"Kau," Haddock meniliknya serius. Seraya menyonsong ke arah Merlin gadungan, ia memanggil Jubilant Jay dan memberikan teman sapunya kebebasan untuk menghisap segala daya hidup "penyihir" tua bangka itu.
Merlin hampir tak berkutik. Ia mengangkat tangannya dan 'membelah' sapu ijuk konglomerat yang kelaparan itu! Namun dia tidak benar-benar membelahnya. Merlin hanya mengaplikasikan sihir Pengendali Realita-nya kepada Jay, membuatnya terbagi dua saat melesat kearah sang kepala rahib lalu kembali menyatu ketika sapu itu melewati dirinya. Jubilant Jay menabrak dinding akibat laju tak terkendali.
"Kau tua bangka yang berengsek," Haddock mulai beringas.
"Aku menyarankanmu untuk menahan amarahmu. Itu akan mengaburkan konsentrasimu," sahut Merlin tenang.
Grand Magus melemparkan ungkapan sarkasme kepadanya. "Wow, impersonasi yang sungguh baik! Kau terdengar bijak seperti Merlin sungguhan."
Jay kerap menyerang sang 'Grand Magus Pertama' itu bolak-balik. Hasilnya nihil. Sejak tertanam sihir Merlin, sapu itu entah bagaimana tidak dapat mengenainya.
"Sudah kubilang, aku telah hidup selama seribu tahun."
Jubilant Jay datang dari kiri, membidik kepala Merlin, lalu terbelah menjadi empat, bergerak dalam pusaran kemudian menyatu dan melesat lagi ke kanan.
"Dan aku memang Merlin, Yang Terhormat Grand Magus," imbuh Merlin lagi.
Mengetahui sapu ajaib itu tidak berguna dalam menundukkan Merlin, Haddock meminta Jubilant Jay kembali ke dimensi saku di balik jas panjangnya.
"Aku sangat heran denganmu. Bagaimana kau bisa-bisanya dengan penuh percaya diri, menyerukan dirimu sebagai sang Penyihir Agung Camelot dengan penampilan demikian? Kepalamu memang harus diperiksa ke rumah sakit jiwa! Teknologi medis kami lebih canggih dibandingkan di Danhar."
"Untuk apa aku malu dengan identitasku?"
Haddock berniat menembakkan sihir ke wajah Merlin, yang kemudian ditepis. Kemudian tangan Grand Magus dicengkram oleh Merlin sendiri. Haddock menarik kembali tangannya dan berputar, kali ini menampilkan tongkatnya yang mengeluarkan bilah pedang—mantera 'Static Ligaveris'—bersiap menyabet kaki kanan sang rahib. Tapi Merlin mengangkat kakinya dan ikut berputar, kemudian menerajang Haddock dengan kaki yang sama. Terdoronglah Haddock beberapa jengkal darinya.
"Begitu, dirimu suka bermain-main rupanya," Haddock berkelakar lagi, "Apa kau juga senang mempermainkan penduduk Chixian Shenzhou seperti itu? Berkoar-koar sebagai 'Si Bijak Merlin' yang kelak menyapu bersih seluruh kekaisaran dalam satu hempasan? Itukah alasannya Danhar menjadi daerah separatis dan kerap dilanda perang? Itu semua ulahmu?"
"Kau mungkin Grand Magus terkemuka di dunia sihir, tapi kau tak mengerti akan masalah Danhar. Segala tindakan maksiat yang dibuat oleh negara itu, semua yang telah dilalui oleh orang-orangku!" tegas Merlin.
"Danhar? Orang-orangmu?" Haddock tertawa dengan nada cemooh, "Sungguh mengecawakan, jadi Camelot bukan lagi orang-orangmu? Tunggu dulu, memang bukan!"
Grand Magus yang semakin geram mendekat lagi, kali ini beberapa tembakan Omen Lucem ikut meramaikan suasana. Merlin juga kerap mengubah dirinya menjadi pecahan kaca tiap kali pendaran putih itu menabrak beliau.
"Kau! Hanya! Seorang pria acak! Yang kebetulan mempelajari ilmu 'Sorcery!' Lalu menggunakan partikel Protos! Logat Camelotmu! Bahkan! Tidak ada!" Haddock kerap menembakinya setiap kali kalimatnya terjeda.
"Hah. Tanggapan yang tidak baru, Grand Magus! Betapa aku tidak peduli kalau kau tidak percaya!"
Semakin mendekat, Haddock kembali bentrok kekuatan dengan Merlin. Tongkatnya ingin diarahkan tepat di mata sang kepala Rahib, sedangkan Merlin sendiri, dengan kepala masih dingin, mengarahkan tongkatnya ke arah lain sekuat tenaga. Kaki mereka menari kaku menanggapi satu sama lain. Keduanya saling dorong-mendorong.
Haddock berbisik, merespon perkataan Merlin barusan, "Tentu saja tidak ada yang percaya, Pak Tua! Merlin hidup seribu tahun yang lalu! Dia sudah meninggal! Lalu lihatlah, beliau tiba-tiba keluar dari liang lahat, mengenakan pakaian kumuh yang kau sebut sebagai busana biara, mempraktikan sihir timur lalu mencari gara-gara di negara orang! Kau sungguh berharap orang percaya akan bualanmu?"
"Kenapa dirimu suka sekali mendikte kehidupan orang lain, anak muda? Aku adalah aku. Jika Merlin dalam bayangamu adalah pria berjanggut dalam jubah dan topi lancip, kesana-kemari membawa ranting pohon yang kau sebut tongkat sihir, kabar buruk, Aku tidak bisa memberimu bagian pakaian mewah. Tapi jika kau memaksa, perhatikan ini …."
Entah darimana, sebuah tongkat sihir coklat gelap menyerupai ranting pohon tergenggam begitu saja!
"Bombardarum!"
Mantera itu tidak keluar dari mulut Haddock. Haddock bahkan belum sempat bereaksi akan kemunculan tongkat sihir dari kepalan tangan Merlin!
Itu karena sebuah ledakan yang cukup besar memisahkan mereka berdua dalam sekejap. Haddock terbanting jauh dari hadapan Merlin. Ledakannya tanpa api, tapi gelegarnya tak kalah bising. Cukup bising sampai semua yang diruangan teralihkan perhatiannya. Baik kelompok 𝘸𝘪𝘻𝘢𝘳𝘥 dan 𝘴𝘰𝘳𝘤𝘦𝘳𝘦𝘳 sama-sama menganga melihat Merlin memegang tongkat sihir. Para 𝘸𝘪𝘻𝘢𝘳𝘥 menganga semakin terintimidasi dibuatnya. Para 𝘴𝘰𝘳𝘤𝘦𝘳𝘦𝘳 sebaliknya, mereka benar terkagum-kagum.
Kepulan debu memenuhi tempat Haddock tersungkur. Ia mencoba untuk bangun sambil terbatuk-batuk. "Sialan! Apa yang …,"
Haddock pun mengambil tongkatnya, "Concursus!" serunya.
Merlin mendengar mantera itu. Sebuah mantera undangan untuk adu sihir, yakni ketika kedua penyihir mengerahkan daya hidupnya—mana—untuk bertikai satu sama lain sebagai penentu akan pemenang. 'Concursus' bukanlah mantera sembarangan. Mantera itu cukup kuat, ia bisa menembus hampir semua jenis mantera sihir. Jika ada yang kena, maka akan tersulut ledakan lainnya yang membuat sebagian besar daya hidup korban hilang daripadanya dalam satu terpaan. Kehilangan mana sebanyak itu dapat membawanya ke fase koma, dan itu belum tentu bisa dipulihkan dalam beberapa hari istirahat.
Maka satu-satunya untuk menangkis mantera Concursus adalah menanggapi 'undangan' itu— mengeluarkan mantera yang sama atau sejenisnya untuk diadu. Dari tongkat Haddock, keluarlah pancaran cahaya hijau, dan di saat yang sama, pendaran merah membludak dari tongkat Merlin. Di tengah udara, kedua pancaran itu bertemu, menghasilkan seberkas cahaya kecil dengan campuran kuning dan putih, mirip seperti percikan api! Salah satu bentuk adu sihir yang intim, baik Merlin dan Haddock dapat merasakan kekuatan satu sama lain. Mereka beradu sekuat tenaga untuk melihat pendaran milik siapakah yang kelak mendominasi serta menggerogoti seluruh gejolak mana tersebut!
Merlin merasakan seluruh tubuhnya tergelitik akan setruman—aliran energi yang keluar masuk tubuhnya. Sembari mengerahkan mana, Merlin berkata kepada Haddock, "Aku telah melalui banyak hal, Grand Magus! Kau benar. Aku telah mati. Memang seharusnya aku sudah mati. Tapi aku tidak mati. Aku tidak bisa mati. Aku mendapatkan mimpi. Aku dikutuk. Aku harus mengemban tugas untuk mengarungi dunia yang sama, berkali-kali. Terus mencari, hingga mimpi yang kudapat itu terwujud dan menjadi kenyataan."
"Tidak! Hentikan omong kosong sialan itu!"
Bunga api yang terbentuk dari jalinan dua kekuatan mulai bergerak ke arah Haddock. Grand Magus kalap. Bulu matanya semakin berkerut memandang percikan yang datang kepadanya. Ia seperti sedang mengerahkan semua yang ada padanya melalui tatapan tajamnya. Tapi tatapan hanyalah tatapan, tidak akan membantu apapun selain membuat wajah berkerut.
"Aku harus mengelilingi dunia yang sama berulang kali, tidak bisa menetap terlalu lama supaya jangan sampai orang curiga tentang keberadaanku. Itu, sampai aku menemukan komunitas suku gunung ini," Merlin melihat pengikutnya berkelahi bagaikan orang tua yang bangga. "Rakyat Danhar. Entah bagaimana mereka berbagi mimpi yang sama sepertiku. Mereka menunggu penyelamat sekaligus penghancur semesta sihir. Beratus-ratus tahun! Mereka selalu diterpa masa sulit generasi ke generasi, namun mereka tetap penuh harap. Aku mempelajari cerita mereka, mempraktikan cara hidupnya mereka. Belajar sihir mereka. Semua demi mewujudkan mimpi itu!"
Sihir Merlin semakin mendominasi daya milik Grand Magus. Semakin bunga api itu melejit menuju tongkat sihir miliknya, Haddock dengan refleks langsung membuang tongkat sihirnya. Ledakan terjadi akibat kontak sihir Merlin mengenai pangkal tongkat Haddock, membuat tongkatnya terlempar jauh dan menghilang! Beberapa 𝘸𝘪𝘻𝘢𝘳𝘥 makin khawatir melihat keadaan Haddock sekarang. Moral mereka merosot. Dengan jumlah mereka sebanyak itu, para 𝘸𝘪𝘻𝘢𝘳𝘥 malah tidak yakin bisa mengalahkan kelompok 𝘴𝘰𝘳𝘤𝘦𝘳𝘦𝘳 ritus timur ini!
Kepala Haddock masih membelakangi sang penyihir tua, sedang mencari kemana tongkat itu pergi dengan wajah yang masih tak percaya. Pertapa gunung itu bisa dua macam aliran sihir? Itu hampir tidak mungkin! Bisa saja itu adalah trik kotor dari si tua bangka itu! Dia dan kekuatan sihir hitamnya! Jikalau orang ini memang sesuatu, dirinya masih tidak percaya kalau itu adalah sosok Merlin.
Kendati demikian, dikalahkan oleh pertapa gunung bisa membuat kekuatannya sebagai Grand Magus dipertanyakan, belum lagi ketika ia memilih untuk membuang tongkatnya daripada 'menerima kekalahan'. Kehormatannya akan direnggut. Reputasinya bisa-bisa hancur, dan entitas-entitas kegelapan kelak meremehkan Magisterium Tanah Sihir. Syukurlah kejadian masa depan itu bukan beban baginya, walaupun dirinya masih dirudung rasa malu. Baginya, keselamatan hidupnya lebih penting daripada dikutuk untuk tertidur selama berhari-hari. Dalam benaknya pula, ia masih menganggap para penyihir elit Magisterium, kawanan domba tersesat yang tidak dapat diharapkan tanpa kehadirannya. Ia harus selalu berada bersama mereka selama masih menjabat.
"Maka dari itu, ketahuilah bahwa aku tidak main-main, Grand Magus …," seru Merlin lagi kepada Haddock.
Kini Haddock beralih kembali ke arah Merlin. Roman wajah sarat amarah bercampur syok. Belum menyerah juga rupanya. Haddock kemudian berlari kencang ke arah Merlin. Ia tidak peduli jika ia kehilangan kemampuan sihirnya saat ini. Dia hanya ingin melayangkan satu pukulan ke wajah "Merlin Yang Agung". Satu pukulan karena rasa egonya mulai bangkit ke permukaan. Perasaan malu itu harus dibalas!
Haddock yang cakap dalam bela diripun tidak bisa menyentuh sehelai kain sang Merlin. Grand Magus kini hanyalah bulan-bulanan bagi 'Grand Magus Pertama', yang dengan mudahnya melayangkan serangan balasan, hampir semuanya tepat sasaran.
Merlin menyelesaikan kalimat terakhirnya, "…Aku mengambil resiko ke sini demi mewujudkan nubuatan itu! Supaya penduduk Danhar dapat diselamatkan. Kekaisaran Shenzhou diselamatkan. Seluruh dunia diselamatkan. Supaya aku akhirnya diperbolehkan menerima kematianku. Aku tidak peduli apa kata orang tentangku. Masa tenang abadi yang kudambakan tak sebanding dengan cemoohan orang! Sekarang, berhenti menghalangi kami!"
Merlin yang baru saja menangkis pukulan Grand Magus langsung memberikan pukulan telak berkali-kali. Untuk serangan penghabisan, Merlin melancarkan tendangan melompat berputar belakang, menghantam dada Haddock yang sudah tak dapat melawan! Haddock seharusnya terlontar ke dinding. Namun semua tembok masih dalam kuasa pengendalian realita Merlin, ingat?
Dinding yang seharusnya menjadi tempat mendarat Haddock tiba-tiba membentuk bingkai persegi yang menjorok ke dalam. Tak ada ujungnya, ibarat lorong tak terbatas. Haddock yang malang memasuki 'lubang cacing' tersebut, kerap menjauh dari khalayak, tak dapat berhenti berhenti. Tarikan gaya yang kuat, dirinya bagaikan terjatuh ke jurang yang tak terselami. []