Chereads / Thaumaturgy (INA) / Chapter 31 - NECROMANCER

Chapter 31 - NECROMANCER

Dengan gelak tawa aneh, si penyihir gila itu seolah terbang dan hendak menyabet sang sipir dan Alicia secara bersamaan.

Mereka hampir saja terbelah dua jika saja sang sipir tidak cukup cepat menghindar serangan yang hampir tak kasat mata itu.

"Tetap bersamaku dan jangan kemana-mana!" kata si sipir yang sebenarnya juga takut bukan kepalang.

"Seperti aku punya tempat lain untuk pergi!" jawab Alicia panik. "Akan lebih mudah untuk mengalahkan 𝘯𝘦𝘤𝘳𝘰𝘮𝘢𝘯𝘤𝘦𝘳 itu jika ada Orb di tanganku!"

"Jangan harap, Nona!"

Sihir aneh terlukis dalam lumpur dan darah. Arwah penasaran dalam wujud tulang dan daging muncul dengan cara yang menjijikan. Alicia dapat menebaknya. Siapa lagi yang dapat melakukan nujum semacam itu kalau bukan seorang praktisi ilmu 𝘕𝘦𝘤𝘳𝘰𝘮𝘢𝘯𝘤𝘺 dari Benua Setan, dan si psikopat yang berada di depannya adalah seorang 𝘯𝘦𝘤𝘳𝘰𝘮𝘢𝘯𝘤𝘦𝘳 yang sedang mencari gara-gara!

Sang 𝘯𝘦𝘤𝘳𝘰𝘮𝘢𝘯𝘤𝘦𝘳 tentu saja tidak mau menunggu seumur hidup lagi untuk mereka. Ia kembali melayang dan kerap kali melayangkan ujung sabitnya kepada mereka berdua. Sang sipir mulai kewalahan karena sahir mayat itu terus menyabitnya, disusul kerumunan jenazah haus darah dari antah berantah mengepung mereka. Walaupun benci untuk mengakuinya, si sipir juga harus menerima fakta bahwa di belakangnya, ada tahanan enam belas tahun yang harus dilindungi karena pada dasarnya ia sama sekali tidak bisa apa-apa.

Setelah beberapa kali menghindar dan menyerang balik, penglihatan sang sipir mengawang-ngawang. Sekujur tubuhnya penuh bercak darah akibat beberapa sayatan hasil sabetan si 𝘯𝘦𝘤𝘳𝘰𝘮𝘢𝘯𝘤𝘦𝘳 yang berhasil tergambar di dada, kaki, dan tangannya.

Alicia mencoba berteriak minta tolong, tapi siapa yang mau mendengar jeritan si penghujat sihir? Para wizard yang lain juga terlalu sibuk untuk menyelamatkan batang hidungnya sendiri. Untungnya, Kirillios dan para agen Roma memutuskan untuk mengusik tamu tak diundang tersebut dengan beberapa tembakan sihir. Sedangkan sang sipir berhasil diamankan oleh Vernasius, agen Roma yang terampil dalam sihir penyembuh.

"Hei, siluman! Bagaimana kalau kami ikut nimbrung juga?" kata Kirillios.

Para agen mulai berlari. Adegan duel sihir antara seorang penyihir mayat melawan empat sorcerer pecah.

Alicia melihat kesempatan dalam kesempitan. Ia masih ingat perkataan Mars bahwa dirinya masih bisa terhubung dengan Orb jika ia menyentuhnya lagi. Ia menyelinap di antara mereka dan mendapati salah satu agen yang menyegel Orb tadi. Alicia bergegas mendekati agen tersebut dan berusaha meraih Orb dengan tangannya.

Sang agen yang lebih gesit dan berpengalaman berhasil mengelak dan menghempas Alicia ke belakang.

Tapi Alicia tidak harus merebut darinya langsung. Setitik sentuhan dari ujung jarinya pun sudah cukup.

Orb langsung meledakkan segel Arcane murninya. Lonjakan energi yang muncul membuat sang agen Roma terlempar seolah-olah api biru keluar dari pantatnya!

Kirillios menoleh dan mendapati anak buahnya menungging beberapa meter jauhnya, dan Alicia berhasil mendapati Orb di tangannya lagi.

"Nixas! Yang benar saja!" gerutu Kirillios.

Kirillios yang setengah lengah hampir saja kehilangan lehernya jika ia tidak segera menoleh balik. Ia mendecak lidahnya karena frustasi. Ia dan agen lain tak bisa mengejar Alicia karena sibuk melumpuhkan si 𝘯𝘦𝘤𝘳𝘰𝘮𝘢𝘯𝘤𝘦𝘳 "Anak Crimsonmane itu benar-benar menyebalkan," gumam si Kirillios.

"Orb! Syukurlah!" Alicia girang seketika memeluk bola kesayangannya dengan mata sembap. "Oh Orb. Aku tidak memegangmu sehari saja, tapi rasanya seperti seabad! Kupikir aku akan kehilanganmu selamanya!"

Orb juga membalas sambutan Alicia dengan senandung merdu.

Alicia lalu bersiap dengan kuda-kudanya dan berseru, "Baiklah Orb! Ayo buktikan kalau hubungan kita memang berbeda dari yang lain!"

"Aku tidak akan coba-coba ikut campur jika aku jadi kau," kata Kirillios kepada Alicia.

Namun layaknya remaja pada umumnya, bodoh amat apa kata orang tua. Duo tersebut mulai berkilau, menjadi sorotan di tengah khalayak penyihir dalam kubah.

Alicia dengan tangan gemulainya mulai menari-nari mengumpulkan energi dari Orb, dan seketika, WOOSH! Gelombang biru raksasa melonjak darinya menuju si 𝘯𝘦𝘤𝘳𝘰𝘮𝘢𝘯𝘤𝘦𝘳. Ahli nujum itu berhasil mengelak, seketika segala jiwa dan raganya hanya tertuju pada si gadis kutu buku pemegang Sempena Ilahi.

Dengan menyunggingkan senyuman lebar—saking lebarnya ujung senyumannya hampir sejajar dengan ujung matanya—penenung jenazah tersebut mulai berseru kepada Alicia.

"Gadis, gadis, gadis! Jadi kau memang ingin menjadi sok jagoan? HAHAHAHAHAHAHA!"

Gemuruh tawa si 𝘯𝘦𝘤𝘳𝘰𝘮𝘢𝘯𝘤𝘦𝘳 mengacaukan konsentrasi hampir semua penyihir yang berjuang keras bertahan hidup dari serangan zombi. "Tetap serang aku selagi aku mendekatimu!" ejeknya, "Tidak lama lagi kau akan menjadi koleksi budak mayatku!"

Sambil menghindar, tentu saja sang 𝘯𝘦𝘤𝘳𝘰𝘮𝘢𝘯𝘤𝘦𝘳 dengan lincah meliuk-liuk di angkasa, perlahan namun pasti mendekati Alicia. Rentetan tembakan plasma yang ikut meliuk ke arahnya seolah lemparan pesawat kertas yang lesu. Alicia semakin kesal akan betapa licin tubuh penyihir itu, tapi bukan saatnya untuk membiarkan emosi negatif mengaburkan segala usahanya.

Alicia dengan sengaja menghentikan tembakannya, ia sekarang mangsa di tengah padang terbuka. Si penyihir datang menghujamkan tongkat sabitnya dengan kecepatan tinggi, membuat sang gadis hampir terkejut! Beruntung sang gadis berhasil berguling menghindar walaupun eksekusinya sangat tidak estetis, semulus karakter film laga. Dengan sigap ia melayangkan Orb ke rusuk penyihir jahat dan menembakan ledakan plasma Arcane murninya! Tidak mungkin si penyihir bisa menghindar dari tembakan sedekat itu, kecuali dirinya memiliki refleks tingkat dewa, yang saking cepatnya bisa melawan hukum ruang dan waktu.

Sang 𝘯𝘦𝘤𝘳𝘰𝘮𝘢𝘯𝘤𝘦𝘳 terhempas dengan kecepatan tinggi ke seksi tempat duduk juri, menghancurkan apapun yang ada disana—tempat duduk, tembok, gundukan tulang belulang dan daging busuk hasil panggilannya sendiri.

Para bangkai hidup yang berbondong-bondong mencicipi daging segar para penyihir dengan penuh hasrat menjadi loyo dan tergeletak kaku di tanah dalam sekejap. Sepertinya "baterai" mereka habis—atau lebih tepatnya, sumber kekuatan mereka mati tersangkut di retakan tembok dengan pose konyol.

Kepulan debu menghiasi ruangan pasca tembakan tadi. Alicia lalu mencoba untuk mengatur napasnya. Kendati sempat terbawa suasana, nampaknya sang gadis berhasil menetralisir sang penyihir gila itu.

Setidaknya begitu menurut Alicia.

"Oi, kau jangan senang dulu!" sahut Kirillios cukup serius kali ini. Kirillios tidak menatap mata Alicia, tapi ia tahu dirinya merusak suasana hati sang gadis yang sesaat akan tersenyum saat itu. Sang gadis kemudian berbalik, menghadap ke arah yang sama dengan hampir seluruh penyihir di ruangan itu—di hadapan 𝘯𝘦𝘤𝘳𝘰𝘮𝘢𝘯𝘤𝘦𝘳 yang tertempel keras di dinding kelabu.

Sang 𝘯𝘦𝘤𝘳𝘰𝘮𝘢𝘯𝘤𝘦𝘳 jatuh kaku ke tanah layaknya tembok tumbang. Benar saja, ia sontak terbangun seolah habis tidur cantik. Ia mengibaskan tubuhnya dari debu, lalu tertawa kecil, perlahan semakin nyaring dan tidak karuan.

"Kekuatanmu. Saking kerasnya, kau baru saja memutuskan koneksi sihirku terhadap para kacungku. Tidak buruk, tidak buruk, putri Crimsonmane," katanya, "Kalau aku cuma orang awam penghisap partikel Protos, aku mungkin sudah jatuh koma! fufufu …."

Ia mengambil tongkatnya, bilah sabit tersebut menjorok kembali ke mulut sang tengkorak dan tersegel rapat. Ia mengambil sepucuk gulungan papirus kusam dari sakunya lalu membuka papirus itu, mengungkapkan sebuah inkripsi kuno yang ditulis dengan darah yang sudah kering. Papirus itu diarahkannya ke tengkorak hitam di pangkal tombak. Ajaib, tulisannya kemudian luntur menjadi cairan darah yang menghitam, mengalir ke sisi bawah papirus. Tengkorak hitam legam itu seolah tahu apa yang harus dilakukan, membuka rahangnya dan menelan semua tinta darah itu sampai papirus tua tersebut kosong melompong.

Setelah si tengkorak kenyang menghisap cairan nektar lezat itu, berkatalah si 𝘯𝘦𝘤𝘳𝘰𝘮𝘢𝘯𝘤𝘦𝘳 kepada Alicia, "Nah nona, biarkan aku menunjukkan kepadamu bagaimana caranya memanfaatkan kekuatan Khaos dengan benar!"

Pola bersinar muncul pada tengkorak itu. Seraya menjulurkan tongkatnya, si 𝘯𝘦𝘤𝘳𝘰𝘮𝘢𝘯𝘤𝘦𝘳 merapalkan mantra:

"Ḁ̴̧̫̲̘͎̠͂̎͌̈̂̇͆́̐̒̒̐̂̀́͂͆͆͝v̸̟͈̜̮̩͖̣̬͎̥̮̬̠͇͇̲͖̻̭͕̩͎͈̗̭̇̋̈́̀́͑̎̃͑͆̏̏̈́̈͜͝ì̷̢̧̢̛͙̹̗̹̣̝͕̠̯̟̞̩̫̮̤̘͎̙̪̙̻̦̼̾̆̾͛̈́̓̀ḍ̸̡̡͉͕̦̯̟̺̞̪͛̇ ̶̨̧̢̢̛̠̣̠̣̬͖͚̲̤͚͇̙͚͈͈̟͖̈̎̂̈́̀́͆̈́͋̈́̇̑̾̏̔͗̅́̎̉̓͛̏͜ņ̵̢̮̥̪̬̰̹̮̲̥̻͔̝͈̤̻̬̣̗̆̿̓͜͜͜͜ä̶̢̯̬͍͖̪̠̜̳̦̣̳̭̞̥̥̲̥̠͇͓̣̼̗͚̺́͋̔̍̇͊̈́͒̀̂̆̇͐̀́̎͑͒͘̚̚͝͝͝ͅx̷̢̰̃̋͛͗͆͋̍̚̕į̶̨̛͓̝̦͓̞̻̜̺̟̜̙̹͚͎̘̩̙̗̠̙͂̌̇́͆̍͋̋̿̕͝ͅͅŕ̶̮̘̲̣̙̥̩͔̩̲̆̕ͅȍ̵̯͍̯̜͓̩̔̍͊͑̐̄͆̑ž̴̡̢͍̣̖̼̰̩̠̺͔͍̟̜̬̗͉̜̜̟̫̻̓̏͊̑́͂͑ͅơ̵͖̭̮̮̱̗͖̠̙̭͉͚͖̫̠̦̥̈̀̀̅̅̽̎͛̈͊̿͆͆̆͜͠r̴͈̫̥̻͚͍͚̜̦̓̍͆̀̂̓̄͛̓̈̀͐̈́͐͆̒͐̔̀̚͘͝t̸̡̤̩͉͇̝̯̩̦͚̠̣̭͈̞͚͙̗̥̮͙̺̄͜ḫ̸̛͈͓͓̘̰̼͎̆͛̊̐͒̅̓̂͗̆͂̌̉̃͛́̈́̈́͘̕͝͝͝ͅ ̵̡̛̟̰̘̱͈̋̋̌̌̎̄͊͊̄̓͂̈̒͐͘͘͝ͅm̸̧̧̜̯̹̭̳͙͙̖̙̱̭͉͙̺̩̪̤̳͉͙̭̅ͅę̸̧͔͍̱̹͍̤͇̗̟̭̗̿͗̃̄͌̋͋͗̔̉̈̀̋̎̄̚̕͜͝͠e̷̪̜͓̻̖̓̈́̕ę̸̢͍̭̝͓͎͇̯̤͎͉̥͎͓̱͈̻̫̫͉̈́̊̎̽̔̿ͅn̷̨̙̲͔͎͕̝̜͓̱̭̗̖̞͇̰̟̄̄̄̆̓̉͛̚ͅͅţ̶̛̘̦̩̼͖̪̜̘̪͍͚̿͋̿̆̑̀͂̋͑̊̚̚ę̷̡̡̨̛̛͚͍̬̫̺̠͉͓̻̘̯̈́̃̅̅͆͋̽̊̋̋́̎̈́̓͋̃̅̃͂̈̕͘̕͜͝k̴͕̭̫̟̥̓͒̾̈͆̈̓̀̔̉͆̂́͐̄̒̽̚̕̕͠p̴̧̢̡̧̨̛͙̫̮̼̘͔̬͇̱̯͔̰͖̰̭͖̭͇̩̗͂̔͋̈̄̀̽͂̈̌̓̂̃͗͆͋͝i̸̧̨͔̺̻̝͓̮͙̯̯̖͕̒̎̐́̆̅̉̄̏̎̈́̒̈́̆́̑͗̌͒̚͝͠͝͠k̴̢̛̛̖̗̦̳̬̳͓͍͍͓̹̮͎̮̓̐̿̓̆̍̔̐̉̉̇͌̃̇́̚ͅͅa̵̧̛̛̳͇͍͈̩̻̺̠̙̟̮̬͇͆́́̈̉̋̌̐̇̐̔̓͘n̸̨̡̥͖̲̟̩̻͔͈̩̮̩̰̠̞̏͐̈̇̉̔̈̈́̌̀̚͘͜͠͠͠g̶̛̟͛̇̿͛́͐̿̄͌͝ų̵̱̘̗̟̲̮̲̩̹͔͔͋̈́͂̒̐́̃́͐̽͆̂͊̽͊̓͘̕͜z̵̰̊́͂̔͑͒̈̋̈́̾̚̚͝â̷̡̧̪̞̯̲̘̜̙͇̜̜̜̹̙̲͈̟̜̻͍̹̳͇̲̳̜͗̔̓́̈̃̆͛̈́̆̅͋́̎͋̇́̊̏͊̈̕̕͝͝r̷̢͈̠̝̣̳̰̟͌̍̔͂͋͋̾͂͊̇̀̓̒͆̇̐̍͂͆͆̑̃̚͘͝ͅȁ̷̞̬̲̖̞̖͚̅̂̇̍̂͆́͋̆̿̄̌̎̏̈̈́̅̓͘̚͝͝͝͝i̶͉͔͖͍͎̼̹̭͆́̔͐̎̈́͐̾̌ͅţ̵̨̧̛̥̝̩͔͖̝̫̗̻̱̜͔̣̘͔̮̐̈̏̽͋̑̅̃͜h̷͇͔̒̓̌̏̍͌̂̎͊͊͐͑́͑͊̒̆͐͗̐̚̚̕͠͝b̷̰̒̑̃̿̿́̔̃͗͌̊̈́͌̈́͒̋͛̈́͑̉̉̚͝͠e̶̛̙̙͙͚̦͓͕̎̈̿̒̽̊͗̓͛̌̓̌́͘͝͝͝ę̵̢̢̛̺̱͎͖̩̞̹̘̙̝̪͓̲̲͖͕̥͒͆͌̑͗̎̇̀̍̑̒̀̕̕͘͜ś̷̹̯̩͚͖̄̿͛̀́̇͊̂̓̅̓̋͌̂̾̿̂̏̽̀̓z̷̬͙͙̤͇͚̱̪͇͙̮̆̓́̈̎̂̆̽͑̀̀̄ẕ̸̧̧̢̮̺̙̥͚͉̺̜̘̠̦̞̗̰̹͈̥͚̳͉͕͖͈̋̄̃̈́͛̅͊̂͒̂̀͆͐̈̅̄͐̅͂̏͒̅̚͝z̴͓̦͍̝̗̜͇͉͋̈́̋̒̌̊̋̈́́̈́̈́̌̊͒͋̔̒̾͛̓̈̋̈́̎͒͝"

Tidak ada yang dapat menyalahkan siapapun jika tak ada yang paham apa yang dikicau 𝘯𝘦𝘤𝘳𝘰𝘮𝘢𝘯𝘤𝘦𝘳. Alicia dan seluruh khalayak dalam aula itu. ama sekali tidak tahu apa yang diucapkan sang penyihir tengik. Suaranya pun berubah drastis. Melengking, kemudian memberat dalam tempo yang tidak beraturan dan gema yang sangat mengganggu di telinga. Siapapun yang mendengarnya membiarkan diri mereka larut dalam kecemasan berlebihan. Jantung mereka ingin copot. Apapun itu, mereka sepakat kalau rapalan tersebut terdengar seperti seruan siksaan dari neraka. Sangat jahat, menggelikan, meresahkan.

Lingkaran sihir besar dari lumpur dan darah muncul dari tanah, geiser cairan merah kehitaman pekat muncrat dari lingkaran tersebut.

Tampak sebagian muka makhluk buruk rupa dengan keluar dari kolam darah. Ukuran kepalanya berdiameter sama dengan lingkaran sihir tersebut. Bau anyir semerbak pun ikut meramaikan ruangan seraya wajah dengan daging dicabik-cabik oleh seonggok belatung perlahan menunjukkan keseluruhan rupanya. []