Chereads / Thaumaturgy (INA) / Chapter 25 - SHINOBI

Chapter 25 - SHINOBI

"KAU MELAWAN JOHN PHILO? APA KAU BODOH? ATAU GILA? KEDUANYA?" jerit Leith kepada kakaknya.

Pertengkaran kakak adik Crimsonmane sudah menghiasi suasana rumah sejak pagi tadi. Leith terkejut melihat Alicia keluar dari kamar mengemban lebih banyak luka, terutama di bagian lehernya, padahal lukanya pada malam-malam sebelumnya bahkan belum pulih.

Alicia pun mengelak. "Tapi, Pak Philo akan dipanggang hidup-hidup! Apa kamu sungguh akan membiarkannya mati begitu saja, Leith?"

"Apakah itu penting? Dia telah meneror warga kota, mungkin itu hukuman yang pantas untuknya."

Nada suara Alicia naik satu oktaf. "PANTAS, KATAMU?" Bagaimana dengan para pemerkosa itu? Kau bahkan tidak mengomel saat mereka diberi tahanan rumah!"

"Bukan itu maksudku! Aku hanya mengatakan jauhkan hidungmu dari urusan orang lain! Biarkan penyihir yang berwenang melaksanakan tugasnya! Kenapa sih kau tiba-tiba suka mencampuri urusan orang lain baru-baru ini? Apakah karena sudah punya Orb kau mulai berlagak pahlawan?"

"Oh diamlah, Leith! Kau memang tidak pernah peduli dengan orang lain. Apa kau iri? Kami membantu para penyihir itu! Karena aku dan Orb, kami bisa menyelematkan para tahanan, tanpa harus mengorbankan Pak Philo."

Alicia menepuk wajahnya sampir menggeleng, lalu duduk di sofa. "Kau tidak tahu persis perasaan pak Philo. Dia tersesat. Pengaruh Khaos hanya membuatnya semakin kehilangan arah. Kau seharusnya melihat apa yang aku lihat saat aku membebaskannya dari pengaruh Protos. Sejak saat itu, aku sangat bersyukur karena telah memilih jalan itu. Alih-alih mati, Dia bisa mendapatkan kesempatan kedua untuk memperbaiki hidupnya lebih baik."

"Aku tidak iri," balas Leith. "Aku bahkan senang kau bisa jadi penyihir โ€ฆ. Hanya saja, kau tidak tau apa yang kau pertaruhkan disini. Kau harus membaca keadaan, Alicia. Kau tidak bisa menjadi penyihir dan berharap menyelamatkan semua orang lain yang kau temui. Sebagian besar kau hanya memindahkan masalah orang itu ke orang lain, bahkan ke dirimu sendiri."

Leith pun menghela napas dan ikut duduk di sofa di depan Alicia. "Kau menyelamatkan orang-orang itu dengan mengorbankan dirimu terkespos menggunakan Arcane murni. Kau pikir mereka akan tetap mengunci mulutnya? Oh tidak, kak. Mereka mungkin sudah membeberkannya sekarang. Orang-orang akan mulai mengejarmu, mereka akan menghalalkan segala cara termasuk menghancurkan semua yang kau sayangi demi mendapatkan sempena Ilahi itu. Kau menempatkan orang lain dalam bahaya, apa kau siap menanggung semua itu, Kak?"

Alicia terdiam sesaat, memandangi Orb yang ada di depan mejanya. Dia tetap teguh akan pemikirannya.

"Aku sudah memikirkannya, Leith, dan aku akan tetap melakukannya bahkan jika itu membuatku terekspos, atau terbunuh." Sebuah pernyataan yang sangat berani dari seorang penyihir kemarin sore. "Orb pasti memilihku untuk suatu alasan. Jika Aku tidak menggunakan kekuatan ini di saat orang lain membutuhkannya, maka Aku tidak pantas memegang kekuatan ini."

Alicia sudah kelewat keras kepala, Leith hanya bisa menghela napas karena kakaknya masih naif, dan menjawab "Terlalu cepat. Pemikiranmu belum matang. Jangan bilang aku tidak memperingatimu."

Alicia lalu mengambil Orb dan memasukannya ke ransel seperti biasa, bersiap untuk pergi. "Aku akan ke balai kota, ada rapat umum wargakota yang diadakan dewan paroki terkait kejadian baru-baru ini. Kamu mau ikut?"

Leith yang agaknya merajuk karena tidak didengar membalikkan badannya menuju dapur. "Aku tidak bergairah. Kau pergi saja sendiri."

Rapat yang diadakan di balai kota pada dasarnya sedang membahas kasus penganiayaan Esmer Philo, dan juga penyalahgunaan sihir hitam yang sudah memakan korban. Para warga ingin bermusyawarah untuk mencari cara memperketat keamanan di kota kecil mereka dari kekerasan terhadap anak-anak dan perempuan, serta menekan penyebaran partikel Protos yang mulai nampak. Mereka juga meminta para pejabat agar kewenangan pusat bisa mengirim lebih banyak penyihir elit ke sini, sekaligus memberikan edukasi bagi para penyihir lokal soal cara menanggulangi para pemakai sihir hitam. Biasanya ayah Alicia menghadiri setiap rapat tersebut jika Ia berada di kota. Namun untuk sekarang, Ia diwakilkan oleh salah satu dewan paroki.

Alicia sampai di aula gedung, bertemu dengan Gilmore dan Nadine yang membawa orang tua mereka. Aula yang digunakan untuk rapat menanjak ke bawah seperti studio sinema. Alicia duduk bersama mereka di baris tengah, kursi ujung tepat di sebelah tangga.

Musyawarah sejauh ini berlangsung cukup tegang, namun terkendali. Para penduduk yang antusias kerap memberikan keberatan dan permintaan kepada para pejabat dan dewan. Para dewan pun juga mendengarkan mereka dengan saksama dan tak jarang saling berdiskusi mengenai solusi yang ingin diimplementasikan. Alicia mungkin hanya diam saja di kursinya sambil mendengarkan, tapi dia cukup senang dengan masyarakat yang masih peduli akan kota mereka tercinta. Dan juga sejauh ini, tidak ada laporan akan seseorang menggunakan kekuatan sihir mencurigakan seperti sihir hitam. Mungkin mereka menganggap Arcane hanyalah sihir biasa saja seperti sihir pada umumnya. Tentunya ini pertanda yang cukup baik, bukan?

Beberapa orang yang kerap berlalu-lalang keluar masuk aula saat rapat bukanlah sesuatu yang menarik perhatian. Itu, sampai seorang pria berpakaian tidak biasa memasuki aula di tengah musyawarah. Pria tersebut memakai pakaian mode techwear bernuansa oriental yang tidak biasa di kalangan masyarakat kota kecilโ€”jaket Noragi terbuka berwarna coklat muda dengan sigil menyerupai taring hitam putih, dilengkapi kaos lengan panjang hitam, celana samurai kelabu serta sepatu kets. Selain itu, Ia juga mengenakan topeng Oni berwarna hitam bertaring perunggu. Rambutnya coklat mengembang dengan uban yang dominan pada poni rambutnya.

Awalnya Ia hanya berdiri tepat di belakang pintu sambil menatap sekelilingnya. Karena tidak ada lagi yang keluar-masuk sejak orang asing itu hadir, figur pria itu menarik perhatian beberapa dewan dan warga. Tapi akhirnya mereka tetap mengabaikan orang tersebut, mengira ia hanyalah remaja labil tukang pamer, berpakaian lebay dan potongan rambut trend. Beberapa orang yang tidak kebagian tempat duduk juga berdiri menyandar di tembok. jadi bagi mereka, pria asing itu hanya sedang turut mendengarkan rapat.

Berselang setelah melihat sekelilingnya, Pria itu menuruni tangga perlahan, dan mulai menyatukan kedua tangannya. Jari-jarinya menjulang miring membentuk gunung, dilanjutkan sejumlah gerakan tangan ganjil lainnya satu per satu dengan pelan.

Gestur tangannya tidak menunjukkan hendak berkomunikasi melalui isyarat, tapi lebih seperti orang yang sedang mendaraskan doa.

Atau, merapal mantra.

Salah seorang dewan melihat perilaku aneh pria itu. Matanya melotot, sadar apa yang sedang pria itu lakukan, berteriak, "KAU YANG DI SANA, BERHENTIโ€“"

Sebelum Ia menyelesaikan kalimatnya, Orang asing itu mengucapkan kalimat dalam bahasa asing.

"๐˜’๐˜ข๐˜จ๐˜ฆ ๐˜ฏ๐˜ฐ ๐˜‘๐˜ถ๐˜ต๐˜ด๐˜ถ: ๐˜’ลซ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฏ๐˜ฐ ๐˜ž๐˜ข๐˜ฏ๐˜ข!"

Sekonyong-konyong bayangan di bawah kakinya melawan hukum alam. Bayangannya bergerak memberontak terhadap cahaya. Wujud hitam menyebar luas dengan cepat, menyalip celah-celah kursi dan merajut bayangan lain yang disentuhnya. Seluruh lantai aula takluk oleh kegelapan hakiki.

Trinketshore sudah lama sekali tidak menerima turis dari luar negeri. Tapi bukan ini yang mereka harapkan--seorang Shinobi. Lagi-lagi, calon ancaman baru bagi kota yang sedang bermusyawarah mengenai ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ค๐˜ข๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ณ๐˜ถ.

Seluruh hadirin mematung pasrah di bangkunya. Yang mereka bisa lakukan hanyalah duduk manis sambil bernapas. Sambil mempertahankan gerakan jemari terakhirnya, Pria itu kembali menuruni tangga untuk mencari sesuatu, atau seseorang.

Langkah kakinya berhenti tepat di sebelah tempat duduk Alicia yang juga ikut mematung. Wajahnya mulai mengucurkan peluh dingin karena khawatir. Ia mencoba meraih Orb yang terkunci di dalam ransel di bawah kakinya. Namun, sama seperti tangan kakinya yang tidak menerima sinyal dari otaknya untuk bergerak, Ia tidak bisa mengirimkan sinyal telepati kepada Orb untuk keluar dan menghajar orang aneh tersebut begitu saja tanpa melibatkan gerakan tubuh.

Pria tersebut menoleh ke arahnya. Alicia tidak bisa melihatnya dengan jelas, pupil matanya menghadap ke depan jelas bergetar, mencoba memberontak untuk melihat sosok yang menjebaknya dan seisi ruangan. Pria itu melepaskan kedua tangannya lalu merenggut ransel Alicia. Ia membuka ransel tersebut dan berhasil mendapati Orb bercahaya redup di dalamnya.

"Jadi, kau sang pemilik kekuatan langit itu, ya? Bocah ingusan sepertimu bahkan tidak seperti seorang praktisi sihir," kata sang pria tersebut dengan suara dinginnya, menggunakan bahasa ibu Alicia. Ia lalu melemparkan kembali ransel tersebut ke pahanya.

"Bawa ranselmu, beranjaklah. Kau akan ikut denganku."

Sesuai perintah, Alicia merangkul ranselnya dan beranjak dari kursinya. Saat dirinya menghadap pria itulah, Alicia baru dapat melihat sosok wajahnya yang tertutup topeng Oni. Matanya bulat namun sipit, sudah pasti pria ini keturunan oriental. Bola matanya terkesan ganjil, karena menyerupai mata hewan buas, lebih tepatnya harimauโ€”iris keemasan dengan pupil sedikit lonjong yang menatap tajam. Jika tatapan tendensi predator saja sudah cukup membuat nyali sang gadis menciut, jangan lupakan bahwa struktur mukanya lebih aneh lagi menyeramkan. Setengah mukanya mengalami penuaan drastis penuh kerutan dibanding setengah mukanya yang lain, yang lebih mulus seperti muka pria paruh baya pada umumnya.

Alicia dan pria asing itu menaiki tangga, meninggalkan ruangan aula. Sesaat sebelum mencapai pintu, sang pria asing berhenti sesaat sementara Alicia tetap menanjak beberapa anak tangga, mendahuluinya sebelum berhenti dan ikut berbalik. Tentu saja pria tersebut tidak mau ratusan orang langsung menyerbunya karena mengacaukan rapat dan parahnya lagi, menculik anak orang.

Ia kemudian merogoh balik jaketnya, mengeluarkan sebuah botol sake berbahan keramik, dan membuka penyumbatnya. Sebelum Ia meneguk sake tersebut, Ia melihat Alicia yang melihatnya dengan muka datar. Si shinobi mengangkat botol sakenya sambil berkata "๐˜’๐˜ข๐˜ฎ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ช, ๐˜–๐˜ซ๐˜ฐ๐˜ถ-๐˜ด๐˜ข๐˜ฎ๐˜ข," lalu menuang sake ke dalam mulutnya melalui celah di topengnya.

Dalam pikiran Alicia, ini pertama kalinya Ia melihat seorang penjahat menyempatkan diri untuk menikmati alkohol di tengah abduksi.

"Tutup mulut dan hidungmu. Tahan napas!" perintah pria itu yang langsung dilaksanakan Alicia tanpa pertanyaan. Dirinya kembali melakukan serangkaian gestur tangan, kali ini sangat cepat, mata Alicia tidak mampu melihat masing-masing gerakan secara jelas.

Setelah gestur terakhir selesai, rambut sang Shinobi mengembang tertiup angin, tanda bahwa jurus lainnya siap dieksekusi. Si Shinobi membusungkan dada, kemudian berbalik dengan jari jempol dan telunjuk kanannya menyatu membentuk lingkaran di depan mulutnya.

"๐˜ ๐˜ฐ๐˜ต๐˜ต๐˜ข ๐˜’๐˜ข๐˜ป๐˜ฆ ๐˜ฏ๐˜ฐ ๐˜‘๐˜ถ๐˜ต๐˜ด๐˜ถ!"

Dari mulutnya keluar gas berkabut yang menyelimuti seluruh ruangan. Bau alkohol yang kentara menyelubungi ruangan aula, membuat para hadirin oleng. Wajah segala umur kecuali mereka berdua merah merona. Bayangan shinobi tersebut mulai menciut, segerombolan manusia terbebas dari belenggu penjara bayang-bayang dan langsung terjatuh dalam dunia mimpi.

Melihat karakteristik sihirnya, Alicia yang melek sihir langsung dapat mengenali karakteristik orang tersebut.

๐˜›๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข โ€ฆ ๐˜š๐˜ช๐˜ฉ๐˜ช๐˜ณ ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ข ๐˜จ๐˜ถ๐˜ฏ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ โ€ฆ ๐˜š๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ช ๐˜•๐˜ช๐˜ฏ๐˜ด๐˜ฉ๐˜ถ? ๐˜š๐˜ฆ๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜š๐˜ฉ๐˜ช๐˜ฏ๐˜ฐ๐˜ฃ๐˜ช ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ต๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ซ๐˜ข๐˜ถ๐˜ฉ-๐˜ซ๐˜ข๐˜ถ๐˜ฉ ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ณ๐˜ช ๐˜’๐˜ข๐˜จ๐˜ข๐˜ต๐˜ด๐˜ฆ ๐˜ถ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ถ๐˜ฌ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ค๐˜ถ๐˜ญ๐˜ช๐˜ฌ๐˜ฌ๐˜ถ ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜–๐˜ณ๐˜ฃ!

Perasaan Alicia bercampur aduk. Dia mungkin akan dibawa ke tanah antah berantah jauh di timur, dan nasibnya serta Orb tidak jelas kemana. Bagimanapun, ia sedang menyaksikan seorang praktisi seni mistis Ninshu untuk pertama kalinya dengan mata kepalanya sendiri, sesuatu yang dia hanya bisa lihat di ilustrasi ensiklopedia sihir ibunya!

Bayangan Shinobi itu kini hanya melingkupi mereka berdua saja. Si Shinobi menatap mata Alicia yang entah bagaimana berbinar melihat atraksi barusan dengan perasaan aneh. Dia memilih mengabaikannya dan menggiring sang gadis keluar balai kota.

Tentu saja perasaan ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ-๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ด๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ itu tidak bertahan lama. Walaupun mulutnya tidak disumpal, Alicia sama sekali tidak bisa menggetarkan tenggorokannya untuk mengeluarkan bunyi, atau memberikan isyarat minta tolong atau semacamnya. Menangis pun tidak bisa. Dia merasa seperti terjebak di dalam tubuhnya sendiri. Dia berharap selama di perjalanan seseorang atau sesuatu bisa memutuskan sihirnya.

Alicia dan sang Shinobi sampai di kompleks gedung luas dengan atap kaca dan peluit kereta api mendengungkan telinga. Stasiun kereta api Drummore, adalah satu-satunya stasiun kereta di Trinketshore. Sang Shinobi menoleh Alicia, Alicia menoleh sang Shinobi. "Setelah beberapa perhentian, Aku mungkin akan melepaskan bayanganmu. Tapi jangan berani-berani kabur!"

Saat mereka hendak menuju peron, sekelompok pria perlente bersinggungan dengan mereka. Para pria berjumlah empat orang tersebut juga berpakaian anehโ€”Jaket kulit berkerah bulu dengan terusan panjang hitam dan pernak-pernik merah dan emas, seragam, serta beret dengan komposisi warna yang sama. Namun Alicia lebih familiar dengan mereka. Mereka adalah para agen sihir dari Roma.

Hebat. Agen utusan Roma. Hari ini tidak bisa lebih menegangkan saja.

Para agen curiga melihat gelagat sepasang "jodoh" yang akan naik kereta untuk "berbulan madu". Dengan santainya mereka menghalangi si Shinobi dengan Alicia yang berada di belakangnya. Mereka memperhatikan si Shinobi dengan teliti. Salah seorang dari mereka yang ternyata ketua kelompok itu berkata, "Ha! Akhirnya kawan-kawan, bukan hanya kita saja orang aneh yang hinggap di kota kecil antah berantah," mereka semua tertawa.

"Sayangnya tidak ada festival kostum dekat sini, Bung," lanjutnya, "Apa kalian berdua sedang berkencan kostum, Bung? Kostum pasangan perempuanmu payah, asal kau tahu saja."

Sang shinobi mencoba untuk tidak menghiraukan mereka dan berjalan ke sisi lain. Sang ketua agen kembali menghalangi mereka.

"Kenapa terburu-buru, Bung? Santai saja. Kereta berangkat masih lama kan?"

Para agen tersebut mulai menyudutkan si Shinobi. Tangan pelancong Kagatse itu mulai mengepal, Alicia yang dibelakangnya penasaran apa yang akan terjadi. Sang agen mencoba memeriksa dirinya sekali lagi. Ia menunduk ke bawah, ada sesuatu yang ganjil di sana.

"Bayanganmu besar sekali, ya?"

Sang Shinobi langsung mengambil posisi bertarung dalam sekejap. Keempat agen merespon dengan penuh waspada, sepasang lingkaran sihir terpanggil di kedua tangan mereka! []