah melaporkan banyak hal. Tidak terlintas sedikit pun Lovita berniat ingin bertemu Rania. Tidak ada rasa rindu sedikit pun pada sosok wanita yang sering dipanggi Mama. Ikatan mereka tidak begitu kuat karena kesibukan Rania sebagai wanita karir yang sibuk mengurus bisnis butiknya yang tengah berkembang pesat.
Terdengar Bi Siti memanggil Lovita. Namun, Gadis ABG itu mengabaikannya. Ia merasa tidak penting harus membatalkan janjinya dengan Desta dan malah meluangkan waktu yang membosankan bersama Rania dengan ending yang sudah pasti sangat mengecewakan.
"Maaf, Bi. Mas Desta lebih penting. Makan malam sama Mama bisa lain waktu."
Gadis itu langsung mengambil kunci motor kesayangannya. Memakai helm warna pink dan langsung melajukan motor membelah jalanan sore yang lumayan ramai. Senyumnya terus mengembang begitu semangat bertemu dengan Desta.
Kesempatan bertemu dengan guru magang itu sangatlah langka. Ia tidak akan melewatkannya. Menikmati jalanan yang begitu padat membuat Lovita harus beberapa kali berhenti pada lampu lintas. Ia semakin gelisah saat melihat jam tangannya. Ia terlambat sepuluh menit.
"Duh, sudah terlambat. Semoga saja Mas Desta enggak pergi sebelum aku datang."
Gadis itu langsung menarik gas tangan saat lampu berpindah hijau. Ia langsung berbelok menuju kafe tempat mereka janjian. Melihat motor Desta terparkir rapi membuat senyum Lovita mengembang.
Gadis itu langsung mengambil tas dan masuk ke dalam. Pandangannya mengedar sekelilig kafe melihat beberapa meja yang penuh. Matanya awas melihat keberadaan Desta.
"Mas Desta mana, ya? Apa sudah pulang?"
Lovita belum menemukan sosok guru muda tersebut. Ia masih melangkah maju hingga menemukan Desta duduk di lantai atas. Dengan sigap Lovita langsung naik menemui Desta. Hatinya sudah tidak sabar menyapa lelaki yang merebut perhatiannya. Tangannya melambai saat Desta melihat ke arahnya.
"Mas Desta!!!"
Guru magang itu memakai kaus hitam berlengan pendek. Rambutnya terlihat rapi disisir ke samping. Tampilannya terlihat seperti anak muda lainnya. Lovita kegirangan melihatnya. Ia bergitu bersemangat jalan hingga tidak sabar menabrak pelayan yang membawa minuman. Bajunya sedikit basah membekas bagian dada.
Lovita meminta maaf dan akan mengganti minuman yang tumpah. Desta hanya bisa menggeleng melihat Lovita yang sangat ceroboh. Gadis itu berjalan menghampirinya dengan menggaruk kepala merasa tidak enak karena bajunya yang basah.
"Maaf, Mas Desta sudah menunggu lama?"
"Aku baru saja sampai."
Desta mengalihkan pandangannya. Noda basah pada kaus Lovita membuatnya sedikit malu melihatnya. Apa lagi terluhat jelas warna hitam di balik kaus Lovita.
"Kita jadi, belajar, kan?"
"Kamu duduk saja. Aku akan memesan makanan untuk kita."
Desta meminta Lovita untuk duduk. Ia tidak mau perhatiannya terpecah saat melihat Lovita. Pemuda itu langsung memanggil pelayan dan memesan makanan.
Lovita terus melihatnya tersenyum. Tidak menyangka bisa melihat Desta sedekat itu. Ia terus melihat sang guru magang hingga membuat Desta semakin tidak nyaman. Keputusannya menyetujui ajakan Lovita ternyata salah. Gadis itu semakin membuatnya salah tingkah. Bahkan Desta menjadi gugup dan menjatuhkan beberapa buku tebalnya.
"Eh, Mas Desta kenapa?"
"Buka bukumu. Kamu tidak perlu bertanya hal yang tidak penting."
Desta mengambil buku yang terjatuh dan tidak sengaja melihat Bu Livi dari atas yang baru saja masuk kafe. Desta langsung terkejut dan kepalanya terbentur badan meja.
"Mas Desta ngapain? Kepalanya sakit?"
Lovita ikut meringis melihat Desta yang mengusap kepalanya. Ia tidak menyangka jika Bu Livi datang ke kafe.
"Ada Bu Livi …"
"Bu Livi? Mana? Mana? Kita ajak gabung aja sekalian."
"Ngawur kamu!!! Kamu mau bikin gossip di sekolah."
Desta melotot tidak suka. Ia hanya khawatir jika pertemuannya dengan Liovita disalahartikan. Padahal maksudnya karena ingin membantu Lovita saja.
"Sembunyi!!!"
"Sembunyi?" Lovita merasa bingung. Kenapa Desta malah menyuruhnya sembunyi.
"Iya, kamu sembunyi. Bu Livi naik ke atas." Desta meminta Lovita untuk segera bersembunyi. "Sembunyi di bawah meja!"
"Ha? Bawah meja?"
Desta langsung menarik Lovita dan meminta gadis itu bersembunyi di bawah meja. Ia langsung berdiri di depan menutupi Lovita. Jangan sampai Bu Livi tahu keberadaan Lovita di belakangnya. Lelaki itu harap-harap cemas. Ia terlihat tidak fokus dan khawatir.
"Desta kamu di sini?" Bu Livi langsung menyapa saat melihat Desta.
Guru itu langsung menghampiri sang guru magang. Lovita yang bersembunyi di bawah meja merasa kesal karena kedatangan Bu Livi membuat acaranya bersama Desta gagal. Guru Seni Budaya itu datang tiba-tiba.
"Bu Livi sendirian?"
"Iya. Sebenarnya janjian ama teman. Cuma dia malah tidak jadi datang. Ya udah, aku sendiri di sini." Bu Livi melihat tas berwarna pink. Tas yang sangat tidak asing baginya, tetai ia lupa pernah melihatnya di mana.
"Kamu sama cewek kamu?"
"Cewek? Duh, Bu, aku enggak punya cewek."
"Ini tasnya siapa?" Bu Livi menunjuk tas pink di kursi.
"Itu punya murid lesku, Bu." Desta menjawab sekenanya. Jangan sampai membuat Bu Livi curiga.
"Wah, enak, ya, jadi murid les kamu. Aku boleh gabung, enggak? Sepertinya sik kalau ikut belajar bareng."
Lovita yang mendengar percakapan mereka di bawah hanya bisa mengumpat kesal. Ia berharap jangan sampai Desta menyetujui permintaan Bu Livi.
"Mas, Desta jangan sampai mau …"
Lovita menarik celana Desta memberi kode. Jangan sampai guru magang tersebut setuju.
"Jangan mau …" batin Lovita dalam hati.
Bu Livi melihat ekspresi Desta aneh. Ia melihatb ke arah bawah melihat sesuatu.
"Bu Livi sebaiknya kita pulang saja. Aku sudah selesai. Mungkin lain waktu kita bisa makan bareng."
Desta langsung mengambil tasnya. Ia memanggil pelayan dan membayar tagihannya.
"Lho murid lesmu gimana?"
"Aku akan mengiriminya pesan. Sepertinya kita lebih baik membahas tentang olimpiade."
"Baiklah. Aku juga merasa waktu yang diberikan Bu kepsek cepet banget."
Desta langsung memberi kode Bu Livi untuk segera turun. Ia menunggu Bu Livi berjalan terlebih dahulu. Setelah wanita itu turun. Desta langsung berjongkok melihat Lovita.
"Maaf, mungkin lain kali kitab isa belajar bersama. Makanan udah kubayar. Kamu bisa belajar di sini sendiri."
Desta langsung beranjak menyusul Bu Livi. Lovita yang kesal langsung keluar dari persembunyian. Ia merasa Desta tidak adil. Bu Livi baru saja datang. Akan tetapi, Desta malah lebih memilih Bu Livi.
"Ish Mas Desta malah pergi! Tunggu aja besok aku akan mengejarmu lagi!"
Melihat Desta keluar bersama Bu Livi membuatnya benar-benar kesal. Gadis itu memilih langsung mengambil tasnya dan pergi. Percuma juga jika dirinya tetap tinggal. Toh, Desta juga sudah pergi. Padahal tujuan Lovita datang adalah Desta.