Chereads / Thaumaturgy (INA) / Chapter 22 - ROAD TO ART EXHIBITION

Chapter 22 - ROAD TO ART EXHIBITION

Mantra ๐˜”๐˜ถ๐˜ด ๐˜๐˜ฏ๐˜ด๐˜ช๐˜ฅ๐˜ช๐˜ข๐˜ด yang mengocok organ dalamnya tidak membuat John Philo bersisurut melangkah ke ambang pintu. Malahan, dirinya semakin termotivasi untuk melepaskan amarahnya kepada orang-orang fasik di dalam gedung itu.

Tiga penyihir yang berdiri di depan ambang pintu mulai menembakan sihir ke John Philo dari tongkat mereka. "Jangan biarkan orang itu mencapai bunker!" teriak salah satu penyihir.

John Philo sudah mengubah materil kulitnya menjadi baja dari kotak tablet tujuh rongga yang menjadi pellet materialnya. Tembakan sihir sama sekali tidak mampu menembus kulit John Philo, akan tetapi karena tubuhnya dilapisi baja gerakannya menjadi sangat lambat.

Melihat John sangat lelet, pihak penyihir punya keuntungan waktu untuk menyusun serangan. Sementara si baja berjalan terkena pengaruh Mus Insidias dan letusan sihir beruntun, tiga penyihir lain di belakang mereka sedang menyusun ramuan asing namun sederhana dari peralatan alkemis portabelnya. Botol kaca bulat kecil, diisi garam, air, dan campuran balok cuka. Setelah dicampur merata dan ditutup, penyihir mengucapkan mantra "๐˜Š๐˜ณ๐˜ฆ๐˜ข๐˜ณ๐˜ฆ!", menyebabkan campuran cairan tersebut mendidih dan warnanya menjadi putih kekuningan.

Ketiga peyihir itu lalu mendahului mereka, dan melemparkan ramuan itu ke John yang akan menaiki undakan. Cairan yang keluar dari botol yang pecah memberikan sensasi melepuh ke tubuh John yang terkena cairan tersebut. Tubuhnya yang mengkilap abu kehitaman, kini menjadi coklat rapuh menjijikan. Air, garam dan cuka, tiga material korosif yang menjadi momok logam. Melalui energi mana yang disalurkan melalui mantra, mempercepat proses oksidasi logam secara drastis.

Karatan pada tubuh John membuatnya rapuh terhadap serangan seketika. John Philo dengan sigap langsung memilih keramik marmer dari pelletnya, mengubahnya menjadi keramik dengan kecepatan dan pertahanan yang seimbang. John Philo berlari naik secepat mungkin, dan berhasil menghempas salah satu penyihir menjauh dari ruangan teras.

Namun ia masih harus mengurusi lima wizard lainnya. Fokusnya mulai terbagi-bagi antara menyerang, bertahan dan menahan rasa sakit akibat sihir penghalang. John seraya meraung menahan sakit akibat tembakan sihir beruntun, menangkis setiap sihir yang datang sambil melesat dan berhasil meninju penyihir lain! PRAKK! Rasa nyeri dari tinjunya ibarat membentur kepala dengan balok marmer sampai pecah. Penyihir malang tersebut langsung terjatuh berguling dari tangga, cukup untuk membuatnya gegar otak dan pingsan sementara.

Empat wizard tersisa, dan mereka terus merapalkan mantra dan melontarkan sihir selaju kilat tanpa pikir. Mereka tidak punya waktu untuk memikirkan strategi atau mantra yang mujarab untuk mengalahkan John sekali serang, karena mereka tidak mau membiarkan John memanfaatkan celah waktu menjadi bumerang di antara mereka. Setalah serangkaian adu sihir, pria paruh baya itu tidak bisa menahan serangan beruntun terus menerus. Tubuh marmernya sudah pecah di mana-mana, sampai akhirnya ia harus tumbang. Kulitnya kembali menjadi semula penuh memar dan luka tembak ringan.

Para penyihir mengira mereka berhasil menangkap "pemahat" berantai. Sayangnya orang-orang itu terlalu pongah sehingga reaksi mereka lambat ketika John mengeluarkan pellet materialnya lagi dari lubang lengan bajunya, dan memilih secarik serat fiber. Kulit John kembali beralih substansi, kali ini dirinya menjadi seonggok kevlar berbentuk manusia. Lebih ringan namun dengan daya tahan peluru tidak kalah kuatnya dengan material lain. John mulai menunjukkan aksinya, memukul, menerajang, dan membanting para sahir satu per satu. Setidaknya John tidak membunuh mereka, karena tujuannya adalah apa yang ada di balik bunker. Butuh waktu lama untuk menundukkan mereka semua karena kekuatan serang kevlar tidak sekeras marmer atau baja. Tapi siapa sangka dirinya cukup piawai bela diri. Sepertinya beliau memang sudah mempersiapkan kemampuannya jauh-jauh hari. Sebuah pelajaran untuk tidak serta merta meremehkan orang yang berpenampilan culun.

Setelah perkelahian yang cukup menguras tenaga, John mulai memeriksa pelletnyaโ€”serpihan baja dan marmer, serat fiber, butiran polietilena, serbuk emas, perak, dan perunggu. Sebagai pemilik kekuatan, John menyadari bahwa ia memiliki kelemahanโ€”Ia tidak bisa menggunakan material yang sama setelah beralih ke material lain selama satu jam. Ia sudah menggunakan tiga dari tujuh material pada pelletnya, dan ketiga pellet terakhir ingin dia pakai untuk mematungkan para pelaku. John tidak bisa berlama-lama, karena Esmer di sebelahnya meronta-ronta agar sang ayah menuntaskan tugasnyaโ€”entah itu adalah benar arwah Esmer, atau hasil proyeksi delusi John akibat ketidakseimbangan hormon. John langsung menghujam pintu masuk dan melangkah ke dalam gedung sihir.

Alicia mematung beberapa saat setelah John meninggalkan restoran. Orb dari dalam ransel memberikan sengatan plasma untuk menarik Alicia kembali ke alam sadar.

๐˜’๐˜ข๐˜ถ ๐˜ด๐˜ถ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ต๐˜ช ๐˜ด๐˜ช๐˜ต๐˜ถ๐˜ข๐˜ด๐˜ช๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข. ๐˜š๐˜ฆ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ถ ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ซ๐˜ถ๐˜ต ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ข๐˜ต๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฆ๐˜ฌ๐˜ข, ๐˜ข๐˜ต๐˜ข๐˜ถ ๐˜ฌ๐˜ช๐˜ต๐˜ข ๐˜ฑ๐˜ถ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ด๐˜ข๐˜ซ๐˜ข? senandung Orb kepada Alicia.

"Selamatkan mereka atau pulang?" respon Alicia. "Kau gila? Kita tidak pulang. Aku punya kekuatan Arcane murni dan Aku sudah mengerti cara kerjanya, Aku harus menyelamatkan mereka dan Pak Philo, tidak peduli kalau rahasiaku terbongkar!"

๐˜›๐˜ช๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ด๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ถ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ช๐˜ญ๐˜ช๐˜ฉ๐˜ฎ๐˜ถ, ๐˜ˆ๐˜ญ๐˜ช๐˜ค๐˜ช๐˜ข!

Apa yang baru Alicia sadari saat itu adalah dentuman suara riuh dari kejauhan, yang asalnya dari kantor sihir. Para pelanggan sudah melihat-lihat dari jendela, salah seorang pelayan sudah meghubungi pelindung sipil untuk segera memeriksa sumber dentuman itu. Alicia tanpa basa-basi langsung beranjak dan melesat keluar dari restoran.

"Hei! Apa kau sudah gila? Jangan kesana!" ucap salah seorang pelanggan dalam restoran. Sayang sekali, sang gadis sudah tuli, Alicia sekali lagi berlari menantang maut untuk membuktikan bahwa Ia memang pantas memegang sempena Ilahi yang unik itu.

Alicia melihat dua penjaga gerbang sudah pingsan di tempat posnya, dan enam penyihir tergeletak tak sadar di sekitaran tangga dan pintu masuk. John sudah masuk dan pertempuran terdengar jelas berlanjut di dalam. Alicia langsung menembus masuk sihir penghalang, emosi campur aduk dan mual langsung menghantamnya, bagaikan sindrom pasca menstruasi.

"ARRGHH MUS INSIDIAS TERKUTUK!" rengutnya seraya berlari secepat yang dia bisa sebelum seseorang mengucapkan mantra pemanggang, walaupun kecil kemungkinannya itu terjadi karena John sudah berada di dalam, dan dari tadi tidak ada satupun suara manusia meraung karena terbakar.

Di dalam gedung sihir, John sibuk melumpuhkan penyihir terdekat di ruang yang cukup luas, yang di depannya terdapat lift dan dua tangga yang menghiasi kiri dan kanan interior. Lift yang berada di tengah itu adalah jalan masuk yang harus dicapai John agar sampai ke bunker yang berada di lantai bawah tanah. Namun usaha tersebut diperlambat oleh para penyihir lantai atas dan bawah saling melontarkan mantra.

John Philo sudah kehilangan kesabaran, dirinya langsung membunuh para wizard menjadi patung kevlar. Saat itulah dirinya merasa sangat hidup. Membunuh orang membuatnya sangat ekspresif. Dirinya tertawa dalam depresi, mengetahui bahwasannya orang-orang adalah kanvas kosong yang siap dipenuhi cat lukis.

Si Guru Seni cukup membuat bantuan unit penyihir elit kewalahan. Mereka kemudian memutuskan untuk mengeluarkan senjata pamungkasnya. Salah seorang sahir membuka sebuah kotak kecil berisi sepuluh bola mungil dengan tampilan mengkilap. Desainnya kelewat mewah untuk sebuah senjata, seperti permata cincin berwana biru dilapisi oleh logam mulia bercorak tanaman. Ia lalu mengantarkan kotak tersebut ke para rekannya yang berada di lantai atas.

Alicia memasuki ruang resepsionis dan mengendap ke ruangan utama tempat pertarungan terjadi. Para penyihir elit mengambil bola dari peti itu masing-masing satu, lalu mencengkramnya sampai retak dan mengeluarkan sedikit asap biru. Mereka kemudian melemparkan bola kristal itu ke lantai dasar. Alicia melihat bola-bola kecil yang dilemparkan itu, bertanya monolog, "Apa yang mereka lempar itu?"

John Philo si manusia kevlar teralih perhatiannya melihat bola-bola kristal menggelinding di dekatnya. Kumpulan bola kristal yang retak mulai bercahaya terang, menunjukkan gejolak tidak stabil. Kemudian BOOM! Ledakan cahaya biru memeriahkan suasana lantai dasar! Alicia terkesima saat proyeksi ledakan biru bergradien ungu muncul di pantulan bola matanya. Kini ia tahu alasan mereka disebut penyihir elit. ๐˜Ž๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ข๐˜ต ๐˜ˆ๐˜ณ๐˜ค๐˜ข๐˜ฏ๐˜ฆ ๐˜ฎ๐˜ถ๐˜ณ๐˜ฏ๐˜ช? ๐˜๐˜ต๐˜ถ ๐˜ด๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ต, ๐˜ด๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ต ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฆ๐˜ฏ!

Seketika sekujur tubuh John Philo merasakan sensasi terbakar hebat. Kulitnya menunjukan perilaku aneh, antara ingin mengembalikan kulitnya menjadi semula atau kembali menjadi serat fiber. Sifat tarik-menarik itu membuat tampilan kulitnya buram berantakan, tak karuan. Kekuatan magisnya memudar.

John meraung sambil kesakitan. "Sialan! Sihir apa yang kalian lontarkan padaku?" Sayang sekali dirinya tidak tahu apapun tentang Arcane murni. Melihat situasi, John terpaksa memutuskan untuk mundur.

Para penyihir langsung memanfaatkan kesempatan ini. "Pelaku sudah melemah! Jangan membuang waktu kalian! Kekuatan Arcane murni sekecil itu tidak akan bertahan lama!" jerit salah satu penyihir elit. Serentak, semua penyihir baik lantai atas dan bawah mengayunkan tongkatnya, mengucapkan mantra pengikat.

"๐˜š๐˜ต๐˜ข๐˜ต๐˜ช๐˜ค ๐˜“๐˜ช๐˜จ๐˜ข๐˜ท๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ช๐˜ด!"

Ujung tongkat mereka mengeluarkan pendaran merah terang seperti arang yang terbakar, lalu memanjang dan mengikat bagian tubuh target. John Philo kini terikat kencang oleh puluhan lipatan pengikat! John menjerit putus asa, mengutuk para penyihir itu dan mengancam mereka berulang kali.

Kepala penyihir, Taylor, turut hadir dalam konflik, berteriak. "Karena Anda tidak dapat bekerja sama, kami terpaksa harus membasmi Anda!"

Alicia yang masih pusing seketika lupa akan pusingnya saat penyihir tersebut berkata demikian. Ia tahu apa yang akan terjadi, mereka akan membakar John Philo di tempat dengan mantra lanjutan, Urere.

"Bennett!" lanjut Taylor, "Rapalkan sekarang!"

"BERHENTI!"

Semua mematung. Alicia langsung melesat menghampiri mereka, menjadi penghalang antara para penyihir dan John Philo.

"Tolong jangan musnahkan beliau! Tolong mengertilah beliau sedang mengalami masa yang berat, sehingga tak dapat mengandalkan akal sehatnya. Kumohon, kasihanilah Pak Philo!"

Alicia memohon kepada mereka sambil menahan perutnya yang antara ingin mual atau tidak. Sementara para penyihir keheranan, mengapa ada gadis nekat yang ikut campur dalam pertarungan berbahaya.

Taylor langsung mengenali sang gadis. "Anda! Kalau tidak salah Anda Alicia, bukan? Putri pertama Baron Donar Crimsonmane? Demi Kesunyian Ilahi, apa yang ada di pikiran Anda untuk menyeledup kesini dan ikut campur urusan para penyihir?"

"Benar! Aku Alicia Crimsonmane, putri Donar. Aku kesini untuk menghentikan pertumpahan darah lainnya yang mulai menjangkiti Trinketshore. Aku memohon kepada Tuan Taylor untuk memerintahkan penyihir lain agar segera menurunkan tongkat sihirnya!" Alicia tentu melakukan ini bukan hanya demi Pak John, tapi juga dirinya sendiri agar tidak ikut berubah menjadi bebek peking.

Taylor tak habis pikir melihat bocah nekat itu, berkata, "Kalau tidak salah sekumpulan remaja juga ikut menghadapi Caleb Dune beberapa malam yang lalu, dan jika Saya mengingat jelas, Saya juga melihat sosok seperti Anda ikut melawan Caleb menggunakan bola bowling! Apa jangan-jangan Anda juga terlibat dalam pembunuhan Caleb Dune?"

"Pembunuhan Caleb Dun--Apa? Tidak! Saya tidak mungkin melakukan hal sep--"

"Hentikan! Kita akan bahas itu untuk lain waktu. Anda harus meninggalkan wilayah kantor sihir ini segera, jangan mengintervensi proses hukum! Dia bukan guru senimu lagi, Alicia. Pengaruh partikel Protosnya sudah kuat, tidak mungkin untuk beralasan dengannya lagi! Terlebih sihir penghalang sudah cukup menganggu pikiranmu!"

"Aku menolak! Akuโ€”" Alicia menggelengkan kepalanya sambil meringis. ๐˜ˆ๐˜ˆ๐˜ˆ๐˜ˆ๐˜ˆ ๐˜ด๐˜ช๐˜ฉ๐˜ช๐˜ณ ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ซ๐˜ช๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ช๐˜ฏ๐˜ช ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ฃ๐˜ถ๐˜ข๐˜ต๐˜ฌ๐˜ถ ๐˜จ๐˜ช๐˜ญ๐˜ข!

"... Aku tahu caranya โ€ฆ menghilangkan pengaruh Protos sepenuhnya. Itu kalau โ€ฆ seandainya โ€ฆ Kalau seandainya Anda bisa mematikan mantra ๐˜”๐˜ถ๐˜ด ๐˜๐˜ฏ๐˜ด๐˜ช๐˜ฅ๐˜ช๐˜ข๐˜ด terkutuk ini!"

Para penyihir semakin penasaran dengan pernyataan Alicia tadi. Bagaimana gadis sepertinya punya alternatif menghilangkan pengaruh Protos? Jangankan Arcane murni, gadis itu kan sama sekali tidak bisa sihir!

Segala distraksi itu membuat mereka terlena, melupakan John Philo yang mulai merasa kekuatan Protos-nya pulih. Dari tangan kanannya yang terikat terlentang, ia mengeluarkan pellet materialnya secara perlahan dan berhati-hati, menyentuh butiran polietilena dari salah satu pellet. Kulitnya berubah menjadi polimer plastik anti peluru lainnya secara instan.

"Alicia! Di belakangmu!"

Alicia menoleh ke arah John Philo si Manusia Plastikโ€”Sungguh, orang ini bisa saja punya seribu julukanโ€”yang menggenggam kumpulan pengikat tangannya dari para penyihir. Lalu dengan sekuat tenaga ditariknyalah tali itu yang luar biasa kuat, alhasil menjatuhkan sebagian dari mereka ke lantai dasar, sedangkan yang lain merelakan tongkatnya ikut terjatuh. John langsung menangkap Alicia dan menahannya di bagian leher. Sebagai ancaman, dirinya dengan sengaja merubah bagian kecil kulit leher Alicia menjadi polietilena. Alicia sontak terperanjat dan mendengking kesakitan. Transformasi substansi kulit terbukti sangat perih, bagaikan ditusuk oleh bilah logam panas walaupun area yang terkena sangat kecil.

"Untuk seorang yang cerdas, kau cukup bodoh ya, Alicia," bisik John Philo. "Tapi Bapak sangat mengapresiasi keberanian dan perhatianmu, walaupun sejatinya kita tidak terlalu dekat. Nah, kalau tidak mau cepat-cepat jadi patung, jangan bertingkah macam-macam, ya. Mengerti?" Dengan napas ngos-ngosan, Alicia hanya mengangguk, nyalinya seketika menciut.

"Kau dengar katanya," lanjut John kepada Taylor yang tongkatnya copot dari tangannya. "Tolong matikan sihir penghalang apalah itu. Dan tolong minta anak buahmu melepaskan sisa pengikatku. Lakukan demi gadis ini, kumohon."

Taylor tidak melihat pilihan lain. Ia meminta para penyihir yang masih mempunyai tongkat membatalkan semua mantra sihirnya.

"Pilihan yang bijak, terima kasih atas kooperasinya." John, sambil memegang sanderanya berjalan mundur ke arah lift. "Setelah aku menyelesaikan urusanku, aku berjanji, kalian tidak akan pernah melihatku lagi."

John menekan tombol lift, dan pergi meluncur ke lantai bawah tanah.[]