Lift bergesek turun menuju lantai bawah tanah. John Philo dapat merasakan getaran pada tubuh Alicia. Sang gadis mencoba untuk tetap tenang. Dia masih punya 𝘒𝘢𝘳𝘵𝘶 𝘈𝘴 di balik ranselnya, tinggal menunggu waktu yang tepat saja. Namun perasaan trauma akibat dirinya sering menjadi korban kejahilan bahkan beberapa percobaan pembunuhan sangat susah untuk menghilangkan rasa takutnya.
Alicia tidak berdaya saat tangan kanannya ditahan dari belakang, dan lehernya hampir tercekik oleh tangan John yang besar. Satu langkah yang ceroboh saja, John bisa mengubahnya menjadi seonggok plastik dalam sekejap.
Si Guru Seni membuka percakapan sambil menunggu untuk tiba di ruang pameran. "Kalau aku tidak salah dengar, kau punya cara untuk menghilangkan pengaruh Protos dari tubuhku. Pengaruh Protos yang kau maksud ini adalah kekuatan yang kumiliki, bukan?"
"S-secara teori, iya." jawabnya polos. "Pengaruh Protos yang dibiarkan jika tidak merusak tubuh, akan merusak pikiran dan jiwa."
"Menarik. Maukah kau berbagi sedikit kepada Bapak?"
"Saya pikir kekuatan yang terkandung pada granat tadi bisa digunakan untuk melepaskan pengaruh Protos dari Bapak."
"Kita berdua dan mereka nanti akan mati juga. Kenapa Aku harus peduli untuk melepaskan sihir Protos ini dari tubuhku?"
Getaran tubuh Alicia mulai kentara, dirinya mencoba memberontak dari cengkraman John. John menarik tangan kanannya yang dipegang dari belakang untuk menjinakkan Alicia.
"P-Pak Philo! Bapak tidak harus melakukan ini! Partikel Protos mempermainkan pikiran Bapak. Pak Philo bisa lebih baik dari ini!"
"Oh jangan takut, anakku. Kau mungkin akan kubunuh terakhir, sebagai gantinya tutup mulutmu. Aku tidak perlu nasihat klise lainnya dari remaja ingusan sepertimu."
Lift berhenti. Mereka sudah sampai di tempat tujuan. Setelah Lift terbuka, John menuntun Alicia untuk berjalan menyusuri lorong panjang menuju sebuah pintu logam dengan palka sebagai ganggangnya--pintu bunker dimana para pelaku tersebut berada.
Lantai ini bukan cuma lantai untuk berlindung dari bahaya liar, tapi juga tempat menyimpan arsip-arsip mengenai sihir dan berbagai macam barang sitaan sihir yang terlarang.
Di sisi kiri kanan pintu, ada dua penyihir penjaga yang bersiap menghadang orang asing yang menembus bunker. Namun mereka menjadi segan saat melihat seorang gadis remaja menjadi sandera dari John Philo.
John Philo memperingati mereka, katanya. "Tuan-Tuan! Jika kalian berkenan, tolong jatuhkan tongkat sihir kalian, lalu buka pintu ini dan pergi menjauh ke tembok di sisi kalian."
Kedua penyihir menuruti apa yang diminta oleh manusia plastik. Saat mulut pintu terbuka tampaklah selusin orang yang menatap ke arah luar. Ketiga pelaku pembunuhan dan keluarga intinya yang tersisa, para petugas hukum yang menangani kasus, semuanya ada di sana. Melihat sang pembunuh berantai, berteriaklah mereka memanggil para penyihir untuk segera menyelamatkan mereka. Naas, John Philo mendorong Alicia masuk dan langsung menyentuh bagian tubuh kedua penyihir, mengeraskan tubuh mereka menjadi figur berbahan polietilena.
Alica tergamang seperti para penyihir saat tubuh mereka mengalami syok dan gagal organ akibat disentuh oleh tangan gaib John Philo. Ia langsung merangkak ke belakang berbarengan dengan para pelaku yang lain seraya John ikut masuk dan menutup pintu bunker.
Para pelaku juga gamang melihat Alicia yang bergabung bersama mereka, salah satunya Calum Little, yang berbisik kepada Alicia, "Kau … Kau Alicia? Mengapa kau bisa di sini? Apakah ayahmu juga–"
"Enak saja!" balas Alicia dalam bisik. "Aku hanya m-membuat Pak Philo marah, kurasa."
"Baiklah!" sahut John Philo semangat. "Semua orang ada di sini. Ngomong-ngomong, aku membawa kalian teman baru, Alicia, kalian pastilah sudah kenal. Dia kesini karena … tindakannya yang bodoh, maksudku mulia, menyerahkan dirinya secara sukarela untuk ikut serta menjadi kurban." John tertawa kencang setelahnya.
"Kurban? Apa maksudmu kurban?" jawab salah satu pelaku yang dulunya petugas hukum.
Pria paruh baya itupun memulai sesi cerita singkat. "Aku mendapatkan ilham. Aku ingin membalaskan dendamku kepada kalian tapi Aku tidak punya apa-apa untuk melawan kalian. Sampai sesosok Kepala Rusa dari dunia lain menawarkanku kekuatan sihir, dengan balasan aku harus mempersembahkan diriku dan kalian semua menjadi kurban persembahan dengan kekuatan ini. Ini semua, sebagai bentuk permintaan maaf kepada arwah putriku, Esmer yang gentayangan, terjebak di pangkuan Hades! Nyawa kalian akan menjadi uang tebusannya."
"Kau gila! Sinting!" jawab para pelaku yang bercampur takut, ikut mencaci maki John atas pikiran tidak warasnya. Sementara Alicia yang belum berdiri masih memproses setiap perkataan John Philo. Sebuah petunjuk, pengedar partikel Protos itu mungkin ada hubungannya dengan si Kepala Rusa. Mungkin juga sosok yang sama menjerumuskan Caleb Dune di lubang yang sama.
"Saudara-saudara, tenanglah. Anggaplah ini sebagai penebusan kalian," ia menambahkan lagi. "Kalian punya dua pilihan: Aku membuat kalian semua pingsan, menyusun kalian sedemikian rupa lalu mengubah kita semua menjadi lukisan patung sebagai persembahan maha indah yang akan membuat Hades terkagum-kagum. Atau kalian memberontak dan aku akan mengubah kalian menjadi patung secara instan. Rasakan rasa sakitnya di dunia nyata dan di dalam Tartarus. Kalian tidak bisa melawanku."
Para penghuni ketakutan dan bimbang. Ketiga pelaku pembunuhan memberontak dalam makian sambil menitikkan air mata. Mereka tidak tahu kelemahan orang ini, mereka tidak tahu cara mengalahkannya. Mungkin sudah saatnya mereka menyerah dan menanggung akibat dari tindakan bodoh mereka.
John menatap Alicia. "Kau orang terpintar yang mungkin tahu cara mengalahkanku. Akan kubungkam kau duluan."
Langkah kaki John mendekati Alicia yang terduduk di lantai. Alicia langsung memberikan tatapan tajam kepada guru seninya. "Ya, Aku mungkin tahu cara mengalahkan Bapak!" Sang gadis langsung memanggil Orb dengan tangannya, lalu menembakkan Arcane murni dalam wujud plasma. Sekonyong-konyong John Philo terlempar ke pintu dan terjerembab ke lantai semen yang keras.
Mata John Philo yang terlapisi polietilena melotot ke arah Alicia dan Orbnya yang bersinar. Dadanya sesak, material kulit di sekitar dada dan lehernya mulai bertingkah aneh lagi.
"Tidak! Tidak cukup!" kata Alicia. Alicia memantapkan fokusnya lagi. John Philo yang murka langsung melesat menghampiri sang gadis yang diam mematung, sedang memusatkan pikirannya ke Orb. Sontak, letusan plasma yang lebih dashyat kembali menghantam Pak Philo dan langsung tersungkur!
Kulit John perlahan hampir kembali ke semula. John memaksakkan dirinya untuk merubah materil kulitnya menjadi sekeras lantai semen. Namun pergumulan kekuatan Protos dan Arcane yang masih hinggap di tubuhnya membuat pria tersebut melengking kesakitan. Dirinya kerap mengerahkan tenaga Protos yang tersisa untuk melawan pengaruh dari sisa Arcane. Matanya mulai berpendar keunguan, diikuti oleh uratnya yang ikut bercahaya layaknya Caleb Dune waktu itu. Pengaruh Protos menang kali ini, John berhasil mengubah kulitnya menjadi beton keras. Matanya yang ungu kali ini tidak ikut berubah.
Saatnya Alicia mempraktikan hasil latihan singkatnya. Ia mengambil posisi bertahan, John Philo berlari melayangkan serangan. Beton konkrit yang cukup berat memperlambat kecepatannya, menguntungkan posisi Alicia dalam hal kecepatan. Kendati Alicia masih gagap, berhasil menghindar tiap hempasan dari John. Bagaimanapun John yang juga ahli bela diri juga bisa menghalau serangan Orb--walaupun terkadang menangkis langsung serangan tersebut malah menjadi bumerang baginya.
Sisa-sisa tahanan malah menjadi penoton pertarungan tersebut. Mereka masih mencoba mencari mahfum bagaimana kedua orang yang mereka anggap remeh dan culun malah menampilkan sebuah aksi laga di depan mata. John Philo dengan murkanya yang tak terkendali melancarkan serangan bertubi-tubi ke Alicia yang mulai kewalahan dan teralihkan fokusnya. Philo membalikkan posisi, membuat sang gadis terpojok.
"Kau sangat menyusahkan, Alicia! Harusnya aku membunuhmu saat berada di lift!"
John Philo bersiap melontarkan tinjuan pamungkasnya ke Alicia yang terjebak ke dinding, sampai seorang anggota hakim melemparkan mug tanah liat ke kepala John untuk mengalihkan perhatiannya.
"Hei, pecundang! Serendah itukah dirimu untuk menyerang seorang gadis?" seru seorang hakim.
Awalnya John tidak menggubrisnya. Lalu James Bain menyambung perkataan tadi. "Kau sama buruknya seperti kami yang juga menghajar putrimu seperti itu!"
Pilihan kata yang buruk--atau tepat, melihat kondisinya. Pria itu langsung berhenti dan menoleh ke mereka.
Alicia menggunakan momentum ini untuk menyelinap dari John Philo. John yang langsung sadar segera melancarkan pukulan ke wajah Alicia, yang cukup gesit membentuk medan gaya guna menyelimuti dirinya. Kepalan tangan John Philo langsung melepuh terbakar, dan sekarang giliran sang gadis kacamata yang terhempas ke dinding bunker. Bahkan redaman daya dari perisai Orb tak cukup mencegah Alicia yang hampir pingsan menghantam dinding sampai retak--saking kuat daya tinju Guru Seni sang gadis. Andai saja Alicia terlambat sepersekian detik, bukan hanya wajahnya berubah menjadi beton konkrit, namun juga memecahkan kepala beton tersebut saat menyentuh tembok!
"Kau bilang apa tadi tentang putriku?" tanya John Philo seraya berjalan mendekati para pelaku dengan tubuhnya yang penuh lubang dan retakan.
Penglihatan Alicia samar-samar. Sinkroniasinya terputus seketika. Orb mengeluarkan suara yang memekikan telinga sehingga Alicia segera siuman. Ia melihat John yang akan meremukkan tulang mereka dengan kepalan tangannya yang sudah hampir tak berbentuk. Sang gadis kembali meraih Orb dan membangun medan gaya Arcane raksasa yang melindungi mereka dari kepalan tinju si manusia semen! Tubuh John kembali tidak stabil karena paparan Arcane secara terus menerus. Ia menoleh Alicia yang megap-megapan mempertahankan sihir pelindung tersebut, dan langsung beralih menyeruduknya. Alicia menghancurkan perisai besar itu dan bergantian membentuk perisai untuk dirinya sendiri. Tabrakan John sangat keras, Alicia hampir kehilangan kekuatan perisainya.
Beruntung, John Philo mulai melemah akibat seruduknya tadi, langkahnya terhuyung-huyung. Ia tidak punya tenaga lagi untuk mengerahkan sihir hitam dari badannya. Alicia perlahan bangun, melepaskan beberapa tembakan kuat ke arah John yang sudah tidak bisa mengelaknya lagi, sampai akhirnya John berlutut di hadapan sang penyihir orb!
"Apakah sudah selesai?" tanya salah satu orang tua yang berkumpul di sana.
"Hampir."
Alicia mencoba mengambil napas. John yang berlutut mulai berbicara dengan nada lirih. "Kenapa kau tidak bisa membiarkanku membalaskan dendam putriku? Apa kau tega membiarkan arwah putriku gentayangan tidak tenang?"
"Aku mungkin tidak tahu apa-apa tentang putri Bapak," jawab Alicia. "Tapi Esmer tidak akan memaafkan Bapak jika Bapak mengambil nyawa orang lain secara keji."
"Tapi … ESMER!"
"Jika apapun, Bapaklah yang membuatnya tidak bisa beristirahat dengan tenang! Pak Philo … tolong relakanlah Esmer. Orang-orang ini akan mendapatkan hukuman yang setimpal, saya akan pastikan itu"
Langkah terakhir. Alicia menutup matanya. Orb berpendar silau, meluncurkan segerombolan aliran plasma halus menutup seluruh tubuh John Philo. John Philo tidak bisa merintih lagi walaupun kumpulan Arcane murni ini membakar tubuh dan jiwanya yang terjangkit sihir Khaos. Selagi dirinya sedang dimurnikan, jiwanya merasa keluar dari alam fana, menembus cakrawala menuju dunia lain. []