Chereads / Thaumaturgy (INA) / Chapter 55 - MONKS IN RUSH, SCHOLARS ON THE RUN—PART TWO

Chapter 55 - MONKS IN RUSH, SCHOLARS ON THE RUN—PART TWO

Sang puan sihir mendapati seorang 𝘴𝘰𝘳𝘤𝘦𝘳𝘦𝘳 lain, melambai ke arahnya penuh kelesah. Jika kelompok Merlin berisikan sekumpulan rahib berperawakan gagah dan berspiritualitas hampir menyamai dewa-dewa, orang ini bakal mencolok dari kaumnya. Ia sangat berbeda dari Ganika dan Ko Zarni yang kian mengintimidasi.

Tenshin Tsemo melayangkan tangan kanannya setengah hati. Alicia mungkin tidak dapat melihatnya dengan jelas, tapi wajah tersipu Tenshin berpeluh dan mulutnya tak bisa berhenti bergetar. Jiwa DAN raganya menyaksikan sang pemegang Sempena Ilahi, hanya beberapa meter jauhnya. Sang pemegang anugerah memang sewajarnya cantik jelita, menggambarkan buah karya Ilahi paling sempurna.

Ia mungkin biarawan terculun yang pernah Alicia temui. Berpakaian kurang lebih sama dengan koleganya, tapi diperburuk dengan kehadiran jubah katunnya yang kusam dengan warna yang tak serasi dengan dalamannya. Bayangkan saja keluar ke medan tempur menggunakan jubah mandi gegara jambannya dibombardir musuh. Memangnya dirinya sedang mencari sauna di tengah peperangan? Sesembrono itulah sosok Tenshin, lebih parah dibandingkan ayah Alicia. Padahal berpakaian semodis mungkin adalah khatam hukumnya demi mendapatkan impresi pertama yang baik dari lawan jenis. Tebak saja apa impresi pertama Alicia.

Syukurlah wajah bayinya yang berlindung dalam bingkai kacamata cukup menawan. Rambut kelabu berantakan sangat cocok untuknya, memberikan kesan ilmuan jenius yang kurang tidur.

Ungkapan sarat rasa kagum datang dari si 𝘴𝘰𝘳𝘤𝘦𝘳𝘦𝘳 muda. "A-akhirnya! Aku melihatmu secara langsung, tidak hanya dengan mata batinku lagi! K-kamu memang menarik … m-maksudku unik. Kamu unik!" Tenshin berdeham. "Kamu melakukan sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh pengendali sihir Arcane manapun …. Kamu bisa berbicara langsung dengan sumber kekuatan tersebut. Itu … sangat unik!"

"Pengikut Merlin lainnya?" Alicia memasang kuda-kuda menyerangnya. "Kamu membawaku kemana? Keluarkan aku dari sini!"

Tenshin semakin terbata-bata mendengar kesan negatif sang gadis "T-t-tenanglah dulu, Nona! Aku t-tidak ingin m-memperumit masalah—"

"Kau sudah melakukannya sekarang!"

Teriakan Alicia membuat Tenshin terparanjat; calon biarawan yang malang, ia berteriak kecil karena sempat lengah. "S-s-sungguh, aku tak ingin mencari masalah. Apalagi setelah melihat Nona barusan menangis tidak lama ini. Kumohon, bicarakan ini dengan damai."

"A-apa? Bagaimana—"

"Orang sekitarmu mungkin tidak sadar, tapi kelopak matamu sedikit bengkak. Matamu masih sedikit merah, dan area sekitar hidungmu agak berair. Suaramu masih terdapat sisa-sisa getaran terguncang. Dan dilihat dari caramu berperilaku, emosimu masih belum stabil seutuhnya."

Tenshin mahfum betul akan kondisi Alicia saat ini. Entah apakah ini bakat terpendamnya—melihat diri seseorang dan berempati kepadanya—atau Tenshin sudah menguntitnya sedang menangis sedari awal melalui proyeksi astralnya. Apapun itu, itu membuat sang gadis takut.

"Tidak, tidak, tidak… kamu orang aneh, jangan mendekat lagi!"

"A-a-a-aku tidak aneh, N-Nona! Tubuh selalu memb-berikan tanda akan kondisi seseorang. Jika menyangkal adalah mekanisme koping Nona, aku tidak akan menghakimi Nona. T-t-tapi… A-alangkah lebih baik j-jika kita saling mengenal t-terlebih dahulu! Namaku T-Tensh–"

Tanpa sungkan sebuah tembakan Arcane di lepaskan ke lantai, tepat di depan lelaki yang sedang berjalan mendekat.

"Aku tidak peduli siapa namamu! Keluarkan aku dari sini, dan pergi jauh-jauh. Aku dan Orb tak akan berbelas kasihan lagi!"

Cedera emosional untuk Tenshin. Buyarlah usahanya memikat sang gadis impian.

Tapi ambisi sang Master dan segenap rakyat Danhar lebih penting daripada luapan birahinya. Ia punya segudang kesempatan untuk mencari cinta jika alam semesta tidak hancur.

Maka berkatalah Tenshin kepada Alicia, "B-baik, baik, maafkan aku. Aku t-tak bermaksud untuk bersikap aneh di depanmu. A-Alicia, bukan? Aku menarikmu ke dimensi cermin. Itu sebabnya Arcane tak bisa menjangkau temanmu, karena pada dasarnya kita berada di dunia yang b-berbeda .…"

Dimensi cermin. Kalimat tersebut memberikan percikan rasa ingin tahu di mata sang gadis. Terpendam di benaknya berjibun pertanyaan untuk dilontarkan mengenai sihir antar dimensi tersebut. Tetapi terakhir kali ia terlena akan pengalaman sihir, ia ditangkap oleh Kekaisaran Abadi, dan sekarang, buronan segenap dunia sihir. Alicia adalah kuda Crimosnmane, bukan keledai. Dan kuda seharusnya melompati lubang dengan anggun, bukan jatuh ke dalamnya, apalagi dua kali.

"T-trivia yang bagus. Tapi aku tidak mendengar apapun terkait mengeluarkanku dari sini!" Alicia memberikan tanggapan.

"Kamu akan keluar, Alicia! Hanya jika kamu bersedia menggenggam tangan—maksudku ikut bersamaku—tidak, ikut dengan kami!" Tenshin menampar diri sambil menggelengkan kepalanya karena kesalahan padanan kata. Pikirannya masih terkontaminasi rasa suka terhadap sang gadis.

Alicia masih tidak paham akan jalan pikir Tenshin, maupun semua sorcerer pada umumnya. "Menurutmu masuk akal kah kalau seorang gadis secara sukarela menerima undangan dari kumpulan penyihir asing, yang menerobos rumah orang lain, dan menghasilkan keributan?"

"K-karena itulah aku disini, A-Alicia. Karena itulah aku membawamu ke sini, aku ingin menyelesaikan dengan cara diplomatis. Mohon maafkan master Merlin, sifatnya memang tak mudah ditebak. Tapi dia adalah orang baik!"

"Mungkin bagimu dia orang baik, tapi bagi kami, dia tak lain hanyalah penipu!"

"P-penipu… APA? Nona, tidak! Nona tidak mengenal master Merlin! Master Merlin bukanlah penipu. Beliau telah melindungi Danhar selama berabad-abad dan sekarang, ia hendak melebarkan sayapnya, untuk melindungi dunia sekali lagi!"

"Melindungi dunia? Pelindung Danhar selama berabad-abad?" Alicia semakin jengkel, "kamu sungguh percaya pernyataan itu? Aku mengharapkan kecerdasan yang lebih darimu sebagai seorang 𝘴𝘰𝘳𝘤𝘦𝘳𝘦𝘳!"

"Kami punya kitab-kitab kuno dan dokumentasi lengkap yang mendukung eksistensi master Merlin selama berabad-abad lamanya."

"Merlin sudah mendapatkan Kedamaian Abadinya seribu tahun lampau, beliau dibunuh oleh muridnya sendiri di kala jatuhnya dinasti Pendragon!"

"O-oke! Kalau begitu d-dimana jenazahnya sekarang?"

Gadis berkacamata tertegun sebentar. Ia nampak kehabisan kata-kata untuk membalas argumen si profesor kikuk. Tak ada kisah lengkap mengenai kisah akhir Merlin, Alicia ingat betul itu. Keseluruhan kisahnya pun rasanya seperti dibuat-buat, mirip tokoh fiksi daripada sosok sejarah. Maka dia pun membuka mulutnya, "Jenazahnya tidak ditemukan … tapi itu tidak menjustifikasi Merlin hidup abadi dan menghilang dari peradaban sampai sekarang!"

Tenshin melontarkan telujuk kirinya sambil berseru agak melengking, "HA! M-maksudku…. Tidak! Aku tidak bermaksud membuatmu merasa l-lebih buruk! Aku h-hanya bilang, bangsamu tidak mengetahui jenazah beliau sekarang. Bisa jadi memang hilang, atau beliau tidak pernah mati dari awal. Kami punya semua penjelasan akan itu, jika Nona berkenan ikut dengan kami. A-aku akan mengajarimu tentang semua pengetahuan itu, pasti akan menjadi kencan yang menari—tidak! Bukan itu! B-bukan aku! Maksudku, ada master lain yang akan mengajarkan itu … bukan aku, haha. Aku cuma … murid biasa, kumohon jangan paham, pokoknya … ugghh! K-kau tahu apa maksudku!"

Sosok Tenshin suka sekali berkomat-kamit, tidak konsisten. Alicia kerap berpikir, 'Ada apa dengan gelagat orang itu? Aku ini terlihat menakutkan atau apa?' Sang gadis tahu ia sedang marah, tapi tanggapan umum yang biasa ia peroleh ketika marah adalah semakin dijahili oleh orang lain, bahkan sahabatnya sendiri.

"Baiklah. Begini, 𝘚𝘰𝘳𝘤𝘦𝘳𝘦𝘳—"

"Namaku Tensh—"

"Diam, sudah kubilang aku tidak peduli akan namamu!"

Tsemo bergeming dengan raut tolol.

"Kamu benar. Aku baru menangis. Aku kelelahan. Aku tidak bisa berpikir jernih sekarang. Semua alasan aku tidak ingin bergabung dengan kalian saat ini. K-kamu ingin tahu alasan lainnya? Biar aku jelaskan pelan-pelan supaya kamu paham!" Alicia mengambil napasnya dan membuangnya melalui mulut. "'Orang yang kau anggap Merlin itu, sekalipun umurnya ratusan tahun, tidak ada yang akan mempercayainya. Maksudku, dia menggunakan partikel Protos! Semenjak Orb memilihku, diriku diburu dan hampir mati sekian kali oleh pemakai partikel Protos, sampai detik ini! Jadi maafkan aku jika aku tidak peduli jika orang itu mengaku sebagai Merlin, ataupun sebagai dewa! Bisa saja ia menggunakan sihir hitam untuk membuat dirinya awet muda!"

"Aku mengerti, Nona Alicia," jawab Tenshin singkat.

"Lalu mengapa kita masih disini?"

"Aku mengerti kecemasanmu. Arcane dan Khaos, tidak bisa bersatu, tapi masih ada orang tamak yang menginginkan kedua kekuatan tersebut bersamaan. Jadi semuanya tentang itu, kan? Arcane adalah kekutan baik, sedangkan Khaos jahat. Penyihir dengan kuasa Khaos adalah penyihir berdosa yang layak dibenci oleh di dunia. Darahnya halal untuk ditumpahkan! Tapi kami tidak pernah percaya suatu kekuatan merupakan afiliasi dari pihak tertentu."

"Apa maksdumu?"

"Arcane dan Khaos, keduanya hanyalah kekuatan. Tidak ada yang baik dan jahat, Nona Alicia. Itu hanyalah cara persepsi kita dalam melihat dan memahami realita akan segala sesuatu, termasuk kedua kekutatan tersebut. Keduanya hanyalah dua energi yang bergesekan dan saling tolak menolak. Tak lebih dari itu."

"Kau tidak cakap bercanda saat berkata demikian, 𝘚𝘰𝘳𝘤𝘦𝘳𝘦𝘳!"

"Karena aku memang tidak bercanda! Apa Nona tidak tahu berapa banyak penyihir baik yang menggunakan 'sihir hitam' demi tujuan mulia? Atau berapa banyak 𝘴𝘰𝘳𝘤𝘦𝘳𝘦𝘳 Roma yang menyalahgunakan daya Arcane mereka? Merlin tidak jahat, Nona Alicia. Ia tak ingin kekuatan Arcane-mu. Beliau hanya ingin yang terbaik bagimu, bagi Danhar, bagi keselamatan alam semesta. Kau telah dipilih, Nona! Semesta menunjukmu untuk menjadi pelindungnya! Orang Danhar telah menantikannya, dan tak lama lagi, seluruh dunia! Jadi kumohon, terimalah tawaran master Merlin. Inilah kesempatanmu untuk membuka potensi terbesarmu sebagai pengendali energi Arcane, dan menjadi penyelamat semesta!"

Jika memikirkan sesuatu selain nafsu akan sang perempuan, barulah terlihat kharisma dan kepercayaan dirinya. Tenshin Tsemo sesaat lupa akan pengalaman pandangan pertamanya ketika teringat betapa seriusnya ramalan yang ia yakini; harapan dan doa dari para leluhurnya itu berdampak besar pada dunia. Alicia dapat merasakan kata-kata yang ia utarakan berniat murni. Sang gadis hampir saja berpikir untuk menerima undangan sang lelaki. Alicia melonggarkan kuda-kudanya.

"Kalau niat kalian memang tulus, kalian seharusnya tak perlu menimbulkan kegaduhan," tanggap Alicia. "Dan maafkan aku, tapi Grand Magus Haddock ada benarnya. Kalian kaum separatis sedang berperang dengan Chixian Shenzhou. Semua orang di belahan dunia sudah tahu akan keberadaanku. Jika aku ikut kalian, semakin banyak ancaman yang akan datang menimpa kalian ...."

"Jangan khawatirkan soal ancaman di tanah Danhar, Nona Alicia! Kami bisa mengurusnya!"

"Aku belum selesai," tukas Alicia lagi, "bagaimana dengan rumahku, Camelot? Apa kelompok kalian bisa mengatasinya jika Chixian Shenzhou membagikan pasukannya untuk melancarkan agresi ke kampung halamanku?"

Rasa minder Tenshin kambuh lagi. Kali ini karena tak mampu menjawab pertanyaan Alicia, membuatnya berpikir ia terlihat bodoh di depan perempuan idamannya. Pada akhirnya semua hanyalah bentuk egosentrisme setiap insan. Siapa yang lebih penting, siapa yang paling membutuhkan, semuanya menunjuk ke diri sendiri.

Alicia berkata lagi, "Jadi aku memohon kepadamu, 𝘚𝘰𝘳𝘤𝘦𝘳𝘦𝘳. Keluarkan aku dari sini, tarik kelompokmu mundur. Aku bisa menemukan caraku sendiri dalam mempelajari sihir Arcane bersama Orb. Sekali lagi, k-kumohon?"

Nada suara permohonan tersebut menusuk jantung Tenshin. Sang gadis terlihat lelah, tapi lelaki akil baligh ini makin tergila-gila hanya dengan suara memelas lirihnya!

Orb menandungkan nada setuju. Dalam lagunya, ia pun juga meminta 𝘴𝘰𝘳𝘤𝘦𝘳𝘦𝘳 muda untuk membiarkan mereka sendiri, setidaknya untuk sementara. Alicia melirik ke Orb sesaat, setelah kalimat 'setidaknya untuk sementara' diterjemahkan ke dalam telinga sang gadis. Sayang si 𝘴𝘰𝘳𝘤𝘦𝘳𝘦𝘳 muda itu tidak mengerti apapun mengenai bunyi-bunyian dari bola sihir.

Hanya sesaat dirinya dalam mabuk cinta, Tenshin teringat sekali lagi akan master Merlin dan segenap rakyat Danhar. Ia menggeleng-geleng kepalanya, membuang pengalihan dalam rupa cinta monyet itu. "Tidak. Tidak! Master Merlin mempercayakanku! Danhar dan dunia bergantung kepadaku! Aku tidak akan pulang dengan tangan kosong!"

Serangkaian gestur tangan pun dihelatkan! Kedua lingkaran jingga terbentuk pada tangan kiri dan telapak kanan kakunya yang terlapisi pelindung logam!

"Eh… 𝘴𝘰𝘳𝘤𝘦𝘳𝘦𝘳?" Hawa tak enak mulai menjangkit Alicia. "A-apa yang kau lakukan?"

"Aku sudah bernalar denganmu, Nona! Jika itu tidak berhasil, mau tidak mau aku harus membawamu secara paksa! Maafkan aku!"

Langkah demi langkah ditapaki oleh Tenshin yang gugup. Gugup karena harus memberikan setitik kekerasan kepada perempuan yang disukainya itu. Gugup karena memang begitu signifikannya kehadiran pemegang Sempena Ilahi, dunia menjadi taruhannya.

"𝘚𝘰𝘳𝘤𝘦𝘳𝘦𝘳! Jangan coba-coba!" []