Chereads / Thaumaturgy (INA) / Chapter 63 - THE SCRIPTURE OF THE RENOWNED ASTROLOGIST—PART ONE

Chapter 63 - THE SCRIPTURE OF THE RENOWNED ASTROLOGIST—PART ONE

Sudah beberapa jam sejak mesin lokomotif memacu menggesek rel. Alicia masih berkutat dengan kitab kuno dari seorang astrologis yang "terkenal". Ia memusatkan konsentrasi penuhnya untuk memahami tiap baris kata pada beberapa bab pertama. Tidak ada penggalan kalimat yang merujuk pada nubuatan akan dirinya. Semuanya masih berisikan nubuatan-nubuatan yang akan terjadi beberapa tahun sejak buku itu dirilis, yang mana seingat Alicia, tidak pernah terjadi.

"Dua tahun dari sekarang, Timur tidak akan mendapatkan mentari terbit lagi. Lima tahun dari sekarang, langit akan jingga seperti darah. Setiap hari adalah senja, setiap hari adalah keterpurukan." Alicia membalikkan halaman. "Ketika kau melihat kerajaan langit di atas gunung, ingatlah bahwa semua cahaya telah diambil darinya. Apalagi yang suci disana?"

Sang gadis berhenti sebentar. Ia merenungkan bacaan tadi, bergumam dalam hati. Seingat yang dia tahu, daerah timur sejauh ini baik-baik saja. Bintang Phoebus masih memberkati mereka dengan cahaya terlebih dahulu daripada benua barat. Tidak pernah ia dengar dari berita ataupun catatan sejarah kalau kahyangan di Chixian Shenzhou selalu melihat langit merah darah. Kagatse kerap di gambarkan sebagai surga empat musim di radio pula. Dan berdasarkan tayangan telemedia, daerah semenanjung pada Kerajaan Sinsi adalah tempat terbaik untuk melihat matahari naik dan turun dari samudera luas. Ketiga negara ini memang punya konflik internal satu sama lain, tapi sang gadis tidak melihat itu sebagai sesuatu yang signifikan yang mengakibatkan langit berdarah. Semua tempat di dunia ini pernah mengalami konflik.

Alicia melanjutkan pembacaannya, kali ini ramalan mengenai seorang ibu raksasa. "'𝘈𝘬𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘱𝘦𝘳𝘤𝘢𝘺𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘦𝘸𝘢 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘪𝘯 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘣𝘪𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨. 𝘕𝘢𝘮𝘶𝘯 𝘣𝘪𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘢𝘵𝘢 𝘱𝘢𝘥𝘢𝘬𝘶: 𝘐𝘣𝘶 𝘳𝘢𝘬𝘴𝘢𝘴𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘺𝘢𝘵 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘢 𝘴𝘦𝘣𝘶𝘵 𝘴𝘦𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪 𝘢𝘯𝘢𝘬 𝘥𝘪 𝘥𝘶𝘯𝘪𝘢 𝘭𝘢𝘪𝘯, 𝘥𝘢𝘯 𝘢𝘯𝘢𝘬-𝘢𝘯𝘢𝘬 𝘬𝘢𝘯𝘥𝘶𝘯𝘨𝘯𝘺𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘳𝘢𝘶𝘯𝘨. 𝘚𝘢𝘢𝘵 𝘪𝘵𝘶 𝘵𝘦𝘳𝘫𝘢𝘥𝘪, 𝘢𝘭𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢𝘩 𝘣𝘪𝘫𝘢𝘬 𝘫𝘪𝘬𝘢 𝘒𝘦𝘬𝘢𝘪𝘴𝘢𝘳𝘢𝘯 𝘈𝘣𝘢𝘥𝘪 𝘵𝘢𝘬𝘶𝘵.' Tunggu apa? Tapi … siapa ibu raksasa yang dimaksud? Ibu dari Syvatogor, Bapa kaum Raksasa? Tidak ada yang mengenal wanita tersebut, terlebih karena Syvatogor dibuang oleh kedua orang tuanya sejak bayi …."

Makin mengertilah ia mengapa Nostradame dianggap sebagai astrologist gadungan. Prediksinya tidak hanya salah, namun dia tampak tidak mendalami literasi sejarah!

Alicia terus menelisik isi buku tersebut. Orang-orang akan berbondong-bondong untuk menjadi dewa seperti junjungannya? "Maksudku, semua orang dari dahulu selalu ingin menjadi dewa, kan? Mengapa dia menjelaskan apa yang aku sudah tahu? Kau percaya ini, Orb?" ucap Alicia kepada Orb yang ia sandar di bawah dadanya. Si bola ajaib menjawabnya manis, memintanya untuk tetap membaca.

Akan semakin banyak kota non sihir, dan sihir akan punah? Tidak mungkin! Kota non-sihir mungkin bertambah, tapi ilmu sihir juga semakin berkembang, semakin canggih, semakin berbahaya. Orang-orang seperti Alicia merasa masih mendapatkan perlakuan rakyat kelas dua di antara para bangsawan sihir. Dirinya masih menganggap itu sebagai keberuntungan mengingat ia masih bagian dari keluarga bangsawan. Akan berbeda cerita jika dia berasal dari kalangan biasa, atau bahkan rakyat jelata.

Nubuat selanjutnya cukup membuat sang gadis terpicu amarah. Daya Kekaisaran Abadi akan membawa manusia pada masa damai seribu tahun? Alicia langsung menutup bukunya. Buku ini adalah lelucon. Ini hanyalah karangan fiksi utopia yang bahkan tidak lebih bagus dari cerita apik yang ia bawa di taman kanak-kanak. Roma Abadi adalah biang kerok mengapa dunia ini dianggap sudah dekat dengan kiamat. Mengikut campur urusan negara lain demi mengekploitasi sumber daya alamnya, lalu berlagak menjadi mediator antar pemerintahan, sampai memicu perang lainnya. Semua diperparah dengan kebijakan monopolinya akan jual beli kekuatan Arcane. Jika Kekaisaran Abadi itu bisa lenyap, mungkinlah perdamaian dunia bisa tercapai!

Kesal, ia melempar buku tersebut dan terjatuh tak jauh dari kakinya. Ia merenggangkan diri dan tiduran di sofa yang empuk itu. Harusnya ia tak langsung mendengarkan arahan Grand Magus. Ia pasti hanya memastikan agar dirinya tetap sibuk selama perjalanan, mengingat waktu perjalanan memakan lebih dari satu hari.

𝘈𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘶 𝘭𝘢𝘬𝘶𝘬𝘢𝘯, 𝘈𝘭𝘪𝘤𝘪𝘢? 𝘈𝘮𝘣𝘪𝘭 𝘥𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘭𝘦𝘴𝘢𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘤𝘢𝘢𝘯𝘮𝘶 𝘪𝘵𝘶! Orb berbicara kepadanya.

Alicia menjawab, "Sungguh, Orb? Buku ini tidak memberikan apapun mengenai takdirku."

𝘒𝘢𝘶 𝘣𝘦𝘭𝘶𝘮 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘤𝘢 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢𝘯𝘺𝘢! 𝘔𝘦𝘮𝘢𝘯𝘨𝘯𝘺𝘢 𝘬𝘢𝘶 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘵𝘢𝘩𝘶 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘶 𝘤𝘢𝘳𝘪 𝘥𝘪 𝘝𝘢𝘯𝘪𝘳? jawab Orb.

Orb ada benarnya. Ketika Alicia sudah berada di ibukota Vanaheim, setidaknya ia harus mengetahui isi luar ramalannya dulu, barulah ia dapat mencari detailnya pada pohon pengetahuan. Tidak tahu apa yang ia cari, berarti tidak ada rincian yang akan diberikan padanya.

"HMMPHH!" Alicia mengerang frustasi, "Baik, baik! Hanya karena kamu meminta, Orb."

Dia mengambil kembali bukunya itu. Kitab ini sesungguhnya tak setebal kitab kuno pada umumnya. Saat Alicia membuka halaman selanjutnya, ia sudah berada pada bagian akhir.

𝘉𝘢𝘤𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬𝘬𝘶, 𝘈𝘭𝘪𝘤𝘪𝘢, pinta Orb.

"Ya sudah, dasar bola manja."

𝘈𝘬𝘶 𝘴𝘶𝘬𝘢 𝘴𝘢𝘢𝘵 𝘬𝘢𝘶 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘤𝘢 𝘴𝘢𝘮𝘣𝘪𝘭 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘶𝘢𝘳𝘢.

"Diam."

Bab terakhir yang ia hendak baca berjudul "Akhir Dunia." Sungguh judul yang mencengangkan. Sang gadis berharap bulu kuduknya bergidik ketika membaca judul tersebut.

Maka mulailah ia membaca isinya. "'𝘐𝘯𝘪 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘳𝘢𝘮𝘢𝘭𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘳𝘢𝘬𝘩𝘪𝘳𝘬𝘶. 𝘈𝘬𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘵𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘪𝘯𝘪 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘭𝘶𝘮 𝘢𝘬𝘶 𝘮𝘢𝘵𝘪. 𝘚𝘦𝘭𝘢𝘮𝘢 𝘪𝘯𝘪 𝘢𝘬𝘶 𝘮𝘦𝘳𝘢𝘴𝘢 𝘣𝘢𝘩𝘸𝘢 𝘥𝘪𝘳𝘪𝘬𝘶 𝘥𝘪𝘵𝘪𝘱𝘶 𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘣𝘪𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨-𝘣𝘪𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨. 𝘔𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘨𝘦𝘳𝘢𝘬, 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘵𝘢𝘬 𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵 𝘮𝘦𝘭𝘪𝘶𝘬, 𝘮𝘢𝘬𝘢 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘦𝘣𝘢𝘬𝘬𝘶 𝘴𝘦𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪 𝘣𝘢𝘩𝘢𝘯 𝘰𝘭𝘰𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘮𝘦𝘴𝘵𝘢 𝘴𝘦𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪 𝘱𝘦𝘭𝘦𝘱𝘢𝘴 𝘬𝘰𝘮𝘦𝘥𝘪. 𝘈𝘬𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘣𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘮𝘦𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘣𝘪𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘱𝘦𝘳𝘴𝘱𝘦𝘬𝘵𝘪𝘧 𝘣𝘪𝘢𝘴𝘢, 𝘭𝘢𝘪𝘯 𝘥𝘢𝘳𝘪𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘱𝘦𝘯𝘺𝘦𝘣𝘢𝘳 𝘯𝘶𝘣𝘶𝘢𝘵𝘢𝘯 𝘭𝘢𝘪𝘯. 𝘈𝘬𝘶 𝘪𝘴𝘵𝘪𝘮𝘦𝘸𝘢. 𝘉𝘪𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘳𝘪𝘮𝘬𝘶 𝘱𝘦𝘴𝘢𝘯 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘤𝘢𝘳𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘢𝘬 𝘣𝘪𝘢𝘴𝘢 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘮𝘢 𝘪𝘯𝘪, 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘬𝘦𝘨𝘦𝘭𝘢𝘱𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘳𝘱𝘢𝘭 𝘵𝘢𝘬 𝘣𝘦𝘳𝘶𝘫𝘶𝘯𝘨 𝘥𝘪 𝘣𝘦𝘭𝘢𝘬𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘮𝘦𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵𝘯𝘺𝘢. 𝘛𝘪𝘥𝘢𝘬, 𝘬𝘦𝘨𝘦𝘭𝘢𝘱𝘢𝘯 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘣𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘵𝘢𝘩𝘶 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘭𝘶𝘮 𝘴𝘢𝘢𝘵𝘯𝘺𝘢. 𝘉𝘪𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘳𝘪𝘵𝘢𝘩𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘪𝘯𝘪 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢𝘬𝘶; 𝘢𝘬𝘩𝘪𝘳 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘥𝘦𝘬𝘢𝘵. 𝘋𝘶𝘯𝘪𝘢 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘮𝘢𝘬𝘪𝘯 𝘣𝘦𝘫𝘢𝘵. 𝘗𝘢𝘳𝘢 𝘗𝘦𝘯𝘪𝘭𝘪𝘬 𝘚𝘦𝘮𝘦𝘴𝘵𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘥𝘪𝘢𝘮 𝘭𝘢𝘨𝘪. 𝘉𝘶𝘮𝘪 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘦𝘳𝘪𝘮𝘢 𝘱𝘦𝘯𝘨𝘩𝘢𝘬𝘪𝘮𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘭𝘪𝘮𝘢 𝘮𝘢𝘴𝘢 𝘴𝘦𝘫𝘢𝘬 𝘣𝘶𝘬𝘶 𝘪𝘯𝘪 𝘥𝘪𝘳𝘪𝘭𝘪𝘴. 𝘚𝘢𝘢𝘵 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘵𝘦𝘳𝘴𝘦𝘣𝘶𝘵 𝘵𝘪𝘣𝘢, 𝘌𝘯𝘢𝘮 𝘈𝘯𝘢𝘬 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘪 𝘩𝘢𝘥𝘢𝘱𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘱𝘢𝘳𝘢 𝘱𝘦𝘯𝘪𝘭𝘪𝘬 𝘴𝘦𝘮𝘦𝘴𝘵𝘢 𝘴𝘦𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪 𝘴𝘢𝘬𝘴𝘪 𝘣𝘶𝘮𝘪. 𝘌𝘯𝘢𝘮 𝘈𝘯𝘢𝘬 𝘪𝘯𝘪 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘱𝘦𝘮𝘪𝘭𝘪𝘬 𝘬𝘶𝘢𝘴𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘬𝘶𝘢𝘵 𝘥𝘪 𝘫𝘢𝘨𝘢𝘵 𝘴𝘪𝘩𝘪𝘳 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘮𝘢𝘴𝘢𝘯𝘺𝘢. 𝘒𝘦𝘮𝘢𝘮𝘱𝘶𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘥𝘪 𝘭𝘶𝘢𝘳 𝘯𝘢𝘭𝘢𝘳 𝘴𝘦𝘨𝘦𝘯𝘢𝘱 𝘴𝘢𝘩𝘪𝘳, 𝘥𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘨𝘶𝘯𝘢𝘬𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘦𝘯𝘵𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘯𝘢𝘴𝘪𝘣 𝘣𝘶𝘮𝘪.

𝘈𝘬𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘵𝘢𝘩𝘶 𝘢𝘱𝘢𝘬𝘢𝘩, 𝘴𝘪𝘢𝘱𝘢𝘬𝘢𝘩, 𝘮𝘢𝘶𝘱𝘶𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘱𝘢𝘬𝘢𝘩 𝘗𝘦𝘯𝘪𝘭𝘪𝘬 𝘚𝘦𝘮𝘦𝘴𝘵𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘮𝘢𝘬𝘴𝘶𝘥. 𝘏𝘢𝘮𝘱𝘢𝘳𝘢𝘯 𝘣𝘪𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘳𝘣𝘶𝘳𝘶-𝘣𝘶𝘳𝘶 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘭𝘶𝘮 𝘳𝘢𝘴𝘪 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘱𝘪𝘯𝘥𝘢𝘩 𝘭𝘢𝘨𝘪. 𝘈𝘬𝘶 𝘵𝘢𝘬 𝘵𝘢𝘩𝘶 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘪𝘵𝘶 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘮𝘢𝘩𝘭𝘶𝘬 𝘬𝘰𝘴𝘮𝘪𝘴 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘶 𝘵𝘢𝘩𝘶 𝘢𝘥𝘢 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘣𝘪𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨. 𝘈𝘬𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘣𝘶𝘵 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘢𝘯𝘨𝘨𝘢𝘱 𝘴𝘦𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪 𝘬𝘦𝘨𝘦𝘭𝘢𝘱𝘢𝘯, 𝘰𝘱𝘰𝘴𝘪𝘴𝘪 𝘱𝘳𝘪𝘮𝘰𝘳𝘥𝘪𝘢𝘭. 𝘈𝘬𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘱𝘦𝘳𝘤𝘢𝘺𝘢 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘴𝘦𝘣𝘶𝘵 𝘴𝘦𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪 𝘮𝘢𝘩𝘢 𝘬𝘶𝘢𝘴𝘢 𝘴𝘦𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪 𝘐𝘭𝘢𝘩𝘪 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘚𝘶𝘯𝘺𝘪. 𝘛𝘢𝘬 𝘮𝘶𝘯𝘨𝘬𝘪𝘯 𝘐𝘭𝘢𝘩𝘪 𝘣𝘦𝘳𝘥𝘪𝘢𝘮. 𝘐𝘢 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘪𝘴𝘪𝘬𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘴𝘶𝘢𝘵𝘶 𝘥𝘢𝘯 𝘫𝘪𝘬𝘢 𝘬𝘢𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘳𝘯𝘺𝘢, 𝘪𝘢 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯𝘭𝘢𝘩 𝘐𝘭𝘢𝘩𝘪 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘶𝘯𝘺𝘪. 𝘋𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘪𝘴𝘪𝘬𝘬𝘢𝘯 𝘪𝘯𝘪 𝘬𝘦 𝘵𝘦𝘭𝘪𝘯𝘨𝘢𝘬𝘶 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘱𝘢𝘳𝘢 𝘣𝘪𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨. 𝘐𝘮𝘢𝘯𝘬𝘶 𝘢𝘥𝘢 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘣𝘪𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨-𝘣𝘪𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨.

𝘛𝘢𝘱𝘪 𝘣𝘪𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘳𝘪𝘵𝘢𝘩𝘶𝘬𝘶 𝘴𝘪𝘢𝘱𝘢 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘦𝘯𝘢𝘮 𝘸𝘢𝘬𝘪𝘭 𝘣𝘶𝘮𝘪 𝘪𝘯𝘪. 𝘒𝘦𝘦𝘯𝘢𝘮𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘮𝘣𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢𝘯 𝘦𝘴𝘦𝘯𝘴𝘪 𝘫𝘢𝘨𝘢𝘵 𝘳𝘢𝘺𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘪𝘱𝘵𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘮𝘢𝘵𝘪𝘢𝘯.'"

Secercah titik terang muncul dalam benak Alicia. "Inikah isi ramalan yang dimaksud? Bukankah akan lebih baik jika Grand Magus tinggal memberitahukannya saja secara langsung, atau setidak memberitahukan kepadaku dimana bagian nubuatan untukku?" gumamnya.

𝘐𝘢 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘢𝘵𝘬𝘶 𝘵𝘦𝘵𝘢𝘱 𝘴𝘪𝘣𝘶𝘬 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘮𝘢 𝘴𝘦𝘩𝘢𝘳𝘪𝘢𝘯. 𝘒𝘢𝘶 '𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘶𝘵𝘶 𝘣𝘶𝘬𝘶. 𝘔𝘦𝘯𝘨𝘶𝘣𝘳𝘢𝘬-𝘢𝘣𝘳𝘪𝘬 𝘣𝘶𝘬𝘶 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘩𝘰𝘣𝘪𝘮𝘶. 𝘒𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘬𝘢𝘶 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘵𝘢𝘩𝘶 𝘴𝘦𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘢𝘸𝘢𝘭, 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘶 𝘭𝘢𝘬𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘩𝘢𝘳𝘪𝘢𝘯 𝘥𝘪 𝘬𝘦𝘳𝘦𝘵𝘢? 𝘔𝘦𝘯𝘨𝘨𝘢𝘯𝘨𝘨𝘶 𝘱𝘢𝘳𝘢 𝘱𝘦𝘯𝘺𝘪𝘩𝘪𝘳 𝘭𝘢𝘪𝘯? respon Orb kepada sang gadis.

Alicia balik membalas Orb, "Entahlah, mungkin? Puan sihir bernama Odelie tadi tampak sangat ingin bermain bersamaku, walaupun dia membuatku …." Tubuhnya agak memanas ketika imajinasinya mulai keluar jalur. "… Aku tidak tahu harus bilang apa."

𝘓𝘢𝘯𝘫𝘶𝘵 𝘣𝘢𝘤𝘢 𝘴𝘢𝘫𝘢, 𝘈𝘭𝘪𝘤𝘪𝘢.

"Ahh, Orb!"

Alicia melanjutkan bacaannya, "'𝘉𝘪𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘢𝘵𝘢 𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘯𝘢𝘬 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘢𝘭𝘪𝘳𝘢𝘯 𝘢𝘪𝘳 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘳𝘥𝘪𝘢𝘮 𝘴𝘦𝘳𝘪𝘣𝘶 𝘣𝘢𝘩𝘢𝘴𝘢. 𝘔𝘶𝘭𝘶𝘵𝘯𝘺𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘵𝘶𝘵𝘶𝘱 𝘬𝘢𝘣𝘶𝘵 𝘮𝘶𝘴𝘪𝘮 𝘥𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯. 𝘐𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘢𝘮 𝘮𝘦𝘭𝘦𝘸𝘢𝘵𝘪𝘮𝘶 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘢𝘴𝘢𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘬𝘢𝘶 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯𝘭𝘢𝘩 𝘢𝘳𝘶𝘴𝘯𝘺𝘢. 𝘐𝘢 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘥𝘪𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢𝘪 𝘣𝘢𝘯𝘺𝘢𝘬 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘪𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘯𝘢𝘩 𝘱𝘦𝘥𝘶𝘭𝘪 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯𝘮𝘶. 𝘚𝘦𝘨𝘦𝘳𝘢, 𝘢𝘪𝘳 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘭𝘪𝘳 𝘵𝘦𝘳𝘴𝘦𝘣𝘶𝘵 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘬𝘶𝘵𝘪 𝘸𝘢𝘥𝘢𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘭𝘢𝘨𝘪. 𝘐𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘪𝘱𝘵𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘸𝘢𝘥𝘢𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘦𝘯𝘥𝘪𝘳𝘪 𝘥𝘢𝘯 𝘤𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢𝘯𝘨 𝘸𝘢𝘥𝘢𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘬𝘦𝘳𝘢𝘴.

𝘕𝘢𝘮𝘶𝘯 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘭𝘶𝘮 𝘪𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘪𝘱𝘵𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘸𝘢𝘥𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘯𝘥𝘪𝘳𝘪, 𝘪𝘢 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘥𝘪𝘵𝘦𝘮𝘶𝘬𝘢𝘯. 𝘐𝘢 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘥𝘪𝘣𝘢𝘵𝘢𝘴𝘪. 𝘈𝘪𝘳 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘬𝘶𝘵𝘪 𝘢𝘭𝘶𝘳, 𝘮𝘢𝘬𝘢 𝘫𝘪𝘬𝘢 𝘬𝘦𝘴𝘦𝘴𝘢𝘵𝘢𝘯 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘢𝘭𝘶𝘳𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘢𝘬𝘢 𝘥𝘪𝘴𝘪𝘵𝘶𝘭𝘢𝘩 𝘪𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘭𝘪𝘳. 𝘋𝘪𝘢 𝘵𝘢𝘬 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘭𝘪𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘳𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘭𝘦𝘱𝘢𝘴𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘩𝘢𝘨𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱, 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘪𝘯𝘬𝘢𝘯 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘸𝘢 𝘥𝘢𝘳𝘢𝘩 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘢𝘵𝘪. 𝘊𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢𝘯𝘨𝘯𝘺𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘬𝘦𝘳𝘢𝘴 𝘣𝘢𝘵𝘶 𝘥𝘢𝘯 𝘸𝘢𝘳𝘯𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘦𝘳𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘮𝘢𝘵𝘪𝘬𝘢𝘯. 𝘐𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘳𝘢𝘤𝘶𝘯.

𝘈𝘪𝘳 𝘪𝘵𝘶 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘥𝘪𝘣𝘢𝘸𝘢 𝘬𝘦 𝘬𝘦𝘩𝘢𝘮𝘱𝘢𝘢𝘯, 𝘥𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘪𝘢 𝘵𝘢𝘬 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘯𝘵𝘶𝘬. 𝘔𝘢𝘬𝘢 𝘪𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘭𝘢𝘫𝘢𝘳. 𝘔𝘢𝘬𝘢 𝘪𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘸𝘢𝘥𝘢𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘦𝘯𝘥𝘪𝘳𝘪. 𝘐𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘣𝘶𝘭𝘢𝘵 𝘴𝘦𝘶𝘵𝘶𝘩𝘯𝘺𝘢. 𝘊𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢𝘯𝘨𝘯𝘺𝘢 𝘬𝘦𝘳𝘢𝘴 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘵𝘢𝘬 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘥𝘪𝘵𝘦𝘮𝘣𝘶𝘴, 𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘪𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘫𝘪𝘯𝘬𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘭𝘢𝘪𝘯 𝘮𝘢𝘴𝘶𝘬 𝘥𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘯𝘵𝘶𝘬𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘴𝘢𝘮𝘢. 𝘐𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘪𝘩 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘶𝘳𝘯𝘪. 𝘐𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘨𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘫𝘪𝘸𝘢-𝘫𝘪𝘸𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘦𝘯𝘨𝘨𝘦𝘭𝘢𝘮𝘬𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘫𝘢𝘩𝘢𝘵.'"

Sebuah simbol berupa butiran air yang membulat terpampang pada kertas tepat setelah text terakhir tertulis. Sang gadis belum mengerti apa maksud simbol tersebut. Mungkin saja itu hanyalah hiasan? Untuk memberikan kesan estetik pada sebuah buku yang suram? Alicia tidak tahu dan peduli saat itu. Ia terus membaca.

"'𝘉𝘪𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘢𝘵𝘢 𝘣𝘢𝘩𝘸𝘢 𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘯𝘢𝘬 𝘭𝘢𝘪𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘵𝘶𝘮𝘱𝘶𝘬 𝘵𝘢𝘯𝘢𝘩 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘵𝘶𝘮𝘱𝘶𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘬𝘪 𝘣𝘪𝘯𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘶𝘢𝘴. 𝘐𝘢 𝘴𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶𝘩 𝘬𝘦𝘳𝘢𝘴 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘭𝘢, 𝘑𝘪𝘬𝘢 𝘪𝘢 𝘱𝘶𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘶𝘭𝘶𝘵 𝘪𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘦𝘮𝘰𝘰𝘩 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘣𝘦𝘭𝘢𝘫𝘢𝘳 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘣𝘪𝘯𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘶𝘢𝘴 𝘪𝘵𝘶 𝘵𝘪𝘢𝘱 𝘩𝘢𝘳𝘪. 𝘑𝘪𝘬𝘢 𝘪𝘢 𝘱𝘶𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘢𝘵𝘢 𝘪𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘢𝘯𝘥𝘢𝘯𝘨 𝘭𝘦𝘬𝘢𝘵-𝘭𝘦𝘬𝘢𝘵 𝘳𝘢𝘬𝘴𝘢𝘴𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘯𝘫𝘢𝘬𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘢𝘴𝘢𝘢𝘯 𝘫𝘪𝘫𝘪𝘬. 𝘑𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘶 𝘢𝘥𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘢 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘣𝘪𝘯𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘶𝘢𝘴 𝘪𝘵𝘶 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘬𝘦𝘳𝘢𝘴𝘯𝘺𝘢, 𝘬𝘦𝘥𝘶𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘩𝘢𝘯𝘤𝘶𝘳. 𝘗𝘰𝘯𝘥𝘢𝘴𝘪 𝘬𝘰𝘬𝘰𝘩 𝘬𝘦𝘵𝘪𝘬𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘪𝘮𝘱𝘢 𝘥𝘢𝘴𝘢𝘳 𝘬𝘶𝘢𝘵 𝘭𝘢𝘪𝘯𝘯𝘺𝘢, 𝘬𝘦𝘥𝘶𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘳𝘶𝘯𝘵𝘶𝘩. 𝘏𝘢𝘯𝘤𝘶𝘳 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘦𝘱𝘪𝘯𝘨-𝘬𝘦𝘱𝘪𝘯𝘨 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘨𝘢𝘭𝘢 𝘬𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘯𝘫𝘢𝘬𝘯𝘺𝘢, 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘫𝘢𝘵𝘶𝘩 𝘥𝘢𝘯 𝘪𝘬𝘶𝘵 𝘮𝘢𝘵𝘪.

𝘛𝘢𝘯𝘢𝘩 𝘥𝘢𝘯 𝘣𝘪𝘯𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘣𝘦𝘳𝘥𝘢𝘮𝘢𝘪. 𝘛𝘢𝘯𝘢𝘩 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘳𝘪 𝘱𝘪𝘫𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘣𝘪𝘯𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘢𝘯 𝘣𝘪𝘯𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘫𝘢𝘬 𝘵𝘢𝘯𝘢𝘩 𝘵𝘦𝘳𝘴𝘦𝘣𝘶𝘵 𝘢𝘨𝘢𝘳 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘨𝘦𝘮𝘣𝘶𝘳. 𝘉𝘪𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯𝘭𝘢𝘩 𝘵𝘢𝘯𝘢𝘩 𝘪𝘵𝘶 𝘱𝘦𝘤𝘢𝘩. 𝘐𝘢 𝘣𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘱𝘦𝘤𝘢𝘩, 𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘵𝘢𝘬 𝘣𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘱𝘦𝘤𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘭𝘶𝘳𝘶𝘩𝘯𝘺𝘢. 𝘉𝘪𝘢𝘳𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘫𝘦𝘯𝘨𝘬𝘢𝘭 𝘥𝘶𝘢 𝘫𝘦𝘯𝘨𝘬𝘢𝘭 𝘥𝘪𝘢 𝘳𝘦𝘵𝘢𝘬, 𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘣𝘢𝘨𝘪𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘸𝘢𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘬𝘰𝘬𝘰𝘩 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘥𝘪𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘩𝘢𝘳𝘢𝘱𝘢𝘯 𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘢𝘬 𝘵𝘦𝘳𝘣𝘢𝘯𝘨. 𝘑𝘪𝘬𝘢 𝘣𝘪𝘯𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘢𝘯 𝘵𝘢𝘯𝘢𝘩 𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘢𝘮𝘢, 𝘮𝘢𝘬𝘢 𝘵𝘢𝘯𝘢𝘩 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘶𝘣𝘶𝘳 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘶𝘳𝘯𝘪. 𝘛𝘢𝘯𝘢𝘩 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘮𝘢𝘬𝘪𝘯 𝘬𝘰𝘬𝘰𝘩 𝘥𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘣𝘶𝘢𝘩, 𝘥𝘢𝘯 𝘣𝘪𝘯𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘢𝘬𝘢𝘯𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢. 𝘒𝘦𝘥𝘶𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘴𝘢𝘵𝘶 𝘱𝘢𝘥𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵 𝘥𝘪𝘢𝘯𝘥𝘢𝘭𝘬𝘢𝘯.'"

Gambar lainnya! Kali ini adalah simbol bongkahan tanah dengan wajah bertaring besar dan mata melotot. Simbol ini dapat menarik perhatian Alicia sebentar, tidak seperti simbol air tadi. Tapi tetap saja, ia tidak tahu apapun tentang arti lambang tersebut dan beralih ke nubuatan anak ketiga. []