Chereads / Thaumaturgy (INA) / Chapter 20 - THE MARBLE STATUE

Chapter 20 - THE MARBLE STATUE

Sepleton pengawal bertebaran di segala sudut rumah besar di suatu bukit dekat kota. Rumah tersebut mirip seperti kastil, dengan beberapa gedung lancip menjulang tinggi dan beratap biru.

Ruangan kamar mandi terbuka mengeluarkan uap, mengungkapkan sesosok wanita paruh baya dengan handuk yang menutupi dadanya sampai ujung kaki. Ia mendapati dirinya di sebuah ruangan kamar tidur besar dengan pijaran lampu kuning. Ia sama sekali tidak menyadari sesungguhnya ada sosok lain di sana, sama sekali tak berbusana, duduk di kursi pojokan kamar. Orang tersebut menempelkan tangannya ke permukaan ubin marmer. Seketika kulit tangannya, lalu seluruh permukaan tubuhnya berubah menjadi lapisan marmer lantai.

Sang pria mendekati wanita yang tersadar akan adanya langkah kaki tegas di belakangnya. Sang wanita mengira itu adalah suaminya, lalu menoleh hanya untuk mendapati bentuk wajah mulus berlapis marmer.

Wanita tersebut sontak kaget, tenggorokan mengembang tanda sirene bahaya siap dikumandangkan. Lugas, si pria marmer menangkap leher si wanita, mencegahnya mengeluarkan suara, karena batang tenggoroknya perlahan berubah menjadi marmer! Si wanita hanya bisa menjulurkan lidahnya, air matanya berlinang. Dia tidak bisa mengambil napas karena tersedak marmer di dalam tenggorokan. Pria marmer tetap mencekik korbannya sampai seluruh tubuhnya menjadi sebuah mahakarya seni pahat batu marmer. Wanita tersebut mematung dengan tangan kirinya bekas menggenggam tangan pelaku, dan tangan kananya terangkat kedepan mengcengkram, hendak memohon sesuatu.

Pembunuh tersebut menghilang dalam malam, sedangkan patung tersebut tetap terpajang di kamar redup, menunggu untuk ditemukan dan 𝘥𝘪𝘱𝘶𝘫𝘢 𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘱𝘦𝘯𝘨𝘨𝘢𝘨𝘶𝘮 𝘴𝘦𝘯𝘪 dalam sendu.

Siang sebelumnya, sekelompok pelindung sipil segera memeriksa keadaan John Philo di sel pasca penemuan patung emas. John Philo terduduk lemas di tempat tidurnya di dalam tatapan kosong. Salah satu pelindung sipil menggenggam alat komunikasinya, dalam gumaman melaporkan John Philo masih berada di penjara. Rekaman video perekam yang terpasang di lorong penjara juga tidak melihat apapun yang mencurigakan di lorong tersebut.

Beberapa pelindung sipil langsung pergi meninggalkannya, kecuali seorang pelindung sipil yang mendekati selnya. "Kau dengar kabar baru-baru ini? Salah satu orang tua pelaku tewas tidak wajar. Dia berubah jadi patung emas. Sepertinya ada orang yang sedang 'memperjuangkan keadilan' untukmu."

John Philo hanya menoleh ke arah petugas sesaat sebelum akhirnya kembali ke tatapan kosongnya, kali ini dengan sedikit sengiran di bibirnya.

"Mungkin para pelaku tidak mendapatkan hukuman yang setimpal. Tapi tindakan main hakim sendiri apalagi menyalahgunakan sihir bukan pelanggaran yang ringan. Dia akan ditangkap cepat atau lambat," kata sang pelindung sipil.

Petugas terakhir tersebut tidak mau berlama-lama berbicara dengan orang yang berkabung, kembali meninggalkannya sendirian.

***

Sepasang saudara Crimsonmane menyelesaikan makan malamnya sambil bercerita satu sama lain. Alicia menceritakan perjalanan naik turunnya bak roller coaster. Mulai dari bagaimana ia menemukan Orb yang melayang dari rumahnya, dan bagaimana dia mendapatkan pengakuan dari Orb untuk mengakses kekuatannya melalui jerih payah dan rasa sakit (dihantam meteor). Ia juga menceritakan pengalamannya menghadapi penyihir yang mengonsumsi partikel Protos yang membuatnya hampir mati, pengalamannya berlatih sihir dan banyak lagi.

Leith mendengarkan ocehan panjang lebar kakaknya secara saksama. Mungkin kebanyakan berpikir bagaimana pendekatan paling rasional atas cerita tersebut. Seorang gadis yang secara harfiah tertabrak meteor dan tertimpa gedung, lalu bukan sulap bukan sihir, keluar dari reruntuhan berlapis-lapis dan menjadi penyihir dalam satu malam! Tapi melihat dunia sihir dan konteks masa kini, hal tersebut sudah terhitung dalam probabilitas hal apes yang akan terjadi dalam hidup seseorang. Itu mungkin peristiwa yang sangat tragis, tapi bukanlah yang teraneh dalam dunia sihir.

"… Dan begitulah caraku terhubung dengan Orb!" tutup Alicia. "Bagaimana dengamu? Apakah pertemuan keluarga setelah sekian lama mengesankan?"

Leith menyelesaikan hidangan penutupnya. "Mengesankan? Sebagian keluarga besar masih bersikap brengsek."

"Kamu masih di meja makan, Leith."

"Ah iya, maaf. Setidaknya beberapa dari mereka sudah baikan. Rapat keluarga sempat menegangkan, padahal baru saja berhubungan setelah sekian lama, keluarga kita malah dibebani tugas."

"Jadi, tugas yang kamu bilang di telepon?"

"Iya, itu yang kumaksud, dan Alicia," Leith mengalihkan topik sesaat. "Uh … mengenai Orb. Apa kau tahu kekuatan apa yang dimilikinya?"

Alicia terdiam sebentar lalu menjawab, "Setelah sempat mengingat kembali perstiwa sebelumnya. Aku sepertinya mengenali jenis kekuatan yang dimiliki Orb. Setidaknya yang kupelajari dari mama."

"Dan kekuatan itu adalah?"

Alicia mulai tegang, seolah apa yang akan keluar dari mulut membuatnya merinding dan seluruh dunia meledak.

"Sempena Ilahi. Arcane murni."

Leith menyandarkan tubuhnya ke kursi dan menghela napas lega. "Setidaknya aku dan Papa tidak perlu buang-buang waktu lagi berkatmu Alicia."

"Jadi mandat yang diberikan oleh kalian adalah untuk mencari sumber Arcane murni?" tanya Alicia. "Mereka mengerjai kalian atau apa?"

"Mengerjai mungkin tidak. Singkatnya kakek Alasdair menemukan jurnal dari mama."

"J-jurnal dari mama?" Alicia langsung diam membeku menunggu Leith membeberkan informasi lain.

"Dari jurnal itu dituliskan kalau mama sedang mencari sumber daya arcane murni di luar Kekaisaran Roma. Petunjuk terakhir yang dia temukan bahwasannya penyihir Lailoken atau Languoreth mungkin saja memiliki kekuatan tersebut, dan disembunyikan disini, di Trinketshore, tempat kematian saudari Merlin."

Alicia belum memberikan reaksi apapun.

Leith melanjutkan. "Dan beberapa anggota keluarga,"--Leith mencari kosakata yang lebih halus alih-alih brengsek atau bedebah--"Yang tidak menyukai kita mengatakan kalau itu hanyalah tulisan fiktif buah pikiran mama yang gila. Tapi kakek Alasdair sepertinya sangat terobsesi dengan jurnal anaknya, beliau meminta keluarganya melanjutkan pencarian kekuatan tersebut, yang sekarang ...," Leith mengadahkan tangannya "Ada di tanganmu."

Alicia langsung menghujaninya dengan pertanyaan. "U-untuk apa mama mencari kekuatan itu? Dimana jurnal mama sekarang? Dan mengapa kakek Alasdair mencarinya juga?"

"Pertama, aku tidak tahu. Kedua, Papa yang pegang, tentu saja dia tidak akan menyerahkannya kepada anak empat belas tahun. Ketiga, ya apalagi kalau bukan untuk menegaskan dominasi atau memberi pengaruh politik dari keluarga Crimsonmane? Itulah mengapa aku tidak segera menelpon Papa. Ada baiknya kalau kita bisa mendiskusikannya lebih tertutup mengenai kekuatan ini. Lalu, siapa lagi yang tahu akan hal ini selain dua temanmu?"

"Hanya mereka saja yang tahu. Para korban penyihir hitam kemarin … Semoga saja mereka tidak ingat apapun setelah penyerangan tersebut."

"Tetap menyilangkan jarimu kalau begitu," ujar Leith.

***

Malam yang harusnya tenang dipecahkan oleh dengungan sirene dan isak tangis. Sang suami berhasil menemukan titipan karya sang maestro. Bahkan dengan seribu orang pengawal pun tidak ada yang bisa mencegah Lana Bain, menjadi pahatan marmer. Lana Bain adalah ibu dari James Bain, pelaku kedua dari kasus pembunuhan Esmer Philo. Patung Lana Bain dipajang diatas sebongkah balok marmer berisi tulisan ancaman yang sama dengan yang terukir di tembok tempat tidur lokasi pembunuhan Francis Little.

Malam tidak cukup panjang untuk kerumunan pelindung sipil, pengawal, dan para penduduk penasaran yang menghampiri museum kastil Bain sampai matahari terbit. Segenlintir merasa iba, kebanyakan melontarkan ucapan syukur "Mampus!" dan meludah ke halaman kastil Bain.

Pagi-pagi benar Alicia bangun dan memutuskan lari pagi untuk meningkatkan staminanya. Ia melewati perkarangan kastil Bain tak jauh dari rumahnya yang masih diramaikan oleh petugas berwajib. Matanya melirik sekelompok penyihir yang asing. Sepertinya pasukan dari pusat telah tiba seperti janji adiknya. Alicia langsung tahu kasus pembunuhan terbaru ada di kastil tersebut, dan tentu saja, yang tewas bukan pelaku kriminal. Ia lalu mengambil rute melewati jembatan hanya untuk menjumpai hiruk pikuk lain ditambah sengatan bau busuk (salah rute, Alicia).

Pundak Alicia tertindih beban setelah mendengar dua berita baru: Caleb Dune, penyihir hitam yang dia lawan pada malam-malam sebelumnya tewas mengenaskan, serta salah satu anggota keluarga pelaku kasus Esmer Philo kembali menjadi korban pembunuhan. Penyihir hitam yang sebelumnya mengancam Alicia bahwa ia akan kembali, tidak akan kembali. Berita "baiknya", sang jawara Protos baru bisa jadi muncul di permukaan, kali ini motivasinya lebih jelas menurut hipotesis Alicia; memburu anggota keluarga pelaku selain pelaku itu sendiri. Sepertinya pembunuh ingin memaksa mereka mengaku adanya penyalahgunaan hukum, dan menuntut otoritas atas menghukum mereka lebih adil dan setimpal.

Alicia melewati alun-alun sebelum kembali ke rumah. Alun-alun kota tidak pernah seramai sebelumnya, para pengunjuk rasa berkemah di sana, masih menunggu jawaban dari walikota terkait kasus Esmer. Ia menyempatkan diri ke restoran yang terbakar habis karena insiden tragis sebelumnya. Perkarangannya dipenuhi karangan bunga, lilin serta kartu ucapan doa. Alicia baru ingat dia bahkan belum sempat keluar rumah sejak saat itu. Alicia memohon doa kepada Kesunyian Ilahi sesaat, supaya pemilik kedai, Nancy namanya disambut dalam kedamaian abadi.

Sebelum sarapan, Alicia melatih tembakan sihirnya di halaman belakang seperti biasa. Leith yang baru bangun melihat meja makan yang masih kosong, dan kakaknya yang sedang bermain-main dengan Orb.

"Alicia, sarapan mana?" tanya Leith.

"Aku sedang latihan, Leith. Kalau tidak mau menunggu, masak sendiri saja."

Leith mendesah tidak puas, dan memutuskan untuk duduk di undakan teras. Dia sama sekali tidak mau memasak dan mengharapkan sang kakak mengurus urusan dapur.

Leith melihat cara Alicia menembak sihir. Tembakannya lumayan akurat untuk menembak sambil bergerak. Tetapi Leith melihat ada sedikit kejanggalan dari cara tangannya menembak. Ia pun bertanya kepadanya, "Alicia! Apakah sihir arcane murni memang ditembakkan seperti itu, atau itu hanya gerakan tanganmu saja?"

Alicia menghentikan latihannya sesaat, membalikkan badannya. "Apa maksudmu, Leith?"

"Tanganmu kaku sekali. Padahal saat kamu menggerakan Orb, tanganmu lebih luwes."

"Oh begitukah? Aku belajar menembak dari Nadine, soalnya. Kebetulan ada penyihir sungguhan di sini, kau bisa mengajariku satu atau dua hal."

"Pantesan," jawabnya singkat. "Menembak sihir tidak sama dengan menembak senapan. Plus, gerakanmu cukup asing di seni mistis barat. Sorcery ritus barat mungkin yang paling mendekati berdasarkan gerakanmu dan absennya perapalan mantera. Kau sebenarnya menggunakan seni mistis apa?"

Pertanyaan sama yang pernah dilayangkan oleh kedua sahabatnya. Sihir biasanya diaplikasikan melalui disiplin yang disebut seni mistis, yang bentuknya beragam di seluruh penjuru dunia. Masalahnya Alicia melakukannya secara spontan, seolah sudah ada sedikit ilham dari sistem sinkronisasinya.

"Sepertinya aku tidak menggunakan tata cara pengendalian sihir manapun, selain tetap fokus untuk mempertahankan sinkronisasi dengan Orb."

"Wow sungguh? Hmm … Itu … hal yang baru," jawab Leith sedikit kagum.

"Aku belum pernah lihat orang mengendalikan Arcane murni secara langsung, tidak di Wizardry," lanjut Leith. "Tapi kalau melihat kebanyakan seni mistis pada umumnya, kau selalu bisa menggoyangkan tanganmu selagi menembak sihir untuk membuat bidikanmu lebih fleksibel. Tidak seperti saat kau menembak panah atau senapan dimana kau kehilangan kendali peluru seketika mereka terlontar, energi yang keluar masih bisa dikendalikan selama pangkal energi belum sepenuhnya terlepas dari sumbernya. Itu artinya kau punya keuntungan sedikit waktu untuk mengubah arah tembakanmu. Gerakan tembakan kaku seperti yang kau lakukan itu biasanya untuk menembakan energi skala besar, yang membutuhkan lebih banyak kendali."

Alicia dengan senang hati menerima pendapat adiknya, mulai mencoba mempraktikkan apa yang disarankannya. Ternyata sifat energi plasma Orb tidak jauh berbeda dari energi sihir biasa. Alicia memutar-mutar tangannya untuk mengakumulasi energi yang keluar dari Orbnya lalu melontarkannya dengan luwes. Ternyata cara menembak demikian tidak hanya lebih mudah, Alicia malah lebih mudah mempertahankan sinkronisasinya dengan Orb. Menuntutnya untuk lebih santai, gemulai, dan elegan. Dirinya menembak sambil menari di depan tumpukan boneka itu tanpa mengacaukan akurasinya sama sekali.

"Leith?"

"Hmm?"

"KAMU JENIUS! ADIKKU PINTAR BANGET! SARANMU TADI KEREN! TEMBAKANKU JAUH LEBIH MUDAH DAN FOKUSKU MALAH LEBIH BAIK! KENAPA AKU TAK DAPAT MENEMUKAN CARANYA DI ENSIKLOPEDIA MAMA–"

"Eh, Alicia! Ayolah itu hanya teknik dasar menembak sihir–"

"Omong kosong!" sela Alicia sambil tetap mengguncang tubuh adiknya. "Apa kau masih punya trik yang lain? Ayolah beritahu aku! Kau tahu? Ayo latihan bersama! Bukankah akan lebih menyenangkan demikian?"

Alicia memelas senang di depan adiknya, sampai akhirnya ia tertawa lepas sendiri karena mulai sadar akan sikapnya yang menggelikan.

Sejak tinggal di Trinketshore, kakaknya memang menjadi orang yang murah senyum seiring waktu. Tapi ini adalah kali pertama Leith melihat Alicia amat gembira dari sebelumnya. Senyum lebarnya yang cantik terasa lebih tulus. Oh Alicia memang cantik jelita dengan senyumannya yang berharga. Suasana positif merasuki tulang belakangnya. Leith pun tersenyum geli melihatnya.

"Uh … tentu aku punya beberapa trik, tapi … mana ku hanya bisa memberikanku satu jawaban. Kau tahu apa yang aku butuhkan? Set sarapan Caledonia penuh protein untuk membuka trik baru!"

"Ahhh … Curang! Leith, beri tahu dong!"

"Set Sarapan Caledonia!"

"Satu triiikkk saja! Setelah itu set sarapan Caledonia!"

"Satu set sarapan Caledonia setelah itu beberapa kiat mujarab dari penyihir hebat Leith Crimsonmane!"

Dan mereka terus berdebat lucu seperti itu, sampai sang kakak memutuskan menyerah dan menerima tawaran penyihir hebat Leith Crimsonmane. []