Chereads / Cinta 1302 / Chapter 5 - Lelaki yang Jatuh dari Langit (2)

Chapter 5 - Lelaki yang Jatuh dari Langit (2)

Rumah Alihan, semalam

Jangan bayangkan bila Alihan akan bertarung dengan si penyusup untuk membela dirinya. Alihan tidak bisa adu fisik. Apalagi bila dirinya harus menghadapi seseorang yang dari perawakannya saja sudah terlihat sangat terlatih dalam bela diri dan ditambah memegang senjata seperti pria yang ada di hadapannya kini. Baru akan mengepalkan tangannya untuk meninju, bisa-bisa dia sudah mati ditebas duluan!

Jadi apa yang akan dilakukan oleh Alihan?

Membuka mulutnya tentu saja!

Itulah keahliannya. Kemampuan verbal, dari bernegosiasi sampai adu mulut adalah berkat yang diberikan Allah kepadanya yang sudah terlihat sejak dia mulai dapat berbicara. Makanya dia bisa menjadi ketua bagi organisasi Mozaik karena kepiawaiannya dalam berbicara. Yah, selain kenyataan bila dirinya adalah anak satu-satunya dari pendiri organisasi yang sudah mendapatkan beberapa penghargaan humanitarian tingkat internasional tersebut.

Tapi bila ada yang menyinggung mengenai hal tersebut maka Alihan akan menjawab seperti ini, 'kemampuanku lebih berharga dari jabatan ketua itu, bukan jabatan itu yang menjadi mahkota bagiku tapi akulah yang menjadi mahkota bagi jabatan tersebut'. Tidak lupa, dia akan mengatakannya lengkap dengan wajahnya yang tampak sesumbar dan minta dihajar. Namun baginya keahlian memang harus ditunjukkan. Terlebih bila ada yang meremehkan. Gilas saja sampai habis!

Sekarang, dengan stok keberaniannya yang sudah terisi ulang Alihan akan menunjukkan keahliannya itu pada si penyusup. Alihan hendak membuat si penyusup mengakui perbuatannya dan membawanya ke kantor polisi. Atau, membujuk pria itu untuk meninggalkan rumahnya seandainya pria itu tidak sehat secara mental. Yang manapun dari keduanya, Alihan sangat percaya diri kalau dia takkan gagal. Sungguh optimisme yang sia-sia seandainya dia mengetahuinya.

Sebelum beraksi Alihan haruslah merapikan posisi tubuhnya terlebih dahulu. Dia tidak boleh terlihat lebih lemah dan setidaknya harus tampak sama perkasanya dengan pria di hadapannya itu. Maka Alihan menarik dirinya dari tembok dan menegakkan postur punggungnya.

Sepasang mata coklat Alihan tertuju lurus pada si pria asing. Tatapannya mengukur antara dirinya dengan pria tersebut.

'Oke, sepertinya aku sudah sama tinggi dan gagahnya', nilainya.

Sejurus kemudian wajah Alihan berubah masam. Ternyata dia tidak menyukai gagasan bila dirinya sama dengan pria asing tersebut. Yang akhirnya membuatnya segera mengkoreksi penilaiannya, 'Tidak, tidak! Kami tidak sama! Tentu saja aku lebih gagah darinya!'

Dengan begitu perasaannya berubah menjadi jauh lebih baik.

Alihan lantas mengangkat dagunya tinggi-tinggi. Hampir menyentuh 90 derajat. Sebenarnya dia merasa kalau lebih tinggi akan lebih baik lagi. Namun sialnya dalam posisinya yang sekarang pun dia sudah mulai kesulitan untuk melihat ke arah si pria asing dan juga lehernya jadi rawan terkena resiko tengeng. Jadi mau tidak mau Alihan harus menurunkan sedikit posisi dagunya. Mengesalkan! Tapi... Ah, ya sudahlah! Yang penting dia tetap bisa menunjukkan posisinya kepada si pria asing kalau rumah itu adalah wilayahnya.

"Aku Alihan Vatansever, pemilik rumah ini!" serunya dengan suara yang dibulatkan demi meningkatkan wibawanya. "Katakan siapa dirimu dan apa yang tengah kau lakukan di dalam rumahku dini hari seperti ini?!" lanjutnya dengan matanya yang menyipit, yang seolah ingin mengatakan bila statusnya lebih tinggi daripada pria di hadapannya itu.

Sikap Alihan itulah yang didefinisikan orang-orang sebagai 'wajah yang minta dihajar' mengenai Alihan. Untungnya, sampai sekarang belum ada orang yang benar-benar nyata menghajarnya. Wajahnya yang menurutnya tampan lagi rupawan masih terlindungi dari hantaman bogem orang lain.

"Aku bukan penyusup! Jaga mulutmu!" seru penyusup itu menampik ucapan Alihan dengan suara yang tak kalah tingginya.

Si penyusup lantas berpaling dari Alihan dan menggerakkan kepalanya demi mengamati kondisi kamar tersebut, dengan ujung pedangnya yang tetap terarah kepada Alihan tentu saja. Seluruh gestur tubuhnya masih menunjukkan keterkejutan yang luar biasa. Sangat mirip dengan seseorang yang tengah mengalami syok yang sangat hebat sehingga tak bisa melepaskan diri darinya.

Bola matanya memperhatikan setiap detail dari kamar Alihan. Dalam kegelapan Alihan memang tidak dapat melihat dengan jelas ke dalam mata pria tersebut. Namun dari air mukanya terlihat bila pria itu mulai bergeser dari terkejut ke terbengong-bengong. Reaksinya seolah benda-benda yang ada di dalam kamar Alihan adalah sesuatu yang ajaib. Sungguh sangat aneh!

Baiklah, semua mengenai pria itu memang aneh. Tapi sungguh reaksi pria asing itu sangatlah ganjil. Bagaimana Alihan harus menggambarkannya? Pria itu seperti bayi yang baru saja melihat dunia dan belum pernah melihat benda-benda yang ada di sana sebelumnya. Keganjilan sikapnya begitu jelas terlihat sehingga tidak mungkin Alihan tidak menyadarinya.

'Apa jangan-jangan dia ini orang yang kehilangan ingatannya?', Alihan berasumsi. Karena tidak mungkin ada orang yang sehat pikirannya yang akan bersikap seperti si pria asing itu.

'Apapun alasannya! Kelakuannya tidak bisa dibenarkan!', berang Alihan tidak mau tahu.

"Dasar tidak waras! Kau sudah memasuki rumahku tanpa izin! Lalu bagaimana aku harus menyebutmu?! Cepat katakan siapa dirimu!" dampratnya kemudian.

"Aku Altan," jawab si pria asing tak acuh. Kemudian pria bernama Altan itu kembali melihat pada Alihan. Matanya mengamati Alihan secara seksama dari ujung rambut sampai ujung kaki. Setelahnya dia mendadak berteriak, "KAU TUKANG SIHIR?! KAU YANG MEMBAWAKU KEMARI?! KATAKAN DASAR MANUSIA LAKNAT!!!"

Mendapat teriakan sedemikian rupa Alihan refleks terlompat hingga tubuhnya kembali menghantam tembok. Dia meringis merasakan nyeri yang menjalari bahu kanannya. Kemudian, sambil mengelus bahunya sambil mulutnya mencerocos,

"Kau benar-benar tidak waras! Bisa-bisanya kau memfitnahku sebagai tukang sihir! Aku memang seorang pendosa dan ibadahku masih suka bolong! Tapi aku masih waras untuk tidak melakukan dosa sebesar itu! Lagipula kalaupun aku adalah tukang sihir apa untungnya bagiku untuk menculikmu?! Kau pikir kau siapa, hah?!"

"Kalau kau bukan tukang sihir lantas tempat apa ini?! Kenapa aku bisa berada di sini?! Lalu apa yang kau kenakan itu?!" balas Altan dengan ujung pedangnya yang bergerak dari atas ke bawah menunjuk pakaian yang dikenakan Alihan. Jelas terlihat bila dia sama sekali tidak percaya pada apapun yang dikatakan oleh Alihan. Dia sangat yakin bila Alihan adalah seorang penyihir. Mana ada penjahat yang akan mengakui dirinya penjahat, bukan?

"Kau saja tidak tahu kenapa dirimu berada di sini lalu bagaimana aku bisa mengetahuinya?! Dari tadi itulah yang aku tanyakan padamu! Dan tidak ada yang salah dengan apa yang aku kenakan! Semua orang di sini mengenakannya! Justru kaulah yang aneh! Apa yang kau kenakan itu?! Apa kau sedang ikut parade?!" omel Alihan yang kini lebih merasa tersinggung karena disebut aneh daripada karena kenyataan bila Altan memasuki rumahnya.

'Aku memang hanya mengenakan t-shirt dan kolor. Tapi keduanya adalah barang bermerk!', dalam hati Alihan melanjutkan omelannya. Harga dirinya benar-benar terusik sehingga dia memandang dengan sengit ke arah Altan saat ini.

"Parade? Apa itu parade? Kenapa kau dari tadi berbicara dengan bahasa Turki yang susah aku mengerti?!" Altan bertanya penuh kegusaran yang bercampur dengan ketidaksabaran.

"Maaf tapi bukan aku yang berbicara dengan bahasa yang sukar kau mengerti. Melainkan kau yang berbicara dengan bahasa yang susah aku mengerti!" tangkis Alihan sembari memberikan penekanan pada kalimat terakhirnya.

"Tidak ada yang berbicara sepertimu di Kesultanan Seljuk!" berang Altan. Dia pun semakin mendekatkan ujung pedangnya ke leher Alihan.

Didorong oleh insting bertahan hidupnya Alihan refleks menyudutkan kembali tubuhnya ke dinding di belakangnya. Wajahnya mengkerut dan matanya setengah terpejam. Dari sela-sela kelopak matanya yang sedikit terbuka dia mengawasi bagaimana pedang Altan semakin mendekatinya.

"Ya! Karena ini Republik Turki!" Alihan menjawab begitu saja di tengah bayang-bayang kematian yang semakin mendekatinya.

"Republik Turki?" gumam Altan yang merasa asing.

"Kesultanan Seljuk?" gumam Alihan yang baru saja menyadari.

Lantas, dengan gerakan yang sangat-sangat cepat sebelum Altan menyadarinya, Alihan menekan saklar lampu yang berada dalam jarak sentuhnya.

Mata Alihan membola dengan sempurna dan rahangnya terjatuh begitu akhirnya dia dapat melihat dengan sangat jelas sosok Altan di hadapannya.