Para pelindung sipil telah ditugaskan ke seluruh penjuru Camelot untuk mencari dan menangkap para penyihir Crimsonmane yang melakukan pencobaan pembunuhan terhadap keluarga Donar. Penyihir-penyihir Magisterium juga dikerahkan untuk mengejar mereka yang lari ke ujung dunia jika perlu. Di istana milik sang patriark Alasdair, sekelompok unit pelindung sipil serta penyihir telah memenuhi seluruh ruangan. Florence Crimsonmane diseret dari pintu istana menuju kereta seraya berontak ketika kedua tangannya dicegat oleh para personel.
"Apa yang kau lakukan padaku, sialan! Lepaskan aku! Kau tidak bisa menyeretku seperti ini, aku tidak bersalah! Lepaskan atau aku hancurkan kalian semua. Tidakkah kalian tahu akulah adalah penyihir keluarga Crimsonmane yang prestigius!"
Rontaan Tante Florence tidak membangkitkan jiwa patriotisme para pelauyan rumah. Suaminya, Ulysses, tidak bisa berkata apa-apa lagi setelah mengetahui jika Florence terlibat dalam jaringan teroris sihir interansional. Di tempat lain, Spencer, Doyle, John, dan Aimee—Anggota keluarga Crimsonmane yang menyerang Alicia—ikut ditangkap pula oleh kediaman mereka. Tentu saja mereka tidak menyerahkan dirinya sebagai tawanan sukarela; mereka harus merasakan panasnya timah dan perihnya energi sihir sebelum akhirnya tunduk.
Hanya segelintir Crimsonmane yang diketahui berkonspirasi, namun bukan berarti hanya mereka saja yang terlibat. Dengan dalil antisipasi, Grand Magus Haddock telah mengeluarkan perintah untuk menginterogasi setiap anggota Crimsonmane kecuali tiga penduduk Trinketshore tersebut. Setelah serangkaian pertanyaan dilemparkan, mereka menemukan sejumlah tersangka baru yang ikut bekerja di balik layar. Mereka tidak hanya menemukan para Crimsonmane, tapi juga orang lain dari kalangan tertentu. Beberapa dari keluarga penyihir lain, beberapa juga seorang pejabat pemerintahan. Dan hampir semuanya menimbulkan keributan hingga kekacauan saat proses penangkapan. Ada kalanya mereka bermain kucing-kucingan dengan sapu sihir, membakar beberapa blok pemukiman, hingga unjuk rasa oleh pendukung fanatik beberapa tersangka. Ada-ada saja, menangkap orang-orang ini ibarat menangkap kuda liar di medan terjal. Pemburuan besar-besaran ini menghancurkan citra Crimsonmane secara drastis, serta menurunkan kepercayaan rakyat terhadap hirarki kerajaan Camelot.
Usaha perebutan Orb waktu itu adalah blunder besar. Mereka menemukan dan menangkap lebih banyak orang dari yang mereka duga. Ini mengkhawatirkan. Kasus tersebut bisa-bisanya merambat sampai ke sisi tergelap pemerintah. Bisa-bisa para pria dan wanita terhormat yang mengabdi negaranya, berujung melawan negara itu sendiri!
Dengan segala penangkapan besar tersebut, pihak berwajib ditimpa seribu kesialan. Mereka secara harfiah tidak menemukan apapun dari puluhan orang itu. Semua tersangka tidak bisa memberitahu apa nama organisasi tempat mereka bergabung, maupun otak di balik semua aktivitas di dalamnya. Para terasangka tidak bisa mengatakannya, dalam artian pikiran mereka ibarat diblokir oleh sesuatu yang mencegah mereka membeberkan semuanya. Ada potongan kenangan yang hilang dari otak mereka, kendati memori yang dicari-cari tepat di ujung saraf, siap untuk dilontar keluar melalui bibir. Mereka ingat tapi lupa. Mereka tahu, tapi "tidak tahu".
Semua cara yang mereka pikirkan dilakukan tapi tak satupun berhasil. Bertanya baik-baik, penyiksaan, membaca pikiran, sampai mengeluarkan informasi dengan paksa menggunakan berbagai jenis sihir. Para petugas tidak mendapatkan apapun dari para tersangka sekalipun mereka tahu dan mau membagikannya. Sungguh aneh bukan kepalang. Grand Magus Lachlan Haddock dan segenap pihak berwajib dibuat pusing karenanya. Mereka masih menabrak jalan buntu yang sama.
"Kau sungguh tidak menemukan apapun?" tanya Donar kepada Haddock di sebuah ruangan kantor pada Komplek penjara sihir. Satu gedung kotak berlapis cat kelabu (atau semen) digunakan sebagai kantor darurat Magisterium sementara Skycastle direparasi.
"Tidak sama sekali, 'Tuanku'," jawab Grand Magus. "Tapi aku menemukan ini."
Beberapa lembar foto diserahkan kepada Baron Trinketshore. Tiap kertas tercetak gambar surat, dinding, sampai interior ruangan tersembunyi. Setelah diperiksa secara seksama, Baron Donar menemukan kesamaan diantara semuanya; terdapat simbol terpampang di dalamnya. Sebuah simbol mata yang terbuka dengan tanduk yang menghadap ke samping—satu tanduk berada di ujung sudut mata, satunya lagi berada di lengkungan atas tidak jauh dari tanduk yang pertama. Dia melihat simbol tersebut di terlukis besar pada dinding tembok dan tergambar mungil di balik amplop. Ia juga melihat aksara-aksara dalam foto surat yang sama sekali ia tidak kenal. Mungkin semacam kode komunikasi milik mereka? Apapun semua itu, semuanya tercetak dalam lembaran foto dan tidak ada satupun dari itu yang membantu.
"Aku melihat simbol...."
"Yep."
"Keluarga Crimsonmane bagian dari 'penyelamat' juga, ya? Kukira hal-hal yang dipikirkan oleh keluargaku tidak jauh-jauh dari harta dan kekuasaan."
"Oh tenang saja, Donar. Itu masih mayoritas keluargamu."
"Tapi hanya ini saja yang kalian temukan?"
"Selain koar-koar tentang 'menyelamatkan dunia dari keterpurukan' yang membuatku mual? Ya, itu saja yang kami temukan untuk sekarang."
"Bagaimana dengan tulisan-tulisan di dokumen dan tembok-tembok?"
"Itu salah satu masalanya. Tidak ada yang tahu apa isi tulisan tersebut. Para epigrafer sedang mencoba mendekripsi arti tulisan tersebut. Yah, walaupun mereka tidak tahu apa yang harus dideskripsikan. Tulisan yang digunakan tidak ada padanan dari aksara lain, sanad sejarahnya saja tidak ada."
Keduanya hanya bersandar dan mendesah pasrah. Donar meneguk whiskey dinginnya, sedangkan Haddock kembali menghisap cerutu yang sempai terabaikan di piringan asbak, sebelum Donar menyusul pula.
Cerutu coklat Grand Magus membakar saat dihisap, kepulan asap menyebar saat dihela. Gulungan lisong berkualitas pun tak dapat meringankan beban sang penyihir, dan Haddock mengutarakan keputusasaannya lagi. "Lagian, sihir macam apa sih yang dirapalkan oleh sang dalang? Sejenis sihir terlarang? Kita telah berusaha membatalkannya dengan segala cara, dengan Arcane sekalipun. Nihil."
"Kalau begini terus, tidak ada gunanya memenjarakan lebih banyak orang. Yang ada malah dianggap menangkap dengan prasangka." Donar menyatakan rasa setujunya, "Aku hanya berharap ini bukanlah perkerjaan yang sia-sia. Apa yang diperbuat istriku … juga tak sia-sia."
Hening mencekam tulang mereka lagi di kala Donar mengungkit istrinya di depan Grand Magus. Keduanya bertatap-tatap sambil mencicipi whiskey masing-masing. Entah kenapa laki-laki sangat mudah bersandiwara dengan raut wajah mereka. Baron Trinketshore melihat apa yang dilihat oleh Grand Magus; mata jernih, tatapan kosong, alis longgar. Kerut wajah yang lahir oleh oleh usialah yang menjadi perbedaan penglihatan Haddock terhadap Donar.
Haddock memecah kesunyian sesaat itu, "Kita pernah menghadapi yang lebih buruk—"
"Ini jelas yang terburuk dari semuanya, Grand Magus," tukas Donar.
"Oke, ini yang terburuk," Haddock membalasnya, "Dan kita akan menyelesaikannya lagi seperti yang sudah-sudah, selama kita bersabar. Mencari sudut pandang baru mungkin akan sangat membantu. Kantor baruku ini mungkin membantu. Kau tahu, seperti melihat dinding semen ini. Mencari inspirasi di balik tembok kelabu yang terlihat unik, atau malas. Ah, atau di saat aku membawa putrimu jalan-jalan besok untuk mencari tahu jalan takdirnya. Itu akan menyenangkan, dan inspiratif. Apapun itu, kami akan menemukan caranya. Sekali lagi, Tuan Donar, tidak perlu khawatir."
Pria paruh baya mengeluarkan desahan lainnya. "Mengenai besok. Entahlah, apa kau tidak bisa memberitahukannya langsung di tempat dan mengirimkan salah seorang rahib ke sini saja? Mengapa harus pergi jauh-jauh untuk mewujudkan 'takdir besarnya' itu?"
"Tapi Donar, dia memang punya takdir yang besar. Dan takdir itu mengharuskannya untuk menyelidiki dunia … Kau sudah harus berekspetasi bahwa ia akan meninggalkanmu tidak lama lagi."
"Kenapa tidak kau beritahukan sekarang saja kepadaku apa takdirnya, biar aku yang katakan semuanya kepadanya? Biar aku pula secara pribadi mengupah seorang rahib Celestia untuk melatih putriku."
"Apa bedanya? Toh, dia akan meninggalkanmu juga. Itu takdirnya. Camelot sudah terbukti tak aman untuknya. Dia harus menemukan yang lain dan menyelamatkan dunia."
Haddock membuka laci mejanya lalu mengeluarkan sebuah kitab usang. Ia mencari-cari halaman yang diinginkan lalu menggeser bukunya kepada sang baron. Ia lanjut berkata, "Tapi kalau kau memang ingin tahu apa takdirnya …."
Baron melihat isi buku tersebut. Keningnya berkerut, merasa ada sesuatu yang salah. Ketika ditutupnya buku itu dan melihat sampulnya, ia melayangkan wajah agak kesal ke Grand Magus.
"Kenapa kau ini? Kau bermain-main denganku?"
"Hei, itu reaksi pertamaku, dan juga reaksi putrimu kelak. Tapi kupikir penulis ini tidak salah. Kau melihatnya sendiri. Isinya sama dengan ciri anakmu."
Donar menahan keningnya sambil bergeleng. "Aku tak pernah mereasa sekonyol ini. Kau membuatku semakin ragu."
"Tolong jangan ragu."
"Aku belum siap untuk kehilangan orang yang kucintai lagi."
"Walaupun aku lebih muda darimu, 'Tuanku', setidaknya aku belajar sesuatu tentang merelakan sesuatu. Kita semua akan kehilangan, cepat atau lambat. Daripada diam menunggu lebih baik kita mengambil resiko dan menyelesaikan pekerjaan kita."
"Pantas saja kau hampir tidak punya teman. Jodoh pun tidak ada."
"Hei, tenanglah. Percayalah pada putrimu. Dia adalah perempuan yang kuat seperti ibunya."
"Kuat. Iya, tentu saja. Lihat apa yang menimpa Ailsa sekarang."
"Alicia tidak akan bernasib sama, Donar. Dia akan menemukan yang lain dan berhasil mewujudkan nubuatannya. Dia harus berhasil. Kalau tidak, tamatlah riwayat dunia ini!"
Melihat waktu di arloji, Donar menenggak whiskey terakhirnya dan bangkit dari kursi. Sesaat sebelum berbalik ia berpinta kepada Haddock, "Berjanjilah kau akan melindungi putriku jika kau memang harus membawanya ke Vanir."
Haddock mengangguk. "Tak perlu dipertanyakan lagi. Aku berusaha yang terbaik."
'Berusaha yang terbaik.' Sedikit kekhawatiran mengganjal di hati sang Baron. Setidaknya Haddock jujur. Alicia tidak akan bisa dikekang terus, itu malah membuatnya semakin mudah dicari. Mungkin sang gadis harus dilepas ke dunia luar, menghadapi jalan yang telah dipersiapkan untuknya. Naluri sang ayah masih lekat padanya, namun ia juga boleh menghela lega. Putrinya punya tujuan hidup sekarang. Semoga Ilahi yang Sunyi memandu dan melindungi anak perempuan kesayangannya, doa Donar dalam hati. []